Â
Saya sedang berdiskusi dengan peternak sapi ko Chua dan Petugas Veteriner Jasin Melaka/(Dok.Pri)
Peternak di Indonesia umumnya di dominasi peternak sapi perah tradisional skala kecil, 2 – 10 ekor, dimana lokasi peternakan umumnya di tempat yang terpencil ,di gunung-gunung seperti di daerah Lembang Bandung, Pangalengan, Ciwidey selatan kota  Bandung, juga di Pegunungan Dieng Wonosobo Jawa Tengah, Kabupaten Batu Malang, di Brastagi Sumatera Utara dll,  ada ratusan bahkan ribuan peternak sapi perah , yang mana mereka harus melakukan aktifitas pemerahan susu 2 kali sehari, saat pagi-pagi dan saat sore hari. Lokasi yang terpencil membawa permasalahan tersendiri bagi peternak dalam hal pengantaran tepat waktu, dimana bila terlambat maka kualitas susu sudah menurun, penyebabnya populasi bakterinya meningkat tajam, maka ada potongan harga yang di terima peternak, itu masih untung, bila susunya sudah basi atau pecah, maka susu ditolak Koperasi Susu dan susu hasil kerja setengah hari harus di buang.
Kendala Penyakit Mastitis/Radang Ambing
Selama ini bila peternak sapi perah mengalami masalah dengan radang ambing / mastitis, maka team dokter Hewan dari Koperasi Susu akan melakukan pengobatan dengan antibiotic, sehingga selama pengobatan antibiotic susu yang di perah tidak boleh di setorkan ke Koperasi Susu, sampai dinyatakan bersih antibiotic yang akan dilakukan test laboratorium, bila hal ini di alami maka peternak sapi perah mengalami kerugian tidak ada penjualan susu selama masa pengobatan, biasanya susu di buang atau di berikan ke anak sapi untuk mengurangi kerugian lebih banyak lagi. Ujicoba saya lakukan pada beberapa ekor sapi perah yang terkena mastitis, dengan dosis 20 tetes 2 kali sehari, tanpa penggunaan antibiotic, hasilnya dalam 3 hari susu sudah bisa di terima oleh Koperasi susu, sehingga bisa mengurangi kerugian peternak.
Inovasi Biotek Tetes Menjadi Solusi
Saya mencoba melakukan aplikasi biotek tetes untuk membantu mencarikan solusi yang terbaik buat mengatasi masalah tersebut, dosis yang saya berikan 1 tetes untuk 40 kg berat badan sapi 1 kali sehari diberikan ,campurkan di makanan, hasilnya :
- Selera makan sapi langsung meningkat, memang ada beberapa ekor sapi yang mencret tapi hanya 1 hari saja, karena adaptasi saja, esoknya kotoran sapi sudah normal kering.
- Hari ke 3 kotoran sapi kering dan tidak berbau, lalat menghilang entah kemana, dimana sebelumnya populasi lalat sangat banyak dan mengganggu.
- Hari ke 7 produksi susu mulai naik rata-rata 1 liter per ekor sapi.
- Hari ke 30 susu sapi saya test di Laboratorium, hasilnya Populasi Bakteri TPC 1.0 x 10 pangkat 2 = 100 koloni per ml liter susu, sehingga susu bisa tahan tidak pecah sampai 8 jam, walau tanpa perlakuan dan populasi bakteri tidak meningkat secara signifikan, maka solusi daya tahan simpan susu sudah teratasi.
- Susu sapi saya simpan dengan di bekukan, dimasukan dalam kantong plastic lalu di ikat dan di masukan freezer, disimpan tanpa perlu di pasteurisasi, sehingga menjadi SOLUSI lagi supaya nutrisi susu sapi tidak ada yang menguap, tidak hilang akibat proses pemanasan atau proses pasteurisasi. ( susu kontrol tidak bisa dibekukan, bila dibekukan langsung pecah ).
- Limbah kotoran sapi bisa langsung di gunakan sebagai pupuk segar, dan sangat baik untuk penyubur lahan.
Saya mencoba melakukan test laboratorium untuk sample susu herbal ( teknologi biotek tetes ) dan susu control sebagai berikut :

Hasil test laboratorium di LIPI Bogor, memperlihatkan kadar Protein 4%, Lemak 4%,karbohidrat 4,6%, kolesterol 2%, cemaran TPC hanya 1.0x102 = 100 koloni bakteri dalam setiap ml liter susu sapi herbal, sangat kecil, padahal diperah pakai perah otot tangan bukan pemerah mesin. Dengan populasi bakteri TPC yang sangat kecil maka sapi akan terhindar dari masalah radang ambing / mastitis. Bandingkan dengan hasil test laboratorium tanpa memakai biotek tetes alias control:
Â

Terlihat perbedaan yang signifikan kandungan Protein 3%, Lemak 5,5%, Karbohidrat 5%, kolesterol 14% dan cemaran bakteri TPC 1,32 x 106 = 1.320.000 koloni bakteri dalam setiap ml liter susu. Kandungan nutrisi susu juga terlihat lebih tinggi dari susu sapi control tanpa perlakuan, sehingga kualitas susu herbal ( saya sebut demikian supaya mudah saja ) jauh lebih baik, hanya di bekukan saja, toh hampir semua keluarga sudah memiliki Freezer, sehingga penyimpanannya mudah dan murah, maka saya yakin dengan metode ini maka tidak lagi perlu proses pemanasan atau pasteurisasi ( siapa yang ragu boleh kita uji sama-sama ) sehingga konsumen bisa menikmati susu segar dan menyerap 100% manfaat susu sapi tanpa kuatir sakit perut .
