Mohon tunggu...
Cella' Cella'
Cella' Cella' Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis menjadi salah satu teman curhat yang terbaik karna tidak semua orang bisa dan mau mendengar segala unek-unek, cerita-cerita, pengalaman-pengalaman, ide-ide konyol dan tidak penting saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta (Baru) Teman (Lama)

30 April 2013   20:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:21 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ku tutup telpon setelah mengucapkan salam. Aku beralasan mengantuk karena sekarang sudah jam tidurku, jam 22.00. Padahal andai kau tahu alasan yang sebenarnya, kau mungkin akan tertawa. Ya, kan ku beritahu di sini, aku menutup telpon lebih awal sebab aku tak kuat menahan jantungku yang semakin berdetak kencang, aku takut semakin lama berbicara denganmu, lama-kelamaan jantungku loncat keluar. Lucu memang,api itu benar-benar aku rasakan. Entah mengapa? Padahal kita tak ada ikatan apapun, dulu dan sekarang. Rasa kita pun ku pikir masih sama seperti dulu, rasa pertemanan, tidak lebih. Meski aku tahu dirimu itu lelaki romantis, tapi sedikitpun hatiku tak pernah bergetar saat dekat denganmu, dan menjadikanmu salah satu lelaki idaman hati dan incaran kekasih saat SMA.

Tapi, akhir-akhir ini, sejak aku menelponmu bebarapa hari yang lalu untuk menayakan seseuatu, setelah sekian lama kita tak berkomunikasi bahkan sudah bertahun-tahun tak bertemu semenjak perpisahan di waktu SMA, aku merasa aneh denganmu. Oh, salah bukan denganmu tetapi dengan diriku sendiri.

Aku beralasan ingin tidur tapi nyatanya dua jam setelah aku tutup telponmu, mataku masih terus terbelalak menatap layar handphoneku, berharap kau menelpon kembali.

Tapi, ah..aku tak mau membebani lagi jantungku. Ku paksa pejamkan mataku. Tiduuur.

Esok hari...

Di sela waktu makan siangku, ku utak-atik handphoneku. Ya, andai ada yang bertanya padaku, "Benda apa yang tak ingin ku lepaskan saat ini?"aku akan menjawab" handphoneku", sebab dengan handphone ini menjadi penghubung antara akau dan kamu. Lebai.

Aku mengutak-atik handphone ku, melihat panggilan tak terjawab, membaca pesan masuk, membaca status di akun FB dan ternyata tak satupun namamu tercantum di situ. Aku kecewa. Hah kecewa? atas dasar apa? Aku benar-benar benci rasa ini? rasa yang seakan penuh harap padamu, hanya padamu. Aku mulai uring-uringan. Ingin menelpon tapi malu dan takut. Akupun tak punya alasan yang tepat untuk menelponmu lagi. Tanya kabar? Garing. Sudah makan? heh? memangnya saya mau nyuapin kamu. Atau menanyakan sesuatu? tapi apa?. Buntu.

Tiba-tiba terlitas di ingatanku tentang mimpiku semalam. Ahaa..aku memimpikanmu. Yes, itu bisa menjadi alasan. Segera ku pencet tombol handphoneku,

"Assalamualaikum" Ucapku saat kau mengangkat telpon dan kaupun mengucapkan yang sama.

"Waalaiukumsalam" Ucapku lagi membalas ucapanmu, begitupun denganmu, kau ucapkan bersamaan denganku. Kitapun tertawa.

"Ada apa Bu?" tanyamu dengan lembut. kau senang sekali memenggilku "Ibu", Ibu untuk anak-anakmu kelak. #Ngarep.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun