"Benar katamu, papahmu masih hidup."
"Benarkah? Dimana dia sekarang? Ayo katakan mah..!" Ungkap Melani kegirangan.
"Sabar sayang, mamah mohon jangan paksa mamah untuk menceritakan semuanya hari ini."
"Kenapa mah?" Melani makin penasaran.
"Pokonya mamah belum siap bercerita. Mamah mohon, kamu mengerti, sayang."
"Baiklah. Kalau itu maunya mamah. Melani minta di ulang tahun nanti, Melani sudah tahu siapa dan dimana papah berada."
***
Dua minggu kemudian, tepatnya di hari ulang tahun Melani, tampak tak ada pesta apapun di rumahnya. Padahal, biasanya sweet seventeen adalah perayaan umur yang sakral bagi yang berulangtahun, khususnya perempun menuju pintu gerbang kedewasaan.
Melani yang sedang duduk di beranda rumah tampak begitu gelisah. Entah apa yang ada dalam benaknya.
Namun, tak lama berselang, kegelisahan Melani berubah total menjadi kebahagiaan. Ibunya Melani datang bersama seorang laki-laki paruh baya, namun masih kelihatan tampan.
"Sayang, ayo tebak...! Siapa yang bersama mamah ini?" Tanya ibunya sambil menunjuk ke arah laki-laki tadi.
"Papah?" Sahut Melani, menduga.
"Iya, inilah papahmu...!"
"Benarkah, ini papah?" Tanya Melani lagi.