Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Paulo Coelho, Seniman Pencari Hakikat

30 Maret 2019   02:36 Diperbarui: 30 Maret 2019   20:01 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis Brasil, Paulo Coelho, difoto fitempat tinggalnya, Jenewa, Swiss. [Foto: Niels Ackermann/TIME]

Buku
Buku "Kitab Suci Kesatria Cahaya" - Paulo Coelho [Sumber foto: Gramedia.com]

Seni Sastra sebagai Pencarian Makna dan Kebijaksanaan 

Keseniman Paulo Coelho sentuh rasa dan akal serta menggali yang tersembunyi untuk diketahui hakikatnya seperti apa kemudian ditampilkan realitasnya. Ia ingin melampaui pemikiran Plato dan Aristoteles yang berbeda pada simpulan, terpenting yang manakah seni untuk akal atau seni untuk rasa.

Kecenderungan buku Coelho adalah novel yang berisikan pesan-pesan kebijaksanaan agar ketika seseorang setelah membacanya maka ia berkesan di hati dan akal serta diharapkan jadi pelita jalani hidup yang kadang gelap dengan lekuk lika likunya.

Bahan bakar kepenulisan Coelho mulai dari akrabnya dengan khazanah Islam dan karya-karya sufi seperti Sa'di dan Jalalludin Rumi, kebijaksanaan Zen (salah satu aliran Buddha Mahayana), filsuf Cina Lao Tzu dan I Ching, lingkungan dimana ia tinggal, apa yang pernah dihadapi dan pernah menempuh Jalan Menuju Santiago, rute penziarah abad pertengahan berpadu dengan iman Katolik.

Sekujur karya buku-buku Coelho memuat hal tersebut. Khazanah Islam tampak di buku Kitab Suci Kesatria Cahaya ketika Khalifah Muawwiyah pernah bertanya kepada Amru bin Ash tentang rahasia kepiawaian yang luar biasa, "saya tak pernah melibatkan diri dalam sesuatu hal tanpa lebih dahulu menyiasati jalan keluarnya; selain itu, saya tidak pernah masuk ke dalam sebuah situasi lalu terburu-buru ingin segera keluar lagi," jawab Amru bin Ash.


Di Buku berjudul Seperti Sungai yang Mengalir ada cerita tentang makna dibalik belajar memanah yaitu seseorang ketika memanah harus fokus pada targetnya, menghitung arah angin, dan percaya pada intuisi. Begitupun dalam hidup. Memanah biasanya dilakukan oleh orang Jepang-penganut agama Budha.

Kata-kata bijak dari Lao Tzu ditulisnya secara jelas di buku Kitab Suci Kesatria Cahaya, "kasih yang berlimpah membawa keberuntungan, menumpuk kebencian membawa bencana. Setiap orang yang gagal mengenali masalah ibaratnya meninggalkan pintu yang terbuka, dan tragedi pun masuk dengan mudahnya."

Buku novel berjudul Gunung Kelima diambil dari episode di Alkitab.  Ini seperti kelanjutan iman katoliknya dan jalan hidupnya yang bermula di  Sang Alkemis dilanjutkan di Ziarah dan bertemu di Gunung Kelima karena di sinopsis buku ini sang Elia mesti menentukan pilihan antara cinta yang baru tumbuh di hatinya dan kewajiban yang mesti diselesaikannya. 

Dari gambaran tersebut tampaklah bahwa jalan kesenimanan Paulo Coelho mencari hakikat pada yang tersembunyi dibalik suatu peristiwa kemudian di hidangkan maknanya kepada para pembaca dengan penuh kata-kata (baca: pesan) kebajikan dan kebijaksanaan agar manusia mewujudkan impiannya, menerima ketidakpastian dalam hidup, dan bangkit untuk menyongsong takdir pribadi dengan segala keunikannya masing-masing agar berujung kebahagiaan ruhani dan jasmani.  

(Illustrated by PIxabay.com)
(Illustrated by PIxabay.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun