Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Lompatan Quantum Jokowi dan Makna Kemerdekaan

17 Agustus 2019   15:47 Diperbarui: 17 Agustus 2019   19:57 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sayalah yang memimpin lompatan kemajuan kita bersama."

Itulah pernyataan Jokowi saat pidato kenegaraan di gedung DPR MPR RI kemarin. Terkesan tegas, optimis dan tentu saja mengandung nilai keteladanan. 

Dihadapan Parlemen, Jokowi dengan percaya diri menegaskan dua hal. Yakmi pertama, dirinya sebagai Presiden yang akan berada didepan sebagai Pemimpin rakyat. Kedua, dirinya memastikan Iindonesia akan mengalami lompatan kemajuan lewat berbagai  aspek pembangunan.

Dari dimensi pesan simbol, Jokowi hendak memberi pesan bahwa hakekat seorang Peminpin adalah penggerak yang berada didepan dan menjadi teladan bagi rakyatnya. Teladan dan segi gagasan, ucapan dan perilaku, sehingga bisa diikuti oleh rakyat tanpa ragu. 

Diteladani karena apa yang dilakukan bermanfaat dan berdampak besar. Walaupun banyak tantangan, namun tetap dihadapi dengan segala konsekuensi. Itulah tanggung jawab seorang Pemimpin yang sudah dibuktikan oleh Jokowi.

Pesan lain dari adagium lompatan kemajuan  oleh Jokowi adalah pertama, bahwa Indonesia akan maju dengan cara melompat bukan melangkah. Sampai disini maka pilihan kata melompat identik dengan cara progresif.  

Progresif merupakan cerminan  karakter jokowi yang seorang pekerja keras, telaten  dan selalu ingin mendapat hasil yang lebih tepat dan cepat dari yang sebelumnya. Melompat bisa diartikan satu tahap lebih cepat dari pada melangkah, apalagi berjalan ditempat alias stagnan.

Kedua, maju dalam konteks geopolitik Indonesia. Bicara geopolitik Indonesia maka kita merujuk pada pernyataan Sukarno dalan Pidato 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI. Yakni menurut geopolitik maka Indonesi ialah tanah air kita. Indonesia yang bulat bukan Jawa saja atau Borneo atau Selebes, dan Maluku saja. Tetapi segenap Kepulauan yang ditunjuk Allah SWT menjadi satu kesatuan antara dua benua dan dua samudra. Itulah tanah air kita. 

Dalam konteks ini, kemajuan Indonesia yang dimaksud Jokowi adalah sejatinya untuk keseluruhan Indonesia tanpa terkecuali. Melihat apa yang sudah dilakukan Jokowi dalam lima tahun pertana kepemimpinannya, sebenarnya Jokowi sudah melakukan lompatan kemajuan. Bahkan boleh dikatakan sebagai lompatan quantum.

 Buktinya adalah  pembangunan infrastruktur berupa jalan tol di Sumatera, jalan trans di Papua, membangun banyak waduk, jembatan, irigasi, rel kereta api, pelabuhan, perumahan, embung,  SPAM dan bandara di berbagai daerah. Dalam lima tahun pertama banyak pembangunan infrastruktur di pelosok daerah digenjot secara luar biasa, adalah cara Jokowi bekerja dengan melakukan lonpatan quantum.

Jadi ketika Jokowi mengatakan akan memimpin lompatan kemajuan Indonesia untuk lima tahun kedepan,  itu bukan sekedar pemanis ucapan semata.  Sebaliknya kita sangat yakin, seyakin yakinnya Jokowi akan mewujudkan janjinya. 

Dalam Visi Indonesia ada lima program yang diprioritaskan Jokowi dalan lina tahun kedepan. Yakni melanjutkan pembangunan infrastruktur, penguatan pembangunan sumberdaya manusia (SDM), mengundang investasi seluas luasnya, melanjutkan reformasi birokrasi dan penggunaan APBN yang fokus dan tepat sasaran.

Rasanya apa yang menjadi visi dan adagium Jokowi, sangat relevan dengan makna kemerdekaan Republik Indonesia ke 74 yang kita peringati hari ini. Makna kemerdekaan yang harusnya dirasakan oleh segenap rakyat Indonesia yakni bebas dari belemgu penjajahan, ternyata belum semua merasakan. 

Masih ada sebagian rakyat yang hidup terjajah oleh kemiskinan, kesenjangan, ketertinggalan bahkan keterisolasian karena wilayah yang susah dijangkau dengan sarana transportasi. Padahal  Sukarno 74 tahun  lalu saat bersama founding fathers mendirikan negara Indonesia merdeka, telah mengatakan, bahwa untuk prinsip kesejahteraani tidak akan ada  kemiskinan didalam Indonesia merdeka.

Realitas membuktikan bahwa setelah 74 kemerdekaan Republik Indobesia masih ada kesenjangan pembangunan khususnya di wilayah pelosok. Inilah yang akan menjadi perhatian Jokowi untuk lima tahun kedepan. 

Guna mengatasinya maka pembangunan harus digenjot  secara merata dan maju  bukan hanya lewat lompatan biasa, tapi lompatan quantum. Bayangkan sudah 74 tahun merdeka masih ada wilayah yang belum bisa ditembus kendaraan roda empat alias mobil. Apa kata dunia.

Maka ketika kedepan pembangunan infrastruktur akan dilanjutkan dengan lebih cepat dan menyambungkan infrastruktur tersebut dengan dengan kawasan produksi rakyat, kawasan industri kecil, kawasan ekonomi khusus dan juga kawasan pariwisata, agar efek ekonominya besar, ini merupakan sebuah solusi untuk mengatasi kemiskinan,  kesenjangan dan ketertinggalan tersebut. Ini visi cemerlang yang dibuat Jokowi dalam momentum 74 tahun Indonesia merdeka.

Makanya kita sangat mendukung pernyataan Jokowi, bahwa  pencapaian visi besar harus dipercepat. Tidak ada jalan lain bagi kita semua, selain meninggalkan cara cara lama dan beradaptasi dengan cara cara baru. 

Rasanya Jokowi mengilhami benar apa yang  dikatakan Sukarno, bahwa revolusi adalah pembinasaan dari semua yang tidak kita sukai dan membangun segala apa yang kita sukai. Revolusi adalah perang melawan keadaan yang tua, untuk melahirkan keadaan yang baru.

Khususnya bagi mereka yang berada dalam wilayah terisolir dan berpuluh tahun hidup dalam ketersenjangan, saatnya bagi mereka untuk bisa menikmati dampak pembangunan infrastruktur yang memadai. 

Ibarat papatah,  baju lana  harus diganti baju baru. Kebijakan lama yang selama ini tidak menyentuh mereka, harus diganti dengan kebijakan baru yang revolusioner progresif tepat ke jantung sasaran. Inilah refleksi 74 Indonesia merdeka.

Sukarno sudah mengingatkan, bahwa tiap tiap revolusi akan menghadapi orang orang yang kontra kepadanya. Namun Sukarno juga mengatakan, bahwa bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.

Rasanya Jokowi sadar betul hanya lompatan kemajuan  yang bisa membuat kepercayaan dan kecintaan rakyat pada Kepemimpinannya. Maka ini bisa terwujud ketika Pemerintah melibatkan peran dan sinergitas rakyat, dalam semangat nasionalisme dan kecintaan akan tanah air.  

Dirgahayu Republik Indonesia
Makassar, 17 Agustus 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun