Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mawar yang Terluka [1]

14 September 2017   16:16 Diperbarui: 15 September 2017   09:35 1981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : *If my heart could speak...*-girl face, woman, sorrow, rose, alone, pink, sad, brunette, love / www.pinterest.com

"Mama mesti jelaskan dulu, mengapa Mama tidak menyukai Hana?" Sae bertanya dengan suara bergetar.

"Karena status dia. Dia itu janda!" suara Mamanya meninggi tak bisa diredam lagi.

"Di mana letak kesalahan seorang janda, Ma?" Sae mulai terpancing emosi.

"Dengar, Sae. Usiamu baru dua puluh lima tahun. Kau lebih pantas berdampingan dengan seorang gadis. Bukan dengan perempuan yang gagal menikah. Apalagi ia---sudah mempunyai anak."

Seketika wajah Sae memerah padam. Dadanya seolah hendak meledak. Tapi Sae tidak bisa berbuat apa-apa. Ia sangat tahu diri, tak elok baginya melawan Ibundanya sendiri.

Sementara Hana yang tengah duduk terpekur di ruang tamu, mendengar semuanya. Perempuan usia tigapuluhan itu berdiri dari duduknya. Pertengkaran mulut antara Sae dan Ibunya, membuatnya ingin segera pergi dari rumah mewah itu.

Di luar hujan masih terus meluruh. Butirannya memercik ke mana-mana. Hana tidak peduli. Ia sudah memutuskan untuk pergi. 

Sae tidak ingin bersitegang dengan Ibundanya. Pemuda itu berjalan menuju ruang tamu. Ia ingin menemui Hana. Dan ia nyaris kehilangan perempuan itu, kalau saja matanya tidak memergoki Hana yang tengah berlari-lari kecil menapaki jalanan menembus derasnya hujan. Sae bergegas mengejarnya, menarik lengan perempuan itu dan mengajaknya untuk kembali.

Tapi Hana menolak. Ia sudah tatag pada keputusannya. Tetap ingin pergi.

"Hana, dengarkan aku dulu," Sae membujuk seraya berusaha melindungi tubuh Hana dari guyuran hujan dengan kedua lengannya.

"Apalagi yang harus aku dengar, Sae? Semuanya sudah jelas," Hana memalingkan muka. Ia sembunyikan airmatanya yang sejak tadi mendesak keluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun