Mohon tunggu...
Elesia
Elesia Mohon Tunggu... Administrasi - I'm a writer

Penulis CERPEN ANAK Penulis PUISI

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengkhayal E-KTP Mempermudah Pemilu

22 Maret 2019   22:57 Diperbarui: 22 Maret 2019   23:55 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : Kompas.com

Berhubung banyak kali berita di surat kabar atau media elektronik tentang pengurusan surat suara untuk pemilu nanti kalau beda lokasi keberadaan dengan lokasi di KTP, jadi tiba-tiba aja aku berpikir ulang untuk apa direkam sidik jari dan retina mata saat mengurus e-KTP?

Setelah masak siang untuk suami, aku duduk di meja makan. Sambil mengambil nafas panjang kemudian menghayal sedikit. Hayalannya begini, kepingin sekali memilih tapi gak repot kali ngurus macam-macam kesana-sini. Segala jenis kantor yang berkaitan dengan mengurus berkas-berkas itu pun jauh, sekitar 30 menit ke kota kalau naik kereta (sebutan orang medan untuk sepeda motor).

Setelah helaan nafas kedua, kuambil e-KTP. Teringat lagi, fungsinya kartu ini gak main-main. Kudengar dulu, kalau gak pake e-KTP susah minjam di Bank, jadi cepat-cepat aku pulang kampung ngurusnya. Padahal kalau buka buku tabungan di Bank kan harus pakai KTP dengan domisili yang dekat dengan lokasi Bank atau kalau tidak minta surat tanda belajar dari kampus. Jadi di Bank sudah ada lah data kita, yang sama dengan data di KTP. Tapi sialnya, percaya kali awak sama isu-isu dulu.

Nah setelah sejenak berpikir begitu, terlintas langsung kartu ATM.

Jadi kan kayaknya gak bakalan repot kalau PEMILU pakai sistem sama seperti ATM. Masukkan password (scan jari dan retina) kemudian enter pilihan anda. Dan keuntungannya bisa dilakukan dimana saja kalau di hari PEMILU kita sedang berpergian keluar kota (bukan keluar negeri ya).

Mikirnya sih versi emak-emak ya, selain barang mesin PEMILU nya bisa digunakan ulang, juga jauh dari penyalahgunaan suara. Dan terutama, hemat anggaran. Nah kan tetap ini sih yang utama. Hemat. Kubilang hemat ya biar gak sekali pakai. Kayak kardus atau kotak suara yang semacam itu bisa hilang entah dimakan rayap siluman.

Sejenak, aku sudah merasa yakin dengan ideku itu.

Eh, tiba sore hari nonton siaran tentang penjelajahan pelosok-pelosok. Terus terpikirkan lagi, lah bagaimana kalau sistem Mesin PEMILU ini berlaku di daerah terpencil? Susah juga ya. Mungkin pun banyak warga negara indonesia asli yang belum merekam sidik jari atau scan retina, intinya tak punya e-KTP lah.

Kudengar-dengar dulu, waktu lewat dari perkumpulan para politisi dadakan, relokasi kotak suara dari daerah terpencil rawan di salahgunakan. Apalagi kata seorang bapak, "Kalau beneran dari kardus kotak suara itu dibuat nanti, bisa-bisa aja kena air kalau membawanya harus melewati sungai dan memakai perahu!"

Intinya akomodasi lebih mahal lah. Aduh, kok fokus ke mahalnya lagi ya.

Ya iya, emang itu intinya. Dan disitulah celah terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun