Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Ancaman Krisis Air Indonesia, Petaka atau Tantangan?

30 April 2015   11:20 Diperbarui: 6 Oktober 2016   16:30 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air (sumber: depositphotos.com)


 Air tak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir di segala aktivitas, manusia memerlukan keberadaan air. Sayangnya setiap tahun seolah ada permasalahan yang berulang terkait dengan keberadaan air tawar di Indonesia. Saat musim hujan, air yang melimpah tersebut menjadi banjir. Sebaliknya, pada musim kemarau krisis air mengancam berbagai daerah.

Alam memiliki mekanisme tersendiri dalam menata sistemnya. Di Indonesia yang memiliki dua musim, sudah merupakan hal yang jamak jika pada bulan September hingga Februari mengalami musim hujan sehingga volume air sangat besar, selanjutnya pada bulan Maret hingga Agustus berganti menjadi musim kemarau dimana air dikonsumsi hingga di sejumlah daerah pun mengalami defisit. Meskipun dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran  waktu untuk awal mula dan berakhirnya masing-masing musim tersebut karena perubahan iklim.

Memang curah hujan di tiap daerah di Indonesia tidak persis sama. Ada yang debit airnya deras seperti di daerah pegunungan, ada pula yang miskin air, termasuk pada saat musim hujan seperti di beberapa wilayah di NTB dan NTT. Rekan saya di Denpasar kadang berkeluh kesah tentang hawa di Bali yang panas dan jarang hujan, sedangkan tempat keluarga saya tinggal di Malang hampir setiap harinya disiram hujan, termasuk saat wilayah lain sudah masuk musim kemarau.

Jika banjir seolah sudah dimaklumi sebagai bencana tahunan dan menjadi bagian dari daerah yang tak jauh dari sungai maupun di kota besar, maka berita krisis air yang mulai mengancam jelang musim kemarau ini seolah kurang menarik dan mendapat porsi perhatian yang kecil dari pemerintah. Padahal, daerah yang mengalami krisis air semakin meluas, bahkan Bali dan Jabodetabek pun terancam krisis air. Hal ini menjadi tanda tanya besar apakah kerusakan lingkungan sudah makin menjadi-jadi dan apakah ada faktor lain selain faktor lingkungan dan perubahan iklim.

Seperti yang dilansir di berbagai media, daerah yang berpotensi terancam krisis air adalah pulau Jawa, Bali, Sulawesi, dan pulau-pulau yang masuk provinsi NTT. Sedangkan forum air sedunia memprediksi pada tahun 2030 sebagian besar wilayah Asia akan mengalami krisis air, termasuk di Indonesia.

Jika permasalahan krisis air ini hanya diberikan solusi secara terbatas seperti penyediaan bantuan air bersih atau bantuan sumur bor, maka hal ini tidak akan menyentuh akar permasalahannya. Bisa-bisa Indonesia bernasib seperti negara-negara Afrika Timur yang kebutuhan airnya sebagian besar diimpor atau yang lebih buruk bisa jadi pada tahun 2030 setiap individu hanya diberi jatah beberapa gelas air untuk memenuhi seluruh kebutuhannya seperti yang sering digambarkan di novel atau buku tentang distopia.


Air yang Dijatah (sumber: komik sisipan Bobo)
Air yang Dijatah (sumber: komik sisipan Bobo)
Ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan di ruang lingkup rumah tangga dan komunitas, namun ada pula yang harus menjadi bahan perhatian pemerintah beserta institusi pengelola air bersih dan kalangan peneliti/akademisi untuk menjaga keberlangsungan air.

Peran Rumah Tangga dan Masyarakat

Peran serta masyarakat sangat penting dalam menjaga keberlangsungan air bersih di lingkungan tempat tinggal mereka. Ada dua peranan yang bisa mereka lakukan dalam menjaga kelestarian air bersih yaitu fungsi protektif (melindungi, mencegah) dan detektif (mendeteksi).

Pada fungsi perlindungan dan pencegahan, masyarakat dibudayakan untuk mencintai air sebagai sahabat mereka. Air merupakan sesuatu yang sangat berharga dan nilainya suatu saat bisa melebihi emas permata. Oleh karena berharga, maka air harus dilindungi dan dihemat penggunaannya.

Cara sederhana dalam menghemat air adalah menutup kran saat tidak digunakan, membetulkan pipa, selang, atau kran yang bocor, serta menggunakan air secukupnya, seperti menggunakan produk dan peralatan yang hemat air ketika mencuci pakaian. Air bekas mencuci beras dan merebus sayuran juga sebaiknya tidak dibuang dan digunakan untuk menyiram tanaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun