Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bologna, Kota dengan Lorong Rumah Terpanjang di Dunia

7 Januari 2016   12:18 Diperbarui: 7 Januari 2016   15:29 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Lorong rumah yang lebar sebagai jalur pejalan kaki"][/caption]

Kehadiran beranda rumah menjadi seni tersendiri bagi penghuninya. Rumah yang mempunyai beranda tentu punya nilai lebih tersendiri ketimbang yang tak ber-beranda.

Di kota Bologna, Italia, beranda rumah ini mempunyai peran yang sangat strategis. Konon, dalam sejarahnya, pada abad-abad lalu beranda rumah menjadi tempat melihat pemandangan indah. Pemandangan itu hanya dilihat dari tempat yang paling tinggi. Dan memang orang Bologna pada saat itu membuat beranda rumah di lantai paling atas rumah. Beranda dibuat di bagian samping rumah. Ini tentu saja disesuaikan dengan model rumah masyarakat yang bergaya apartemen (palazzo) tinggi. Dari beranda rumah inilah kita bisa melihat sebagian besar wilayah kota.

Selain melihat pemandangan, beranda ini juga punya peranan lain terutama di musim dingin. Musim dingin biasanya dingin sekali. Lebih dingin lagi jika tidak ada matahari. Matahari seolah-olah membuat manusia tambah dingin sebab dia jarang muncul. Menunggu matahari di musim dingin itu memang kadang-kadang meresahkan. Seperti keresahan seorang ibu di desa menunggu matahari untuk mengeringkan padinya di musim hujan. Di kota-kota di Indonesia keresahan ini tidak ada karena di kota tidak ada kebiasaan menjemur padi sebelum diubah jadi beras di tempat penggilingan padi. Matahari memang jarang muncul tetapi begitu matahari muncul semua orang berkumpul di beranda rumah. Bagian ini pasti kena matahari. Itulah sebabnya beranda rumah menjadi amat penting.

Beranda rumah seperti ini—di kota Bologna—masih dipertahankan sampai sekarang. Banyak rumah ber-beranda. Bahkan di tiap lantai. Dalam perjalanannya, kota Bologna berbenah sesuai dengan kondisi sosial dan keamanan waktu itu. Sekitar abad XIII (1288) pemerintah kota Bologna mewajibkan masyarakatnya membuat beranda rumah dengan tinggi 2,66 meter. Beranda rumah ini bukan lagi seperti beranda di tiap lantainya tetapi di lantai bawah, lantai yang setara dengan tanah (pianoterra). Beranda ini bukan lagi sebagai tempat melihat pemandangan dan menunggu matahari tetapi menjadi seperti lorong rumah sekaligus jalan yang biasa dilalui oleh  para prajurit perang dan kudanya. Maka, beranda pun bukan terpisah tetapi bersambung sehingga membentuk sebuah lorong panjang. Saat itu masih terjadi perang antar-kota dan masing-masing kota ingin mempertahankan kota dan mengamankan masyarakatnya.  

 [caption caption="salah satu model portici di kota Bologna"]

[/caption]

Tingkat keamanan di beberapa bagian kota berbeda. Di rumah penduduk misalnya penjagaannya tidak seketat di kantor wali kota. Itulah sebabnya ukuran lorong rumah juga berbeda. Di kantor wali kota dan kantor publik lainnya tingginya 3,60 meter. Tidak ada ukuran pasti untuk lebarnya. Saat ini memang ukuran lebar untuk setiap teras rumah beda-beda. Boleh jadi ini muncul sejak awal. Bukan saja ukuran lebar yang berbeda. Bahan pembuatannya juga beda. Pada awalnya terbuat dari kayu (legno) lalu pada perkembangannya diubah dengan bahan dasar pasir dan semen seperti sekarang ini. Dengan ini lorong rumah ini menjadi bagian yang menyatu dengan rumahnya. Inilah yang menjadi nilai seni tersendiri bagi kota Bologna dalam perjalanan sejarahnya dari dulu sampai saat ini.

Saat ini kota Bologna menjadi kota dengan lorong (portici) terpanjang di dunia. Semua pusat belanja, rumah penduduk, kantor publik, dan gedung-gedung yang ada di kota Bologna mempunyai portici dengan berbagai gaya. Ada yang bergaya antik abad pertengahan (dengan gaya arsitek Roma-Gotik, romano-gotico), ada yang bergaya abad pencerahan, renesans (rinascimento), ada juga yang bergaya pavaglione (dimulai sekitar abad XVI). Total panjang seluruh portici ini adalah 38 kilometer. Kalau dijumlahkan dengan portici yang dihubungkan dengan beberapa tempat strategis di luar tembok kota menjadi 53 kilometer. Ini bisa dibayangkan seperti berjalan kaki dari Monas-Jakarta Pusat ke Bintaro Jaya-Tangerang. Dengan beranda atau teras atau portici ini, kota Bologna menjadi kota dengan seni tersendiri. Satu-satunya di dunia.

 [caption caption="lorong juga bisa dipakai untuk restoran asal tidak menghalangi pejalan kaki"]

[/caption]

Selain itu, jika Anda ingin berbelanja atau sekadar jalan-jalan di kota Bologna, tak usah khawatir kena hujan. Mengelilingi kota Bologna tanpa payung pun jadi. Dijamin tidak akan basah. Semua gedung terhubung dengan portici tadi. Pejalan kaki pun nyaman. Asal Anda kuat jalan kaki dan mau menikmati perjalanan di dalam portici dengan berbagai gaya dan ukuran ini. Sampai sekarang gaya-gaya portici antik masih dipertahankan. Di sebagian besar gedung dan rumah antik, masih terdapat portici antik. Sekarang, dengan kehadiran gedung dan pusat perbelanjaan baru, model portici ini tidak jelas. Beberapa arsitek pun menamainya dengan portici bergaya modern.

Saya beruntung tiga kali lewat di kota Bologna ini dan berjalan-jalan di bawah lindungan portici ini. Jika Anda mampir ke Italia dan mampir di kota Bologna, salah satu keindahan yang bisa Anda nikmati saat turun dari kereta api, bus, atau pesawat adalah keindahan portici ini. Selamat datang, benvenuti, welcome, sapa orang Bologna jika Anda datang.

 

PRM, 7/1/2015

Gordi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun