Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Ironi Fenomena "Skull Breaker Challenge" dan #IngridEscamila

18 Februari 2020   10:59 Diperbarui: 18 Februari 2020   13:17 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Neon oleh Prateek Katyal - Foto: unsplash.com

Media sosial menjadi sebuah paradoks. Ada banyak manfaat yang bisa didapat. Tak jarang pula ada kerugian yang diterima.

Peran kita sebagai users menyaring informasi menjadi kian krusial. Tak lupa, tanggung jawab platform juga harus kita tuntut jika terjadi distribusi konten anomali.

Tantangan 'lucu' yang sedang hype saat ini, skull breaker challenge (SBC), patut dinilai mengkhawatirkan. Namun, di sisi lain tagar Ingrid Escamila membuka mata kita pada sisi positif media sosial.

SBC adalah tantangan yang sangat berbahaya. Tapi entah mengapa menjadi hits di medsos saat ini, terutama melalui TikTok.

Praktiknya SBC cukup sederhana. Di mana 3 orang berdiri sejajar. Dengan satu orang merekam challenge ini. Orang yang berada di tengah akan diminta menyaksikan kedua orang di kiri dan kanan meloncat. Kabarnya SBC ini bermakna rompcrneos di bahasa Spanyol.

Ketika orang yang berada di tengah meloncat. Lalu kedua orang di kiri dan kanan akan menendang kaki orang tersebut. Sehingga saat jatuh tidak ada tumpuan. Orang yang berada di tengah akan jatuh sampai ada yang berada di posisi terlentang. Sedang yang merekam dan menendang akan tertawa.

Bisa jadi mengapa challenge ini disebut skull breaker atau pemecah tengkorak. Dan banyak negara kini cemas akan SBC.

Di Venezuela seorang anak terluka parah. Di Arizona U.S akibat 'prank' SBC seorang anak sampai tidak sadarkan diri.

Karena viralitasnya menular melalui platform lain. Otoritas terkait mengimbau agar netizen tidak melakukan hal ini. Walau di Indonesia belum didapati ada akun yang menggunggah video semacam itu. Namun dari mulai Kepolisian sampai KPAI mulai khawatir dan melarang melakukan SBC.

Sebenarnya banyak sekali challenge yang berbahaya pernah viral. Mulai dari momo, blue whale, sampai keke challenge pernah menjadi fenomena negatif di sosial media. Dan banyak orang yang merasakan konsekuensinya. 

Namun, media sosial bukan saja tentang sisi negatif. Baru-baru ini tagar #IngridEscamila meramaikan jagad linimasa. Walau tidak menjadi tren di Indonesia, ada pesan positif yang bisa kita pahami dari kekuatan netizen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun