Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pekerja swasta dibidang teknik sipil, tinggal di daerah Depok, sangat suka menulis...apalagi kalau banyak waktunya, lahir di Jakarta (1960), suka sekali memberikan komentar, suka jalan-jalan....jalan kaki lho, naik gunung, berlayar....dan suka sekali belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lukisan Senja

25 April 2013   08:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:38 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lukisan Senja
Puisi : Edy Priyatna

Jarum jam di dinding terus berputar
tak pernah berhenti
hari pertama mulai berkesan
penantian mendebarkan hati
menyentak rasa suka citaku

Kecil hati selalu putaran itu
geraknya begitu cepat
padahal belum sempat berkata maaf
pada mereka semua
orang tuaku
keluargaku
saudaraku
sahabatku
atas kesalahan yang melimpah dalam hidup

Jarum jam di dinding terus berputar
tak pernah berhenti
pagi terlihat sangat cerah
embunnya menguap pancarkan sinar
membangunkan jiwa pelangiku

Beradulah sebentar
aku akan mengatakan sesuatu
ampunilah dosa-dosaku ya Allah
ampunilah dosa-dosaku ibu
ampunilah dosa-dosaku ayah
ampunilah dosa-dosaku istriku, anakku
ampunilah dosa-dosaku adik-adikku, kakak-kakakku
ampunilah dosa-dosaku saudara-saudaraku, sahabat-sahabatku

Jarum jam di dinding terus berputar
tak pernah berhenti
siang datang begitu pesat
serupa terang mentari melayang
menembus batas rinduku

Sanggupkah menunggu barang sejenak
mengapa kau tak menjawab pertanyaanku
goresanmu telah melingkari hati
melepas semua rindu pada malammu
bayangmu biaskan jiwa yang tenggelam

Jarum jam di dinding terus berputar
tak pernah berhenti
malam masih tetap terjaga
bagai gelap yang telah sirna
menghilang dibalik rembulanku

Mewujudkan mimpi-mimpi indah
kenangkan di dada tentang jiwa
teteskan kesejukan dalam damai
torehkan keindahan dalam ramai
hingga tembus dalam ruang dan waktu
akan kuterbangkan angan

Terhadap lukisan senjamu
kunyanyikan kidung-kidung malam
untuk penutup langitmu
lalu kutulis dalam lembar-lembar hati ini
tentang cerita malam serta pesan dan kesan
agar tetap dapat tersimpan semua cita-cita kita

(Pondok petir, 25 April 2013)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun