Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Administrasi - Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Inilah Cara Balita Mengekspresikan Goresan-Bentuk-Warna

21 Agustus 2017   01:10 Diperbarui: 21 Agustus 2017   01:11 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bayi Dylan usia dua tahun bermain goresan pena di dinding rumah (dok.pribadi)

Menyaksikan perkembangan seorang bayi bawah lima tahun (balita) dari sisi seorang ayah adalah sebuah anugerah buat saya. Balita saya adalah bayi lelaki saat ini berusia 3 tahun 11 bulan namanya Dylan.

Goresan Kegembiraan

Kala itu usia Dylan sudah sekitar dua bulan lagi memasuki tiga tahun. Bagi seorang balita, menggenggam sebuah pena atau spidol dan menorehkannya ke lembaran kertas putih dengan badan tertekuk adalah sebuah tindakan kegembiraan kecil. Seketika lembaran kertas sudah penuh coretannya. Seketika secara naluriah balita melirik dinding putih sekeliling rumah tinggal adalah lembar besar yang lebih  menarik untuk digoresnya.

Maka tak pelak sesaat kemudian dinding putih rumah penih dengan goresan warna hitam atau merah tebal dan tipis menjadi sebuah tindakan kegembiraan besar. Balita tertawa dan sangat aktif sekaligus antusias hingga ujung pena atau spidol tersebut menjadi tumpul dan mampat menutup lubang tinta, hilanglah goresan tinta. Seketika balita terheran sambil mengamati ujung pena atau spidol sambil meringis kemudian seketika menangis. Mengangkat dan menyerahkan pena atau spidol yang mampat tersebut kepada saya untuk diperbaiki.

Goresan pena atau spidol balita dihasilkan dengan gengaman kelima jarinya layaknya menombak atau menusuk. Maka tak pelak goresan pena atau spidol juga tak hanya mengotori namun juga sekaligus menggerus cat tembok dinding.

Perlahan-lahan saya menuntun Dylan untuk mengubah media dinding rumah ke lembaran kertas yang masih banyak tersedia. Saya menggambar tokoh kartun favoritnya mulai dari mickey mouse, ghostbuster, spiderman, batman dengan pena dan spidol. Mengugah ketertarikannya sambil bercerita bagaimana tokoh kartun tersebut berinteraksi dalam satu lembaran kertas sembari menirukan bunyi tokoh yang saya gambar.

Dylan mulai tertarik dan fokus pada media lembaran kertas. Maka saya mulai lebih banyak menggambar hewan yang kerap dijumpai di sekitar rumah seperti kucing, anjing, nyamuk, lalat, laba-laba dan tikus. Dylan mulai mencoba berekspresi dari bentuk yang dilihatnya tersebut, mengenggam pena sedapatnya layaknya menombak dan mengoreskan sekenanya hingga memenuhi lembaran kertas dengan goresan melingkar-lingkar tak karuan.

Ekspresi goresan pena Dylan pada lembaran kertas (dok.pribadi)
Ekspresi goresan pena Dylan pada lembaran kertas (dok.pribadi)
Saya tersenyum gembira atas aksi luar biasanya mengekspresikan imajinasinya. Sambil menunjuk goresan yang digambar Dylan, saya bertanya cerita apa yang dibuatnya. Menurutnya dia sedang membuat sarang laba-laba besar dan meminta saya untuk menggambar laba-laba di titik yang ditunjuknya. Saya pun mengiyakan dengan melukis laba-laba merah alah spiderman di atas goresannya. Balita Dylan tertawa terbahak-bahak. Satu lagi tindakan kegembiraan besar bagi Dylan.

Di hari berikutnya dan selanjutnya Dylan makin antusias untuk membuat lukisan imajinasinya di lembar satunya dan dia meminta saya untuk melukis lagi hewan-hewan sekitar rumah lagi di lembar sebelahnya secara bersamaan. Saat nelewati usia tiga tahun, dia mulai mengamati bagaimana saya memegang pena dan pada akhirnya meminta bagaimana memegang pena agar bisa menggambar seperti saya.

Ketika bermain menggenggam pena, Dylan tidak lagi menggores melingkar. Dia mulai mengores garis tidak teratur cenderung zig-zag. Meski masih banyak juga goresan melingkar tak karuan.

Memori Bentuk

Sejak memasuki tahap perkembangan tersebut, sesekali Dylan saya ajak ke toko mainan di mall yang menyediakan spot "Lego Bricks". Dalam bentuk tiga dimensi ini yakni kotak persegi panjang layaknya batu bata berwarna-warni dengan cekatan menyusun bentuk kotakan persegi warna-warni. Lambat-laun membentuk semacam gedung perkotaan dan menara kecil yang sering dilihatnya saat berada di atas kendaraan bermotor.

Sesaat selesai satu menara kecil, dia bercerita mengutarakan bahwa itu adalah menara dan sebelahnya gedung perkantoran. Dylan mengekspresikan memori visualnya kedalam bentuk menara dalam permainan Lego. Hingga tahapan ini saya memahami bahwa balita punya memori visual kuat dan mampu mengekspresikan apa yang pernah disaksikannya berulang-ulang.

Dylan berpose di meja Lego Bricks (dok.pribadi)
Dylan berpose di meja Lego Bricks (dok.pribadi)
Untuk memperluas memori tentang bentuk selain bangunan berbentuk kotak seperti gedung perkantoran atau menara.  Saya mengajaknya jalan-jalan dengan  alat transportasi yang berbeda seperti dengan sepeda, sepeda motor, mobil, bus, kereta listrik, andong, dan pesawat terbang. Kemudian setelah menjalani petualangan tersebut, saya mengulang memori tersebut dalam buku gambar mewarnai alat transportasi tersebut. Dylan segera mengenali masing-masing bentuk alat transportasi tersebut.

Untuk membantu menguatkan memori bentuk maka saya mulai mewarnai sesuka hati salah satu gambar alat transportasi tersebut. Melihat saya asyik mewarnai, Dylan minta ikut mewarnai juga. Maka segera saja satu lembar gambar penuh dengan satu warna tak karuan. Saya tersenyum gembira dan menyemangatinya. Kami berlomba siapa yang cepat menghabiskan pensil warna. Tentunya yang menang adalah Dylan, hehehe... mewarnai sebanyak luasan kertas bergambar.

Selanjutnya saya mulai sering mengajaknya ke Taman Margasatwa Ragunan untuk mengenal lebih banyak bentuk hewan dengan gembira. Pada kunjungan yang kali ketiga, Dylan sudah langsung mengenal bentuk dan nama hewan yang dikunjungi meski sesekali memastikan dengan bertanya kepada saya hewan yang dihadapannya. Dylan menyaksikan hewan secara langsung, tidak hanya lewat tayangan televisi  atau video di saluran youtube.

Sekali lagi saya mengajaknya bermain mewarnai buku gambar mewarnai hewan sambil menantangnya untuk hanya mewarnai hewannya, bukan seluruh kertas. Perlahan-lahan Dylan mulai mencoba mewarnai dengan satu warna dan akurasi yang cukup baik meski masih melewati garis gambar. Kali ini tidak memenuhi lembaran kertas dan menghabiskan paling cepat dengan satu pensil warna.

Hasil mewarnai gambar hewan oleh Dylan (dok.pribadi)
Hasil mewarnai gambar hewan oleh Dylan (dok.pribadi)
Mengatur Warna dan Garis

Selain saya, tampil juga ibunya menuntun dan menularkan bagaimana asyiknya mewarnai gambar tanpa melewati garis gambar dan memakai dua atau tiga pensil warna. Dengan beberapa kali bermain bergambar baik dengan saya maupun ibunya, Dylan kini mampu berekpresi dengan warna yang berani, torehan warna pekat dan halus pada bidang kertas gambar dengan gembira.

Dylan memperlihatkan hasil kreasi mewarnainya (dok.pribadi)
Dylan memperlihatkan hasil kreasi mewarnainya (dok.pribadi)
Tak hanya itu kini Dylan mulai berekspresi membuat goresan melingkar berbentuk kurva melingkar tak beraturan hingga pada akhirnya mampu melukis hampir seperti lingkaran bulat namun kecil-kecil bentuknya. Dia menamakannya batu bulat, wajah orang dan mata orang. Secara ajaib, Dylan sudah mulai pada akhirnya Dylan mampu mengatur warna maupun goresan garisnya.

Hasil kreasi goresan pensil 2B Faber-Castell oleh Dylan (dok.pribadi)
Hasil kreasi goresan pensil 2B Faber-Castell oleh Dylan (dok.pribadi)
Memang secara naluri, balita hanya akan mampu bermain dengan goresan, bentuk dan warna bila orang tua turut serta dalam permainan menggembirakan tersebut setidaknya menjadi teladan di depan. Seperti ungkapan tokoh pendidikan bangsa, Ki Hajar Dewantara: Ing Ngarso Sung Tulodo (Di Depan Menjadi Teladan).

Baik dari sisi orang tua maupun balita, awalnya memang sulit kemudian tak karuan namun pada akhirnya menjadi indah, sebagaimana ungkapan seorang pembicara terkenal Robin Sharma: " Perubahan itu pada awalnya sulit, tak karuan di pertengahan dan cantik di akhir".

Mari menularkan kreasi menggores, membentuk dan mewarnai dari orang dewasa atau orang tua kepada balita dan anak. Memperkenalkan lingkungan sekitar dan kekayaan hewani sejak dini dengan berwisata ke taman margasatwa kemudian mengekspresikan pengalaman dengan mewarnai bahkan menggores pensil sesuai penglihatan maupun imajinasi.

Bagi saya seorang ayah, bermain dengan menggores pena atau pensil, dan mewarnai serta membentuk bricks  dengan balita adalah momen penuh anugerah. Bagi seorang balita, saya memperhatikannya sebagai momen penuh kegembiraan, rangkaian momen kecil menjadi momen besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun