Mohon tunggu...
Genoveva Kiranaputri
Genoveva Kiranaputri Mohon Tunggu... Dokter - 🐶🐯🐴🐮🦌🐏🐵

dokter hewan, mahasiswa biologi konservasi. Belum kapok berproses.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Anjing dan Skabies

9 Mei 2019   23:00 Diperbarui: 9 Mei 2019   23:16 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Anjing Domestik (Sumber: dokumentasi pribadi)

Anjing merupakan hewan yang pertama kali didomestikasi oleh manusia (Pemburu-Pengumpul) dari serigala (Clutton-Brock, 1995). Morfologi anjing sangat bervariasi dari ukuran sampai bentuk tubuh, misalnya: anjing Chihuahua (berukuran kecil) dan anjing Great Dane (berukuran besar) sebagai contoh.

Anjing dan manusia berbagi sejumlah sinyal-sinyal sosial dan perilaku untuk berkomunikasi. Sinyal-sinyal tersebut sudah terjadi di awal proses domestikasi (Houpt and Wilis, 2001). Hal ini memberikan tingkah laku atau perilaku anjing memiliki daya tarik tersendiri di mata manusia dibandingkan dengan hewan domestikasi lainnya sehingga anjing menyandang status sebagai "A Man's Best Friend" (Jensen, 2007).

Gambar 2. Anjing Ras (Sumber: dokumentasi pribadi). 
Gambar 2. Anjing Ras (Sumber: dokumentasi pribadi). 

Skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei (S. scabiei) yang termasuk dalam kelas Arachnida, sub kelas Acari (Acarina), ordo Astigmata, dan famili Sarcoptidae. Beberapa tungau sarcoptid bersifat parasit obligat pada kulit dan mampu menular ke manusia (McCarthy et al., 2004). Skabies merupakan permasalahan kesehatan umum (public health worldwide).

Penelitian dalam aspek biologi S. scabiei dan interaksi parasite-hospes terhambat karena kurangnya menjaga parasit secara in vitro (di dalam laboratorium) dan material parasit. Penelitian mengenai S. scabiei dibutuhkan untuk mencegah (prevent), mendiagnosis (diagnose), dan mengobati (treatment) pada manusia dan hewan (Mounsey et al., 2013).

Wardhana et al. (2006) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa skabies menjadi kendala dalam dunia peternakan dan kesehatan manusia. Lembaga-lembaga terkait harus memberikan perhatian khusus agar penyebarannya tidak semakin luas.

Gambar 3. Anjing yang Menderita Infestasi Skabies. Sumber : 107dog.wordpress.com
Gambar 3. Anjing yang Menderita Infestasi Skabies. Sumber : 107dog.wordpress.com

Krebs dan Davies (1993) menyatakan bahwa sama seperti pada kasus predation vs. prey (predator vs. hewan mangsa), interaksi hospes dan parasit memberikan keuntungan pada salah satu pihak (parasit, yaitu S. scabiei) dan kerugian pada pihak lain (hospes, yaitu anjing/hewan domestik/manusia). Hewan domestik (termasuk anjing) sebagai hospes S. scabiei tidak perlu melakukan kontak langsung dengan hewan yang menderita infestasi S. scabiei agar tertular.

S.scabiei mencari sumber stimulus dari hospes ketika tidak menempel pada hospes tetapi masih dalam jangkaunnya. Perilaku ini memfasilitasi S. scabiei untuk mengkontaminasi lingkungan hospes ketika sedang tidak menempel pada hospes. S. scabiei dapat bertahan di tempat tidur (bedding), kandang (instalasi kandang) dan lingkungan hospes (Arlian & Morgan, 2017).

Gambar 4. Anjing menunjukkan perilaku menggaruk karena gatal (pruritus) lebih sering sebagai tanda awal terinfestasi skabies. Sumber: 107dog.wordpress.com
Gambar 4. Anjing menunjukkan perilaku menggaruk karena gatal (pruritus) lebih sering sebagai tanda awal terinfestasi skabies. Sumber: 107dog.wordpress.com
Penelitian masa hidup S. scabiei tanpa hospes menunjukkan S. scabiei var. canis betina dapat bertahan lebih dari satu minggu di lingkungan 15C dan kelembaban relatif di atas 75%. Di lingkungan lebih panas (25 C), S. scabiei var. canis betina dapat bertahan 1-2 hari di berbagai kelembaban. Masa hidup S. scabiei jantan lebih pendek dibandingkan betina.

Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa temperatur lebih hangat mengurangi kemampuan bertahan hidup S. scabiei. Dalam penelitian tersebut, kematian S. scabiei terjadi akibat dehidrasi karena ketidak mampuannya mengatur cairan tubuh (homeostasis). Kondisi lingkungan yang memiliki kelembaban relatif tinggi dan temperatur di bawah 20C dapat menperpanjang masa bertahan hidup (survival times) S. scabiei (Arlian & Morgan, 2017).

Pengobatan infestasi skabies dapat menggunakan bahan intermectin, amitraz (Wardhana et al., 2006; Cholillurrahman, 2012; Sumanthi & Veen, 2013), fipronil 10% (Cholillurrahman, 2012), dll. Resistensi terhadap pemberian ivermectin pernah tercatat di manusia dan anjing (Mounsey et al., 2013).

Resistensi tersebut sebagai bentuk adapatasi S. Scabiei untuk dapat bertahan hidup. Pemberian terapi atau obat untuk anjing yang menderita skabies harus di bawah pengawasan dokter hewan. Oleh karena itu, periksakan kesehatan hewan kesayangan Anda secara rutin ke dokter hewan.

Daftar Acuan
Arlian, L.G. dan Morgan, M.S. 2017. A review of Sarcoptes scabiei: past, present, and future. Parasites & Vectors (2017) 10-297.
Cholillurrahman. 2012. Studi Kasus Skabies Anjing di Rumah Sakit Hewan Jakarta (Januari 2005 -- Desember 2010). Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Clutton-Brock, J. 1995. Origins of the dog: domestication and early history. In: Serpell, J. (ed.) The Domestic Dog, it's Evolution, Behavior, and Interactions with People. Cambridge University Press, pp.7-20.
Houpt, K.A. dan Wilis, M.B. 2001. Genetics of behavior. In: Ruvinsky, A. dan Sampson J. (eds) The Genetics of the Dog. Inggris: CABI pp.371-400.
Jensen, P. 2007. Behavioral Biology of Dogs. Inggris: CAB International.
Krebs, J.R. dan Davies, N.B. 1993. An Introduction to Behavioral Ecology 3rd Edition. Inggris: Blackwell Publishing.
McCarthy, J.S., D.J. Kemp, S.P. Walton, dan B.J. Currie. 2004. Scabies: More than just an irritation. Postgrad. Med. J. 80: 382-387.
Mounsey, K.E., McCarthy, J.S. dan Walton, S.F. 2013. Review Scratching the itch: new tools to advance understanding of scabies. Trends in Parasitology Vol. 29 Issue 1 pp.35-42.
Sumanthi, B.R. dan Veena, M.P. 2013. Therapeutic management of Scabies -- A Report in 2 Caprines. Intas Polivet Vol. 14 Issu 2, pp. 290-291.
Wardhana, A.H., Manurung, J. dan Iskandar, T. 2006. Skabies: tantangan penyakit zoonosis masa kini dan masa datang. WARTAZOA Vol. 16 No. 1 Th. 2006.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun