Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Etiskah Pembagian Jatah Menteri Sebelum Pilpres?

4 April 2019   16:30 Diperbarui: 5 April 2019   08:19 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan Capres-Cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno| Kompas.com/Andreas Lukas Altobeli

Kubu capres nomor 02 Prabowo telah mengumumkan jatah menteri untuk partai pendukungnya. Padahal pilpres pun belum berlangsung, masih menunggu dua minggu lagi.

Menurut etika politik, apakah wajar mengumumkan jatah menteri kepada partai pendukung? Selama puluhan tahun baru kali ini terjadi.

Pembagian jatah kursi menteri memang menjadi hak dan kewajiban pemenang pilpres. Hal ini sudah menjadi kesepakatan politik sebelum sebuah organisasi menyatakan memberi dukungan.

Namun biasanya, bagi-bagi jatah merupakan rahasia di antara capres dan para pendukungnya. Bukan untuk konsumsi publik. Meskipun kemudian ketika dilantik akan tampak berapa menteri yang didapat partai tertentu.

Sejauh pengalaman saya, para pendukung capres menunggu kepastian kemenangan dari hasil pilpres. Setelah sudah mendapat kepastian, barulah partai mengajukan daftar nama kepada capres tersebut.

Daftar nama yang diberikan, sudah lengkap dengan nama calon untuk setiap jabatan yang memungkinkan. Dari jejeran menteri, duta besar, komisaris BUMN dsb.

Kemudian capres pemenang akan menyeleksi orang-orang yang diajukan. Tentu saja hal itu juga disesuaikan dengan perolehan suara dari partai yang bersangkutan.

Nah, kalau sekarang ada capres yang sudah mengumumkan pembagian jatah kursi, bagi saya sudah melanggar etika. Sungguh tidak etis baik dihadapan rakyat maupun dihadapan Tuhan.

Dokumentasi KompasTV
Dokumentasi KompasTV

Kenapa begitu? Pertama, dia sudah mendahului ketetapan Tuhan seakan akan dia pasti menang. Padahal takdir belum berlaku, masih menjadi kekuasaan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun