Mohon tunggu...
Uta
Uta Mohon Tunggu... Konsultan - You know who I am

"I'll never forget how I started. I'll always be grateful and try my best,"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Salahkah Bertahan sebagai Single Mother?

8 Maret 2020   22:51 Diperbarui: 11 Maret 2020   12:29 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi single mother (Thinkstockphotos via kompas.com))

Padahal bentuk kebahagiaan bukanlah tentang uang. Kasih sayang dan perlindungan jauh lebih penting daripada uang. Segalanya memang membutuhkan uang tapi uang bukanlah segalanya.

Jadi, apabila ada seorang anak dari ibu tunggal yang seakan tak memiliki banyak uang bukan berarti mereka tidak bahagia. Hal ini akan menyakiti perasaan sang anak. Ketika perasaan anak tersakiti mereka akan menelaah lebih jauh mengenai ibu mereka, benarkah apa yang dikatakan oleh orang-orang itu.

Ketika anak mulai menggali jawaban, terkadang mereka menarik kesimpulan yang salah, sehingga bila kebahagiaan berawal dari kasih sayang, karena kesalahpahaman tersebut membuat seorang anak percaya bahwa uang adalah kebahagiaan. 

Padahal para ibu tunggal memiliki rahasia dalam batin mereka yang terkadang harus merelakan egoisme demi anak. Banyak dari ibu yang membawa pulang makanan enak dari kantor demi makan bersama anaknya. Ketika mereka hadir dalam suatu undangan, mereka akan mengajak anak mereka agar dapat mencicipi masakan yang sama. 

Mereka rela tidak membeli baju mahal agar anaknya dapat menggunakan baju mahal seperti teman-temannya. Apakah orang di luar sana pernah berpikir seberapa berat seorang ibu tunggal dalam menekan kebutuhan mereka?

Mungkin maksud pandangan orang sekitar agar ibu tersebut tidak terbebani hidupnya, di mana bila menikah lagi seorang ibu dapat membagi beban bersama suaminya. Namun keputusan tetap di tangan sang ibu.

Ada seorang ibu yang tak ingin menikah lagi setelah kehancuran keluarganya. Ada juga ibu yang tak ingin menikah lagi karena tak ingin anaknya disakiti lagi. Masih ada seorang ibu yang tak ingin menikah lagi karena takut suami keduanya juga tak mau menanggung biaya hidup dan malah menambah beban hidup mereka.

Banyak sekali latar belakang yang membuat ibu tunggal bertahan dengan kesendiriannya. Meski awalnya sulit, tetapi ketika dijalani mereka akan lebih sanggup ketimbang orang lain yang menghakimi mereka.

Seorang ibu tunggal mungkin terlihat kaku ketika berhadapan dengan para tetangga karena jarang berada di rumah. Namun, single mother tidak pernah kaku dalam melakukan apapun demi menjaga buah hati mereka.

Sebagai anak dari seorang single mother, tentu saya melihat jelas seperti apa sosok ibu saya. Kekuatan hidup yang saya dapatkan lebih banyak berasal dari ibu saya. Ketika beliau melihat anaknya menangis, tapi tidak pernah membiarkan anaknya melihatnya menangis, itulah ibu saya, dan saya yakin seperti itu juga para ibu di luar sana.

Bisakah para penghakim bebas di luar sana lebih menghargai keberadaan mereka, para single mother?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun