Ada banyak penulis, novelis, penulis puisi, hingga seorang analisis, dan kritikus. Mereka semua menggambarkan dunia dalam tulisan, mewakili sejarah sesuai zamannya.
Apa jadinya dunia jika hanya mengandalkan bahasa lisan tanpa tulisan. Inilah keistimewaan sebuah Karya tulis karena manpu mengabadikan bahasa lisan. Jika hanya bahasa lisan, kita tidak akan menikmati warisan dunia dari masa lampau.Â
Firman tuhan dan Sabda para nabi hanya akan dinikmati umat terdahulu, kita tidak akan mengenal surat cinta yang bermetamorfosis menjadi surat elektronik. Surat-surat kartini yang menggelorakan hak-hak perempuan, dan sejarah akan berlalu begitu saja.
Hal inilah menjadi alasan mengapa saya harus belajar menulis, menghasilkan karya yang menjadi wakil dari setiap anak zaman , meminjam istilah Pramoedya Ananta Toer dalam menggambarkan karya-karyanya.
Sebagai seorang yang awal, memulai belajar dalam bahasa tulis. Saya belajar mengoleksi buku-buku dari penulis favorit saya. Saya senang membaca buku Pram, novelis sekaligus sastrawan sejarah seperti karyanya, Anak Semua Bangsa, Rumah Kaca, Arus Balik.Â
Atau saya senang membaca artikel dari penulis yang pernah saya temui, sebagai contoh saya menyukai karya Eko Rusdianto penulis Mongabay.com, mengikuti blog pribadinya dan melihat teknik menulisnya.
Jika saya jadi penulis, saya hanya ingin tulisan saya menyajikan kesesuaian informasi dan tulisan, memberikan pandangan yang objektif, mengangkat peristiwa dalam sebuah karya, agar karya saya betul-betul mewakili sejarahnya.
Ditulis menjelang buka puasa 20/05/19 kepada Kompasiana.