Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Suburkan Narasi Hoaks, Elektabilitas Gerindra Melorot

7 Januari 2019   15:26 Diperbarui: 7 Januari 2019   16:44 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo / Foto Kompas.com

Ratna Sarumpaet tak bisa membantah CCTV dan bukti-bukti bahwa dirinya dioperasi plastik. Kontras dengan pengakuannya yang dianiaya sekelompok orang. Apalagi citra penganiayaan itu justru menyudutkan Prabowo sendiri dengan peristiwa intimidasi dan penculikan pada masa Orde Baru.

Publik seolah-olah diingatkan kembali dengan penculikan beberapa aktivis yang vokal terhadap kebijakan Orde Baru. Apalagi saat itu Prabowo merupakan bagian dari Orde Baru itu sendiri.

Kini narasi kebohongan Prabowo tentang selang cuci darah yang dipakai oleh 40 pasien justru sudah menuai hasilnya sendiri. Gerindra dan Prabowo harus menuai hasil bahwa menyebar hoaks itu tak ada faedahnya sama sekali, justru malah merugikan partai mereka.

Menurut laporan Lembaga Riset Publik (LRP), elektabilitas Gerindra turun dari 18,6 persen pada dua bulan sebelumnya menjadi 17 persen pada akhir Desember 2018. Ada penurunan 1,6 persen. Soal suara 1,6 persen ini termasuk cukup signifikan, apalagi jika ingin menumbangkan partai lain yang menjadi pemenang pada Pemilu 2014.

Kalau menurut Direktur LRP Arvan Maulana, penurunan tersebut tak lain karena isu hoaks yang dimainkan oleh beberapa petinggi Gerindra termasuk Prabowo.

"Suka atau tidak suka, hasil riset kami menunjukkan kabar bohong atau hoaks, isu kampanye negatif dan kampanye hitam berpengaruh pada penurunan elektabilitas Partai Gerindra," ujar Arvan.

Hoaks yang dilontarkan kubu Prabowo seolah silih berganti. Mulai dari pernyataan Sandiaga Uno tentang membangun Tol Cipali tanpa utang sampai dengan 7 juta surat suara yang sudah tercoblos yang diviralkan oleh Andi Arief. Lengkap sudah narasi hoaks koalisi Adil dan Makmur.

Amat disayangkan jika elite koalisi Adil dan Makmur tidak belajar dari kasus hoaks Ratna Sarumpaet. Begitu juga dengan riset yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukkan bahwa elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin melesat dari 53,2 persen di bulan September menjadi 57,7 persen di bulan Oktober.

Menurut Ikrama Masloman, peneliti LSI, mengungkapkan bahwa kenaikan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf ini tak lain karena terungkapnya kasus hoaks Ratna Sarumpaet.

Namun, di sisi lain juga menjadi pekerjaan rumah bagi TKN Jokowi-Ma'ruf bahwa mesin politiknya perlu dimaksimalkan kembali. Jangan sampai elektabilitas Jokowi-Ma'ruf naik hanya gara-gara kompetitornya tersandung batu.

Ibarat sedang bertanding di ring tinju, lawan kalah karena terpeleset kakinya sendiri. Kan jadi anti-klimaks. Penonton bakal kecewa dengan sajian pertandingan seperti ini. Apalagi menurut LSI masih ada 13,7 persen yang belum menjawab dukungan mereka. Apakah pada akhirnya akan memilih Jokowi atau Prabowo pada April 2019 mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun