Mohon tunggu...
Efi anggriani
Efi anggriani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulislah dan biarkan tulisanmu mengikuti takdirnya-Buya Hamka

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepatu Pertamaku

21 Oktober 2019   23:20 Diperbarui: 21 Oktober 2019   23:44 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku esok harinya datang lagi ke rumahmu,hanya bertemu dengan pembantumu yang keheranan, kenapa aku mencarimu terus,lalu pembantumu bilang bahwa kamu sudah kuliah di tempat jauh.

Dengan kesal aku harus merelakan sepatu baruku yang mengkilat,yang hanya akan jadi pajangan karena hanya  terlalu licin dan aku salah memilih,tetapi itu sepatu berjinjit pertamaku ,aku akan  mencari cara supaya alasnya tidak licin.

Aku kehilangan sepatu pertamaku,aku terlalu malu datang lagi ke rumah besar itu.Aku akhirnya merelakannya meski berhari-hari menyesalinya.

Kali ini tujuh belas tahun kemudian,sepatu di etalase itu sangat mirip sepatuku,tetapi aku yakin sepatu ini menguras seluruh tabunganku,jadi tidak cocok untukku,lagi pula untuk acara kemana?aku sudah kapok memakai sepatu tinggi sejak itu,aku tak pernah lagi menghadiri ulang tahun siapapun sejak itu.Aku seorang penyendiri hingga usia tigapuluh limaku.

Aku hendak berlalu dari etalase itu,ketika menyadari ada seseorang di sebelahku,aku akan berlalu,pasti calon pembeli lain untuk seseorang,karena dia seorang pria.

Sehari kemudian seperti biasa aku melewati toko itu ,melihat seorang pria mengamati sepatu itu,ritualku kali ini tidak kulakukan,aku berlalu dan tatapan kami bertemu,aku bergegas pergi dengan tahu persis pria itu memperhatikanku,aku bertanya sendiri apa dia pemilik toko itu.

Hari berikutnya aku melakukan ritualku,sepatu itu sudah tidak lagi terpasang ,sudah ganti model.Aku tertegun dan menyesali ,seharusnya aku membelinya,sekali dalam hidupku .Aku masuk ke toko  ingin bertanya, melihat pria itu sedang membayar di kasir.Dia membeli sepatu yang tiap sore di jam yang sama kuamati,dia membelinya,hanya tinggal satu itu.Aku sangat kesal dan berkata seharusnya aku yang membelinya.Dengan gaya kuacungkan kartu debetku,pria itu menoleh padaku ,dia mengacungkan kartu platinumnya.

Matahari terlalu silau untuk melihat wajahnya.Kasir menggesek kartu pria itu.Kasir bertanya apakah ukurannya sudah benar,aku mendengarnya saat hendak berlalu sambil berbalik dengan kesal,pria itu bilang dia telah menghilangkan sepatu seorang gadis di kotanya dan dia ingin menyimpan untuk dititipkan ke ibunya di kampungnya.

Dia.. dasar..dia ingin menjerat gadis muda,memangnya umurnya berapa dia?.Aku tidak iklas sepatu itu untuk sesuatu yang tidak baik.Aku berbalik lagi ke kasir dan berkata bahwa batalkan kartu itu,aku yang akan membelinya.Kasir kebingungan,pria itu dengan acuh menatap ke kasir dan mengangguk.Aku tidak tahu apa maksutnya.Kasir itu bilang baiklah.Baiklah apa?

Pria itu bahkan tidak mengamatiku.Aku menyerahkan kartuku tetapi kasir itu bilang tidak bisa membatalkan kartu pria itu,jadi  nantinya aku bisa membayar pada pria itu,omong kosong apa ini?Aku juga tidak tahu harus bagaimana.

Lalu pria itu menghadap padaku,mengetuk-ketukan jemarinya,sesuatu menarik perhatianku,bekas luka di tangannya,aku menatapnya.Aku terkejut.Pria itu kamu.Pria itu kamu yang menghilangkan sepatuku,kamu mengenal goretan panjang di kakiku akibat terjatuh itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun