Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Andai Puisi (Jelek) Itu Tak Terbacakan

25 Mei 2017   09:21 Diperbarui: 25 Mei 2017   10:20 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Negeri ini sepertinya makin kisruh saja logikanya. Saat pengadu domba dibiarkan berkarya dengan berlindung di balik kebebasan bersastra. Saat para pembenci yang kebelet menelurkan ide kriminalnya di media sosial dengan berlindung di balik alasan kebebasan berpendapat dibiarkan saja berkoar-koar menantang makar.

Mestinya Polri tak perlu ragu untuk menangkap siapapun yang terindikasi melakukan hal-hal itu. Tak perlu menunggu lama, minimal mereka ditanyai baik-baik dan didata saja dulu kalau khawatir melanggar hak asasi para setan yang berada dalam tubuh manusia.

Karena semalam, ide-ide kriminal berbalut kebencian lolos dari antisipasi kepolisian dan termanifestasikan dalam bentuk dua ledakan yang membawa korban abdi negara dan masyarakat sipil di dekatnya. Suatu kawasan di bilangan Kampung Melayu teah menjadi sasaran.

Ada apa ini? Polri dengan Densus 88 dan kerjasama dengan BNPT-nya bisa kecolongan? Padahal, menurut pemberitaan, ledakan itu cukup besar.

Mungkinkah Kapolri lengah? Mungkinkah karena jengah diserang puisi jelek yang mendapat "endorsement" dari pejabat setingkatnya kemarin itu Kapolri jadi sungkan menerapkan prosedur ketat pengamanan? Puisi jelek itu membuat Kapolri tak enak menjalankan prosedur ketat perlindungan bagi rakyat banyak?

Harusnya Kapolri mengabaikan puisi itu dan lebih memilih fokus pada keselamatan rakyat, bangsa, dan negara saja. Karena tetap lebih baik mencegah daripada mengatasi setelah benar-benar terjadi dan memakan korban. Karena profesionalitas sebagai abdi negara lebih tinggi prioritasnya daripada kualitas (religiusitas) diri sendiri.

Kita semua paham, ghirah keagamaan memang kadang "memabukkan". Hampir tak ada manusia yang rela masuk neraka demi keselamatan rakyat banyak. Tapi ada saja manusia yang tega mencelakai banyak orang demi tiket surga untuk dirinya sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun