Mohon tunggu...
Destri Mairoza
Destri Mairoza Mohon Tunggu... Guru - Starting Point in Writing

Nama lengkap Destri Mairoza dengan panggilan Roza, kelahiran Nagari Taruang-taruang pada tanggal 3 Mei 1987. Saat ini bekerja sebagai pengajar di SMAN 1 Bukit Sundi Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Perjalanan Si Tukang Beruk (Part 2)

15 Februari 2020   21:48 Diperbarui: 24 Februari 2020   11:44 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Assalamualaikum, Ayah." Sapa Ican sambil mencium tangan ayahnya yang sudah berdiri di depan pintu rumah.

"Waalaikumsalam. Darimana, Can? Ibu bilang kalau kamu dari kemaren asik keluyuran terus." Tegas suara ayahnya membuat Ican tak berani menjawab sambil menatap ke arah ayahnya. Ican hanya menunduk dan menjelaskan apa yang dia lakukan bersama Pak Katik.

Rasa takut muncul di dalam perasaan anak laki-laki yang masih bocah itu. Dia takut ayahnya akan marah dan melarangnya untuk terus belajar "maelo" beruk untuk mengambil buah kelapa. Karena menurutnya keahlian itu bisa menambah sedikit tabungannya untuk bisa terus bersekolah.

Ya, Ican yang terlahir dari keluarga sederhana yang bermimpi untuk sekolah tinggi. Namun dia sadar, hal itu akan sulit untuk diraihnya. Makanya ketika dia melihat ada peluang yang mungkin bisa dilakukannya, akan dia lakukan.

Akan tetapi ketakutan itu tak berlanjut karena ayahnya tidak marah, tapi hanya menyuruhnya masuk untuk bersiap-siap shalat magrib.

Keesokan harinya Ican kembali menemui Pak Katik dan terus melakukan pekerjaan sambil terus bertanya ini itu tentang seluk beluk ilmu menjinakkan beruk. 

"Can, tadi ayahmu menemui Apak. Beliau berpesan kalau kamu memang ingin belajar, harus benar-benar giat supaya faham." Kalimat Pak Katik membuatnya lega dan semakin bersemangat. Ternyata ayahnya memperhatikan, walaupun tanpa ada kata-kata.

Waktu terus berjalan, Ican terus bekerja membantu Pak Katik sepulang sekolah, kalau kebun kelapa yang akan dipetik itu letaknya masih di kampungnya sendiri.

Pernah suatu ketika, Pak Katik mendapatkan tugas untuk memetik buah kelapa di kampung sebelah yang jaraknya sekitar 3 km dari tempatnya. Terpaksa dia tidak diajak Pak Katik karena perjalanan jauh yang harus ditempuh dengan jalan kaki. Karena motor Pak Katik tidak bisa melewatinya.

Ican terus bersemangat membantu Pak Katik. Uang upah yang diberikan Pak Katik dimasukkan semuanya ke dalam sebuah celengan yang dibuatnya sendiri dari bahan bambu yang diambil satu ruas dan diberi lobang panjang di tengahnya, pas untuk memasukkan uang koin.

Senyum senang menyeruak dari bibir kecilnya. Sudah lama dia ikut Pak Katik. Sekarang dia sudah duduk di kelas 4 SD dan dia sudah bisa "maelo" beruk sendiri. Dia sudah bisa mengarahkan beruk itu untuk mengambil buah kelapa yang sudah tua saja dan membiarkan yang masih muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun