Mohon tunggu...
Fera Nuraini
Fera Nuraini Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di Ponorogo. Doyan makan, pecinta kopi, hobi jalan-jalan dan ngobrol bareng. Lebih suka menjadi pendengar yang baik.\r\n\r\nMampir juga ke sini ya, kita berbagi tentang BMI\r\nhttp://buruhmigran.or.id/\r\ndan di sini juga ya \r\nwww.feranuraini.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Lika-liku Merawat Manula

6 Desember 2012   04:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:06 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang bilang kalau merawat manula (manusia lanjut usia) itu seperti merawat bayi. Bedanya kalau bayi hanya bisa menangis saat kita tidak paham apa yang dia inginkan, kalau manula bisa marah saat keinginannya tidak terpenuhi meski kita paham. Butuh kesabaran lebih karena manula bisa menolak, membantah, memaksa dan mengeluarkan jurus ngeyelnya.

5 tahun lebih saya merawat manula (kakek usia 95 tahun) yang setahun terakhir ini sering keluar masuk rumah sakit. 4 tahun sebelumnya, badannya masih segar bugar, bisa melakukan semua aktifitas sendiri seperti mandi, ganti baju, makan, minum obat, bahkan masih bisa saya tinggal sendirian di rumah 3 jam lebih.

Menurut dokter sih, kalau manula masuk rumah sakit, saat keluar pikirannya pasti berubah, ada sedikit linglungnya. Nah, kalau sering keluar masuk rumah sakit apalagi, linglungnya bertambah. Dan ini dialami oleh kungkung (kakek) saya. Saat ini sebulan bisa 3 kali keluar masuk rumah sakit.

Pikirannya jauh berubah dalam setahun terakhir ini. Kadang dia ngoceh sendiri sehari semalam, tidur cuma menitan. Makan minun pun tetap sambil ngomong tak henti, tapi matanya tertutup. Badannya jadi lebih aktif, mendekati hiper aktif malah. Pernah juga dalam seminggu dia tidak tidur. Meski badannya terbaring di ranjang, tapi mulutnya ngomong terus, suaranya sangat keras. Berhenti 5-10 menit, lalu lanjut lagi. Saat dibangunkan, duduk di kursi mata tetap terpejam. Makan sesendok, minum seteguk, mata tetap merem, tapi mulutnya tetap ngomong.

Keadaannya akan jauh berbeda saat dia cukup tidur. Bicaranya sangat jelas, teratur, orangnya juga tak banyak gerak, diajak ngobrol nyambung, makan minum pun menjadi lebih mudah. Dan kondisinya akan berubah lagi saat gangguan tidur datang.

Pernah juga saat malam tidak bisa tidur, saya kasih obat tidur 4 butir (anjuran dokter) tapi ternyata tidak mempan sama sekali, mental obatnya dan tak berefek sedikit pun. Tetap saja sehari semalam ngomong tanpa henti, pancal selimut sana-sini, ingin bangun sendiri, bahkan pernah hampir jatuh dari ranjang gara-gara terlalu banyak gerak. Saya tidak tahu dia dapat kekuatan dari mana. Padahal istirahatnya kurang, makan pun juga berkurang, tapi tenaganya justru menjadi berlipat-lipat.

Pernah saya dan teman saya di marahi habis-habisan oleh anaknya kungkung (dia adik bos kami) saat sedang makan dia keselek lalu batuk-batuk. Gimana gak keselek, la di mulutnya penuh nasi tapi ngocehnya tetap terus tak mau berhenti. Kita yang sehat pun, kalau sedang makan sambil ngomong pasti pernah mengalami hal ini, kan?

Kami tentu tidak mau disalahkan, saya jelaskan kalau dia makan sambil ngomong hasilnya pasti gitu. Baru dia paham. Pernah juga kami disalahkan Saat meminumkan obat. Obat masih di mulut diberi air tidak mau minum, malah obatnya dikunyah. Duhh, hasilnya apa? Batuk-batuk sejam lebih gak mau berhenti, sampai memanggil ambulan untuk dibawa ke rumah sakit.

Meski sudah diberi penjelasan oleh dokter, kalau organ pencernaannya kungkung ada gangguan dan ini menghambatnya saat menelan sesuatu, tetap saja kami yang disalahkan. Dituduh terlalu tergesa-gesa menyuapi atau memberi minum. Padahal kami sangat mengerti penjelasan yang diberikan oleh dokter dalam bahasa kantonis. Beginilah resikonya merawat manula :D

Memang waktu kami lebih banyak berada di sisi kungkung dari pada anak-anaknya. Dan mereka sudah memasrahkan orang tuanya ke kami. Jadi, kalau ada masalah sedikit saja, tentu mereka larinya ke kami. Kadang saya merasa takut, jangan-jangan kalau kungkung meninggal, kami selaku perawatnya yang disalahkan? (semoga tidak).

Sebagai seorang pekerja yang ikut orang, yang dibutuhkan oleh kami adalah sebuah kepercayaan. Kalau bos tidak percaya, lebih baik tidak usahlah mengambil pekerja, dan silahkan dikerjakan sendiri :P

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun