Mohon tunggu...
Yoga Prasetyo
Yoga Prasetyo Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar menjadi penulis pembelajar

Mahasiswa Pascasarjana, SB-IPB University. Praktisi industri keuangan, khususnya keuangan mikro, asuransi mikro, ekuiti mikro dan asuransi syariah. Memiliki minat yang luas pada berbagai topik diskusi. Berkesempatan berbicara pada beberapa seminar dan forum di dalam dan luar negeri.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Senjakala Profesi Agen Asuransi?

14 Januari 2018   10:10 Diperbarui: 5 November 2018   19:28 12218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ternyata dana yang terkumpul itu tersisa setelah dikurangi pembayaran klaim, maka sebagian sisa dana dikembalikan kepada anggota sebagian lainnya didonasikan sesuai keinginan si anggota. 

Kalau dana yang terkumpul itu kurang, maka barulah ada peran perusahaan reasuransi di sini. Ajaibnya, proses pendaftaran dilayani oleh chatbots, seperti berinteraksi dengan manusia tapi itu adalah robot dengan artificial intelligence. Proses klaim pun bisa disetujui dalam tiga detik!

Dengan hadirnya Lemonade, maka premi asuransi menjadi sangat efisien dan sangat customized. Lemonade adalah salah satu contoh  insurance technology atau insuretech. Konsep Lemonade dan insuretech masih terus berkembang dengan inovasi-inovasi berikutnya untuk menuju penyempurnaan.

Lalu apa kabar bisnis asuransi Indonesia?

Setuju atau tidak, selama ini pasar asuransi Indonesia diuntungkan oleh "ketidaktahuan" nasabah dan "ketidakmautahuan" stakeholder lainya. Sebut saja satu cerita paling menonjol: asuransi jiwa unit linked.

Kalau mau jujur, unit linked adalah produk paling tidak efisien yang pernah ada dalam bisnis asuransi. Bagaimana tidak? Atas nama kata sakti "berasuransi sambil berinvestasi", seseorang harus membayar 30% - 40% komisi kepada teman atau saudaranya yang memperkenalkan produk itu. 

Singkatnya, kalau Anda punya uang 100 juta, kemudian membeli unit linked dari tetangga Anda, maka setidaknya tetangga Anda itu sudah mengantongi dulu 30 juta, entah sekaligus atau bertahap sesuai skema produk. Sisanya yang 70 juta, dipotong biaya asuransi dan biaya lainnya, taruhlah tinggal 60 juta.

Nah, sebetulnya, 60 juta inilah uang yang Anda investasikan. Jadi, yang Anda lakukan dengan unit linked adalah menempatkan 60 juta uang Anda pada instrumen setara reksadana, kemudian berharap dalam kurun waktu tertentu akan kembali menjadi 100 juta, 120 juta, 150 juta dan seterusnya. Sementara itu, resiko investasi sepenuhnya Anda sendiri yang tanggung! 

Bisa dibayangkan berapa waktu yang dibutuhkan untuk membuat 60 juta Anda menjadi 150 juta, karena itu artinya Anda harus mempunyai tingkat pengembalian investasi sampai 150%. Mau tahu berapa rata-rata tingkat pengembalian investasi reksadana setahun? Antara minus dan tidak lebih dari 30%.

Nah, sampai di sini mulai jelas benang merah antara cerita disrupsi di atas tadi, dengan bisnis asuransi di Indonesia. Bahwa suatu saat, semua inefiensi dalam bisnis atau industri akan dihajar oleh teknologi sehingga mencapai titik equilibrium. 

Menurut saya, inefisiensi dalam bisnis asuransi, adalah biaya-biaya yang dipakai untuk plesir ke seluruh penjuru dunia tadi. Bagi insuretech, biaya-biaya itu jelas tidak diperlukan, karena ujung-ujungnya yang membayar adalah: PELANGGAN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun