Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solo, Kota Dengan Pelanggar Lalulintas Terbanyak

26 Juli 2013   11:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:00 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(photo: solopos.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="(photo: solopos.com)"][/caption] Suatu kebetulan atau takdir, jika kemudian saya membaca tweet dari salah satu media lokal dengan headline Solo Kota Pelanggar Lalu Lintas Terbanyak se-Jawa Tengah (timlo.net). Suatu pembahasan masalah akut lalulintas di jalan raya. Tidak hanya di Solo, mungkin di kota-kota lain. Pelanggaran lalu lintas yang nampak menjadi suatu epidemi yang akut. Suatu penyakit yang secara otomatis menghinggapi pengendara, baik roda empat maupun roda dua. Satuan Lalu Lintas Polresta Solo menindak 9.802 pengguna jalan selama Operasi Patuh Candi 2013 yang digelar 4-17 Juli. Sebanyak 5.122 pengguna jalan di antaranya ditindak dengan diberi bukti pelanggaran (tilang). Hal ini dikatakan Kasatlantas Polresta Solo, Kompol Matrius, Kamis (25/7). Duh, hampir 9000 pelanggar dalam waktu kurang lebih dua minggu saja. Bisa dilihat betapa cepat dan umumnya epidemi melanggar di jalan raya. Betapa pengguna jalan sepertinya tidak lagi perduli akan tertib lalu lintas. Betapa Solo (mudah-mudahan tidak) bisa menjadi kota dengan lalu lintas yang semrawut dan berbahaya nantinya. Memang dari jumlah pelanggar tersebut, pelanggar dengan kendaraan roda dua tetap terbanyak. "Untuk pelanggaran masih didominasi oleh pengguna sepeda motor sebanyak 4.471 dari 5.122 pelanggaran yang ditilang," papar Kasat Lantas Polresta Solo Kompol Matrius, Kamis (25/7) siang. Saya mengalami sendiri betapa pengedara roda dua atai motor sudah sangat tidak tertib. Mulai dari melawan arus, menerobos lampu merah sampai triple-boncengers sering bersliweran di jalan raya. Saya fikir pihak Polantas sudah memberi rambu dan marka jalan yang jelas. Namun nampaknya ketidak pedulian dan rasa angkuh berkendara sudah sangat akut bagi pengguna jalan di Solo. Kata Matrius, dari jumlah 4.471 pelanggar sepeda motor tersebut, sebanyak 2.918 melanggar marka jalan dan rambu lalu lintas, serta pelanggaran helm sebanyak 1.039. Selebihnya melakukan pelanggaran lain seperti kelengkapan motor. Bahkan Solo sudah dinobatkan sebagai kota dengan pelanggar lalu lintas terbanyak di Jawa Tengah. "Kota Solo mendapat pelanggar terbanyak se-Jawa Tengah setelah Sukoharjo dan Pati. Padahal kota lain hanya memperoleh setidaknya 3000-an pelanggar paling banyak," jelasnya. Betapa hal ini dapat dijadikan sebuah refleksi diri, khususnya warga Solo. Betapa epidemi pelanggaran di jalan raya sudah umum. Pelanggaran yang dianggap sepele bagi para pelanggar bisa jadi masalah besar pengendara lain. Melanggar sekali mungkin bisa selamat, mungkin tidak di lain waktu. Saya selalu ingat semboyan di jalan raya di kota Solo.

"Tertib Berlalulintas Adalah Cermin Budaya Wong Solo"

Semoga bukan hanya slogan. Aamiin Artikel tentang lalu lintas lain:

  1. Dasar Ga Tertib!
  2. Tangan Tuhan di Lampu Merah
  3. Jalan Raya, Mistifikasi Energi

Solo, 26 Juli 2013 11:03 am

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun