Mohon tunggu...
Dimas Agus Hairani
Dimas Agus Hairani Mohon Tunggu... Administrasi - Man Jadda Wajada

S1 Manajemen Unesa | S2 Sains Manajemen Unair | Part of LPDP_RI PK 163

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berteman: Jalan Menuju Allah

24 September 2017   09:54 Diperbarui: 27 Februari 2018   01:24 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aktivitas kehidupan yang di alami dalam keseharian manusia tentunya tidak dilakukan oleh manusia itu sendiri. Satu manusia dengan manusia yang lain memiliki keterikatan, yaitu keterikatan akan kebutuhan. Sehingga sudah pasti manusia dengan yang satu dengan manusia yang lain saling membutuhkan. Manusia yang bersifat heterogen dijelaskan oleh Allah dalam petunjukNya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.” (Al Hujuraat (49): ayat 13).

Melalui petunjukNya, Allah sampaikan hendaknya manusia yang satu dengan manusia yang lain saling mengenal tanpa memandang latar belakang. Kebutuhan demi kebutuhan manusia mendorong manusia untuk berinteraksi dengan orang lain hingga membuat suatu hubungan. Salah satunya kebutuhan akan pertemanan. Teman kerap kali diartikan sebagai orang yang dekat dengan kita, selalu bersama, menjadi orang yang sering kita ajak di setiap aktivitas, dan interaksi sosial yang lainnya.

Kembali kepada apa tujuan manusia hidup adalah untuk terus beribadah kepada Allah. Maka bukankah berteman adalah salah satu ibadah?, karena Allah memerintahkan kita untuk saling mengenal manusia. Ketika berteman sudah menjadi suatu aktivitas ibadah dalam rangka menjalankan perintah Allah, maka selanjutnya adalah bagaimana melakukan aktivitas pertemanan tersebut.

Nabi Muhammad mengibaratkan memilih teman seperti mendekati penjual parfum atau pandai besi. Apabila berteman dengan penjual parfum, maka minimal kita mendapatkan bau harum yang melekat di tubuh kita. Apabila dengan pandai besi, maka baju kita bisa jadi ikut terbakar oleh aktivitasnya.

Sangat benar apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad. Hal ini akan kita cermati satu persatu, dimulai dengan membedakan antara cara berteman dengan tujuan berteman. Dalam tujuan berteman maka sangat benar apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad. Dapat dicontohkan apabila kita sering bergaul dengan para cendekiawan, setidaknya setiap duduk bersama mereka kita mendapatkan tambahan pengetahuan umum. Apabila kita duduk dengan para perampok maka yang kita dapat dari mereka mungkin rencana rencana perampokan. Apabila tujuan kita untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat maka kita akan memilih duduk bersama para cendekiawan dengan tujuan mendapatkan seputar pengetahuan atau ilmu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Lalu apa yang dimaksud dengan cara berteman?. Cara berteman adalah langkah untuk mencapai tujuan berteman. Apabila tujuan berteman untuk beribadah kepada Allah, maka kita tidak akan menjauhi semua orang, kita akan berusaha mendekati setiap orang. Lalu apakah kita juga harus mendekati segerombolan perampok?. Tentu IYA, lalu SIAPA YANG AKAN MENGINGATKAN MEREKA UNTUK BERHENTI MERAMPOK?.

Renungkan sikap Nabi Muhammad yang dekat dengan setiap orang, beliau dekat agar bisa menasehati orang lain. Bukan Nabi Muhammad katakan sebaik baik nya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang sekitarnya?. Bukankan saling menasehati juga perintahNya?.

Maka berteman adalah sebagai wasilah dalam beribadah kepada Allah, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan saling mengingatkan karena Allah. Kita mungkin kerap kali memilih berteman dengan orang yang membawa manfaat bagi kita, seperti contohnya berteman dengan orang yang memiliki ilmu lebih, sehingga dengan dekat dengannya kita ikut mendapatkan ilmunya. Tetapi, di sisi lain terkadang kita tidak mau berteman bahkan menjauh dengan orang-orang yang tidak sesuai dengan pemikiran kita, atau mungkin kita menjauhinya karena beranggapan dia bertindak bertentangan dengan perintah Allah dan RasulNya.

Maka sebagai nasihat bagi kita semua, janganlah kita menjauhinya, kita perlu mendekatinya, agar bisa saling mengingatkan untuk mengajak kepada indahnya Islam. Bukan bermaksud diri kita yang paling baik, kemudian orang yang ingin kita nasihati tidak baik, akan tetapi kita melakukannya adalah karena inilah perintah Allah untuk saling menasehati. Agar kelak, tidak hanya kita sendiri yang menuju kepada Allah ke dalam surganya, tetapi juga bersama para teman kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun