Mohon tunggu...
Een Nuraeni
Een Nuraeni Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja sosial

"Orang yang tidak menulis, tidak punya sejarah"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Apa dengan Rumput Tetangga?

17 Februari 2020   00:06 Diperbarui: 16 Februari 2020   23:59 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Contoh lainnya, saat kita bertemu dengan teman kuliah atau teman sekolah.

 'Wah, sempurna banget ya hidup lo bro.... udah enak sekarang'

'Hebat ya...'.

Melihat seorang sudah punya keluarga, rumah dan kendaraan membuat kita meliat betapa bahagianya hidupnya. Padahal dibalik itu semua pasti banyak ujian dan kesulitan yang dialami.

Saya pernah mengalami hal ini, bahkan sering. Pada saat pertama kali bertemu seorang teman kuliah dulu, minder karena dia sudah terlihat sangat mapan dan sudah berkeluarga. Hati kecil spontan tuh "kok aku gini-gini aja ya", dia enak banget hidupnya. Wkwkwk.... 

Setelah itu, kami mendapat kesempatan ngobrol lebih banyak di pertemuan berikutnya. Ngobrol banyak tentang perjalanan hidupnya, juga apa yang sedang dialaminya saat ini yang dan akhirnya saya bisa memetik banyak sekali hikmah. 

Ternyata 'kesempurnaan kehidupan' hanya bisa dilihat oleh orang lain, sedangkan yang menjalani begitu tertatih untuk tetap bertahan. Dibalik rumah nyaman dan kendaraan yang ditunggai, ada cicilan tiap bulan yang menguras hampir sebagin besar penghasilan bulanan dan harus memutar otak untuk bisa mencukupi kebutuhan lainnya.

Dibalik kebebasan finansial keluarga, ada kerja keras bertahun-tahun, lembur, sampai sering tidak peduli dengan kesehatan. Lelah? Pasti lelah dan kadang ada batas lelah yang sudah sangat memuncak menyebabkan sesorang bisa mengalami depresi. 

Semua dilakukan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, memberikan rumah dan kendaraan yang nyaman, bisa mengajak liburan bahkan keluar negeri, membeli banyak barang yang diinginkan diluar kebutuhan (keinginan). Tidak ada habisnya mengejar dunia.

Apa salah bekerja keras untuk menghidupi keluarga dengan baik? Tentu tidak, hal tersebut merupakan ekspresi cinta seorang ayah kepada keluarganya. Yang salah adalah ketika kita menyandarkan kebahagiaan keluarga pada materi atau dunia. 

Kita pasti lelah. Tidak ada habisnya mengejar dunia. Makanya sangat penting memberi pemahaman ke keluarga tentang hal ini, tetang hakikat kebahagiaan. 

Tentang bedanya kesenangan dan kebahagiaan. Jangan sampai keluarga atau anak-anak hanya bisa 'senang' jika kemauan atau keinginan mereka dipenuhi, hanya bisa 'senang' kalau diajak liburan dan membeli mainan. 

Ajarkan keluarga untuk bisa bahagia dengan hal-hal kecil, seperti kebersamaan dalam keluarga yang tidak semua orang memilikinya. Ajarkan untuk menyukuri apa yang mereka makan dengan benar, bahwa tidak semua orang bisa menikmati lezatnya makan malam bersama-sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun