/1
Senja melahirkanmu kembar
Di jendela pintu ujung kampung bukit
Di atas perahu ujung kaki cakrawala
Keemasan raut ibumu dikemas temaram
Para pemuja menyimpulkan aneka kala
/2
Bulan melahirkannya kembar siam
Luput pantauan bidan dukun beranak
Bulat ibunya menyemu merah
Bundar pipi-pipi menarik sudut-sudut bibir
Pada awal riuh sampai datang meradang
/3
Malam melahirkan mereka kembar sekian
Tanpa mata telinga menganga
Seperti igauan sebelum lelap
Raut ibu mereka tidak lagi kelam
Lampu-lampu mengelupas mengumbar rahasia
/4
Hujan melahirkan berkembar-kembar
Tanpa ahli kandungan meramal cuaca
Banjir bandang menerjang rumah ruang kaca
Wajah ibu kembar-kembar selalu basah
Bising bahasa lalu-lalang pada musimnya
//
Ibu sepi dan ibu luka sudah lama pergi
Berlayar bersama kopi para pujangga
Ke negeri sarat pedih perih nyeri
Tanpa kabar kapan akan kembali
///
Empat ibu memasak gosip
Di dapur umum sekaligus kakus
Kamu dia siapa lupa pakai celana
Tetangga membeli perabotan baru
Ketua RT melancong bersama pesohor
Harga beras dikatrol tengkulak
Jual-beli kata-kata masih menjanjikan
Gosip pun matang siap dihidangkan
Bidan dokter kandungan sudah diundang
*******
Panggung Renung -- Balikpapan, 22 Maret 2018