Mohon tunggu...
Binsar Antoni  Hutabarat
Binsar Antoni Hutabarat Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, penulis, editor

Doktor Penelitian dan Evaluasi pendidikan (PEP) dari UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA. Pemerhati Hak-hak Azasi manusia dan Pendidikan .Email gratias21@yahoo.com URL Profil https://www.kompasiana.com/gratias

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengapa Kematian Karena Covid-19 di Jerman Relatif Rendah?

29 Maret 2020   17:18 Diperbarui: 29 Maret 2020   17:56 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jerman adalah salah satu negara di Eropa yang sukses menekan angka kematian dalam jumlah yang relatif rendah berbeda dengan Italia dan Spanyol yang relatif tinggi. Pemerintah Indonesia perlu belajar dari keberhasilan Jerman dalam menekan tingkat kematian korban positif terinfeksi virus corona.

Pada 28 Maret 2020 jumlah kasus orang terinfeksi corona di 199 negara sebanyak 601.238 Kasus, dengan jumlah kematian mencapai 27.432 pasien, 133.443 pasien  dinyatakan sembuh (Kompas.com). 

Sebelumnya Kamis (26/3/2020) Worldometers, melansir sebanyak 198 negara telah mengonfirmasi kasus positif Covid-19. Dengan jumlah kasus tercatat 467.520 kasus yang terkonfirmasi, 21.174 orang meninggal dunia, sebanyak 113.808 pasien mengalami kesembuhan. 

Worldometers melaporkan, (26/3/2020) posisi 10 negara dengan kasus terbanyak di dunia antara lain adalah: China 81.218 kasus, 3.281 kematian, dan 73.650 orang sembuh. Italia 74.386 kasus, 7.503 kematian, dan 9.362 sembuh Amerika Serikat 65.527 kasus, 928 kematian, dan 9.362 sembuh. Spanyol 49.515 kasus, 3.647 kematian, dan 5.367 sembuh. Jerman 37.323 kasus, 206 kematian, dan 3.547 sembuh. Iran 27.017 kasus, 2.077 kematian, dan 9.625 sembuh. Perancis 25.233 kasus, 1.331 kematian, dan 3.900 sembuh. Swiss 10.897 kasus, 153 kematian, dan 131 sembuh Inggris 9.529 kasus, 465 kematian, dan 135 sembuh. Korea Selatan 9.137 kasus, 126 kematian, dan 3.730 sembuh.

Selanjutnya Worldometer (27/3/2020) merilis, Amerika Serikat kini memiliki kasus positif virus corona terkonfirmasi yang tertinggi di dunia melebihi China dan Italia. Total jumlah kasus sebanyak 85.377 kasus, di atas China yang memiliki 81.340 kasus dan Italia dengan 80.589 kasus. Dengan jumlah negara terinfeksi virus corona berjumlah 200 Negara, 529.614 Kasus, 123.380 Sembuh .

Yang perlu di simak adalah angka kematian di Jerman karena Covid-19 relatif rendah, dan tidak setinggi jumlah kematian karena corona pada sejumlah negara lain di kawasan Eropa. Padahal, jumlah kasus positif  terinfeksi virus corona di Jerman lumayan besar. Menurut data Robert Koch Institute (RKI), lembaga resmi di Jerman yang mengeluarkan statistik Covid-19, tingkat kematian di Jerman berada di bawah 0,5 persen. Hal itu berbanding terbalik dengan tingkat kematian di Italia (10 persen), Spanyol (7 persen), atau Indonesia (8 persen). Data tersebut merujuk angka infeksi aktual berdasarkan data RKI 27 Maret 2020, ada 42.288 kasus, dengan angka kematian 253 kasus. Lebih dari 6.000 orang sudah dinyatakan sembuh.

Mengapa tingkat kematian karena corona di Jerman rendah 

Pertama, kunci sukses Jerman menekan angka kematian akibat corona adalah dengan tidak menganggap enteng wabah corona. Jerman melakukan test cepat secara luas untuk mengetahui kondisi penyebaran corona secara pasti. Kasus virus corona pertama kali terdeteksi di jerman pada 28 Januari 2020. Kecepatan pemerintah Jerman melakukan diteksi dini korban virus corona menolong pemerintah Jerman untuk menentukan kebijakan yang tepat dalam membendung covid-19.

Kunci sukses kedua pemerintah jerman menekan tingkat kematian yang rendah akibat corona adalah Struktur sosial yang dimiliki masyarakat Jerman. Menjaga jarak fisik bagi penduduk Jerman bukan persoalan sulit, seperti layaknya di Italia atau Spanyol, demikian juga hal nya di Indonesia. Aparat keamanan di Indonesia harus berlelah-lelah memperingatkan masyarakat untuk tidak berkerumun dipinggir-pinggir jalan atau di Cafe-Cafe, tapi tetap saja kerumunan itu masih terjadi, sehingga tidak jarang aparat keamanan harus mengabil tindakan tegas pembubaran kerumunan orang itu.

Pakar sosial dan ekonomi dari Universitas Bonn, Profesor Moritz Kuhn dan Profesor Christian Bayer, menjelaskan bahwa  kebanyakan orang Jerman tidak tinggal dalam keluarga besar seperti di Italia atau Spanyol. Kondisi di Italia dan Spanyol juga mirip dengan yang ada di Indonesia. Bahkan di desa-desa ketika keluarga-keluarga itu menerima kedatangan keluarganya yang bekerja di kota-kota besar, atau sekadar bersilahturahmi seperti terjadi pada ritual mudik tahunan.

Kerumunan dengan jumlah orang relatif banyak dapat terjadi pada keluarga-keluarga yang sedang menyambut kunjungan sanak saudara mereka. Itulah sebabnya pemerintah Indonesia mengimbau agar masyarakat menunda mudik mereka untuk membendung penyebaran virus corona ke desa-desa di Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun