Mohon tunggu...
Abdul Ghofur (Affu)
Abdul Ghofur (Affu) Mohon Tunggu... -

Passion di Bidang Extractive Metallurgy; Renewable Energy; dan Strategic Management | Lumajang-Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kondisi, Fakta dan Permasalahan Energi Terbarukan di Indonesia

18 Agustus 2017   20:07 Diperbarui: 20 Agustus 2017   00:52 26158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Negara Maroko yang ada di gurun sahara, Raja Mohammed VI membuat kompleks tenaga surya terbesar di dunia. Proyek itu dikenal dengan Noor Project. Besaran investasinya pun tak tanggung-tanggung, kira-kira jika ditotal mencapai angka 9 milyar USD. Angka yang sangat besar. Namun, Raja Mohammed VI tampaknya berhasil menarik investor global untuk turut berinvestasi dalam pengembangan proyek tersebut hingga proyek Noor I berhasil berjalan dengan baik sampai saat ini [5,6].

Sebenarnya, banyak praktisi energi dan pakar ekonomi yang menilai bahwa ROI di bidang EBT angkanya cukup positif. Namun, sepertinya itu tidak cukup bagi pelaku industri EBT jika tidak bisa mencetak laba yang menguntungkan. Disini, pemerintah perlu untuk mendorong dan bekerjasama untuk secara bersama-sama komitment menjalankan dan merealisasikan EBT, karena investasi yang besar hanyalah salah satu alasan didepan yang belum banyak dibuktikan dengan kegagalan dan kebangkrutan di lapangan. Selain itu, pemerintah perlu inisiatif lebih untuk menarik investor global untuk masuk dan invest di Indonesia. Potensi EBT kita luar biasa beragam.

3. Tinjauan Teknologi dan Tenaga Ahli

Penerapan EBT di Indonesia sering dikaitkan dengan masalah teknologinya itu sendiri. Padahal, teknologi EBT yang berbasis panas bumi, biomasa, dan hidro sudah terbukti cukup proven dan kita mampu menguasainya. Sehingga, alasan dari sisi teknologi bahwa kita masih ketinggalan rasanya juga belum bisa disepakati. Fakta di lapangan, banyak senior kita seperti Ibu Tri Mumpuni dan Bapak Sucipto di Lumajang yang sudah terbukti berhasil membuat PLTMH (Mikro Hidro) dengan tenaga ahli yang direkrut dari orang-orang sekitarnya. Ini mengindikasikan bahwa kita sudah mumpuni dalam hal teknologi EBT berbasis mikro hidro. Keduanya pun sudah banyak menerapkan dan menjalankan PLTMH-nya di berbagai wilayah di Indonesia.

Permasalahannya ada pada EBT berbasis tenaga nuklir, angin, CBM, tenaga surya, dan arus laut yang memang kita masih jauh ketinggalan. Infrastruktur untuk Litbang kita harus diakui masih kurang dan belum cukup untuk melakukan terobosan di bidang tersebut. Namun bukan berarti kita sama sekali tidak bisa. Sudah banyak hasil prototype dari BPPT terkait PLT-Arus Laut yang didemonstrasikan meski belum menggembirakan dan memuaskan hasilnya.

4. Tinjauan Utilitas dan Penyimpanan

Indonesia bagian timur kaya akan potensi EBT berbasis tenaga surya, angin dan arus laut. Disamping itu, Indonesia bagian timur rasio elektrifikasinya pun belum baik dan masih sering kita jumpai pemadaman listrik berkali-kali terjadi. Di banyak kepulauan kecil pun sama sekali tak ada listrik. Mayoritas listrik didapatkan dengan tenaga diesel yang mana membutuhkan bahan bakar berupa minyak bumi.

Bantuan dari pemerintah berupa panel surya dan lampu tenaga surya memang cukup membantu penerangan saat malam hari, namun tidak untuk kebutuhan listrik sehari-hari. Maka, solusi atas kondisi seperti ini adalah dilakukannya langkah hybrid. Malam pakai panel surya, siangnya pakai diesel.

Kondisi Indonesia Timur yang didominasi kepulauan pun menjadi masalah ketika dihadapakan pada soal utilitas energi jika menggunakan PLTU, meskipun berbahan bakar batubara. Akan mahal dalam penyalurannya. Dilain pihak, potensi EBT yang terbesar di Indonesia Timur ada pada ketiga jenis EBT di atas. Dan ketiganya masih belum kita kuasai; faktor kapasitasnya pun kecil sekali.

Penutup

Dalam banyak kasus di lapangan, penerapan EBT di Indonesia masih digolongkan kecil dimana pemanfaatan EBT yang terbanyak hanya pada tenaga panas bumi, biomasa dan hidro. Apalagi setelah dikeluarkannya aturan tarif pembelian tenaga listrik berbasis EBT yang dinilai pengusaha kurang menarik. Untuk saat ini, fokus pemerintah memang untuk mencapai target elektrifikasi meskipun berbahan bakar fosil. Disatu sisi ini baik untuk saudara kita yang belum merasakan listrik, namun disisi lain kita yang akan semakin tertinggal dan terlambat menyusul. Upaya pemerintah untuk tetap mendorong minat swasta dan akademisi harus terus ditingkatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun