Mohon tunggu...
Dinda Artikah Batu Bara
Dinda Artikah Batu Bara Mohon Tunggu... Musisi - Batubara

Hidup itu singkat ya? Makanya jangan cuma baca bio saya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lockdown, Stay at Home or Stay Outside

2 April 2020   16:06 Diperbarui: 2 April 2020   17:07 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terkait adanya kasus corona atau covid-19 yang sedang terjadi di seluiruh dunia, sejumlah Negara pun mulai memberlakukan socialdistencing hingga lockdown di Negara mereka. 

Begitu juga dengan Indonesia, tentunya ini menjadi salah satu kasus yang sangat berdampak terhadap masyarakat Indonesia, terutama terhadap kesehatan masyarakat. 

Penyebaran covid tersebut semakin melebar dan semakin meningkat hingga pemerintah pun menerapkan dan melakukan segala upaya untuk menangani virus covid-19 tersebut.

Socialdistancing menjadi salah satu upaya awal pemerintah dalam menanggapi kasus tersebut, namun upaya tersebut belum efisien dan penyebaran virus covid-19 tersebut pun semakin melebar luas. 

Hingga penerapan lockdown pun di terapkan, namun hal tersebut manjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Terutama bagi masyarakat kelas bawah yang berpenghasilan rendah, penerapan tersebut sangat berpengaruh terhadap ruang gerak mereka untuk mencari nafkah

Penerapan lockdown sendiri merupakan suatu tindakan dimana situasi yang melarang warga untuk masuk ke suatu tempat karena kondisi darurat. Lockdown juga bisa berarti Negara yang menutup perbatasannya, agar tidak ada orang yang masuk atau keluar dari negaranya. Penerapan ini tentunya juga membatasi ruang gerak bagi masyarakat untuk ke luar rumah.

Begitu pun dengan seluruh sekolah dan kampus meskipun tidak bisa melakukan proses belajar secara tatap muka namun, proses pembelajaran tetap berlanjut dan dilakukan secara online ataupun belajar di rumah. 

Begitu juga dengan kantor-kantor dan instansi-instansi juga di batasi untuk bekerja di luar rumah. Hingga muncullah sebuah jargon “stay at home” tentunya kalimat itu berhubungan dengan adanya penerapan lockdown.

Lockdown sendiri menyebabkan keresahan bagi para masyarakat yang pekerjaannya berada diluar, yang mengharuskan mereka untuk stay outside disaat situasi menyuruh stay at home. 

Tentunya disini bukan dikarnakan mereka ngeyel ataupun tidak mendengar himbauan tersebut, namun bisa kita lihat bahwasanya di Indonesia ada banyak masyarakat yang pekerjaannya wiraswasta dan tidak menetap di dalam ruangan, seperti para ojol, kuli bangunan, petani dan lainnya, dan juga ada banyak masyarakat kita yang mencari ekonomi dengan usaha mikro seperti pedagang kaki lima. Dan tentunya ini berdampak bagi mereka yang pekerja nonformal tersebut.

Oleh karena itu juga mengapa masih ada masyarakat kita yang tetap keluar, dikarnakan mereka memerlukan penghasilan untuk bisa mememenuhi kehidupan seharinya. Keadaan memang bisa di lockdown namun perut tidak bisa dilockdown, ekonomipun sudah down jangan sampai kebebasan mereka mencari sesuap nasi pun di lock.

maka dari itu pemerintah juga harus memikirkan nasib masyarakat kelas bawah apabila di terapkan hal tersebut. Bisa saja lockdown dilakukakn namun kebutuhan pangan masyarakat juga harus terjamin. 

Apalagi mereka yang untuk makan saja berharap pada pendapat sehari-hari mereka,  jika tidak bekerja maka mereka pun tidak bisa makan. Tentunya juga ini berdampak pada kesehatan masyarakat yang apabila kekurangan makananan, akan berdampak pula pada system imun yang berujung rendahnya system imun hingga rentan pula terkena virus covid19 tersebut.

Tentunya hal ini kita tidak ingin terjadi namun, kita juga tidak bisa membebani pemerintah atas semua kasus ini. Kita sebagai masyarakat juga harus berkontribusi terhadap kasus ini, seperti masyarakat yang kelas atas dan memiliki peghasilan lebih, juga dapat membantu mereka dengan cara berbagi, sehingga mereka pun bisa stay at home.

Di dalam kasus saat ini kesadaran masing-masing begitu diperlukan, kita tidak bisa saling menyalahkan. Meskipun socialdistancing namun jangan mengurangi kepedulian kita sesama. 

Maka dari itu bagi kaum kelas atas akan lebih baik stay at home saja, sehingga jikapun ada masyarakat kelas bawah yang berada di luar maka penyebaran pun tidak terlalu luas dan pemerintah ataupun influencer pun akan lebih mudah untuk membantu masyarakat kelas bawah. 

Meskipun tidak bisa membantu secara financial setidaknya kita bisa membantu dengan cara stay at home, agar tidak mudah bagi si virus untuk menyebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun