Mohon tunggu...
Darwono Guru Kita
Darwono Guru Kita Mohon Tunggu... profesional -

**************************************** \r\n DARWONO, ALUMNI PONDOK PESANTREN BUDI MULIA , FKH UGM, MANTAN AKTIVIS HMI, LEMBAGA DAKWAH KAMPUS JAMA'AH SHALAHUDDIN UGM, KPMDB, KAPPEMAJA dll *****************************************\r\n\r\n\r\n\r\n\r\nPemikiran di www.theholisticleadership.blogspot.com\r\n\r\nJejak aktivitas di youtube.com/doitsoteam. \r\n\r\n\r\n*****************************************\r\n\r\nSaat ini bekerja sebagai Pendidik, Penulis, Motivator/Trainer Nasional dan relawan Pengembangan Masyarakat serta Penggerak Penyembuhan Terpadu dan Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih baik\r\n*****************************************

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

"OK OC3", Daya Dongkrak Anies - Sandi

17 Februari 2017   23:17 Diperbarui: 17 Februari 2017   23:34 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Satu hari pasca pencoblosan, ketika bertemu keruman peserta didik, sepertj biasa setelah berakrab ria, beberapa orang diantara mereka secara hampir bersamaan seakan dikomando, bertanya blak blakan (ini juga sudah biasa) tentang apa yang telah penulis pilih pada saat pencoblosan pilkada DKI Jakarta putaran 1. Dengan membuat lingkaran jari telunjuk dan ibu jari, sementara 3 jari lain tetap tegak, ternasuk kelingking yang masih bertinta, mereka pun paham.

Reaksi peserta didik pun jadi ramai, ada yang bilang "wah Ok OC3, sama dong pak" ada yang bilang "saya pilh AHY" ada pula yang bilang "saya Ahok" dengan disertai uraian panjang persis kampanye yang tersebar di medsos. Saya menangkap, rupanya siswa suswa yang keseharuannya terkatagiri "anak gaul" itu, benar benar "tergarap oleh medsos" sampai kata katanya adalah copy paste yang biasa beredar di medsos, kebetulan peserta didik juga "friends" di medsos.

Selesai anak anak itu menyampaikan argumen tasi atas pilihannya merekapun bertanya "Mengapa Bapak pilih Anies bukan Ahok ?" saya pun bertanya balik, "Kalian kenal Pak Anies Baswedan tidak ?, hampir serentak mereka menjawab " tahu pak mantan mentri pendudukan" , "yang dipecat Jokowi kan pak ?" lanjut anak anak yang menyatakan dukung Ahok, agak nyinyir.

Berpijak dari jawaban pertanyaan pelacak itu, menurut hemat penulis ada dua kata kunci 'mendikbud" dsn "dipecat" dari dua kata itulah penulis mulai menyampaikan argumenrasi mengapa memilih Mantan Mendikbud RI Anies Badwedan. Penulis memulai argumentasi tetkait mendikbud. Sebagai Mendikbud, Anies sangat sukses memimpin kemendikbud dan dapat menaikkan peringkat dari ranking 22 menjadi ranking 9. Di samping itu peringkat pendidikan Indonesia dibanding negara lain secara international meningkat 7 peringkat. Sebagai guru bapak juga mengetahui betapa Anies Baswedan sukses melawan berbagai penyelewengan di kementrian yang dipimpinnya, beliaupun jujur dan amanah mrnjalankan tugas sebagai mentri " . ungkap saya. "Loh kok dipecat pak ?"

Penulis coba dengan diksi yang lebih bersahabat, oh mengapa diganti ? . "Kamu tahukan, menteri itu pembantu presiden ? Tanyaku retoris. Sebagai pembantu presiden, tentu presiden menuntut selalu cocok dengan presiden, dan kalau sudah tidak cocok ya diganti dengan yang lain. Lalu penulis ingat salah satu perbedaan krusial mendikbud Anues Baswedan dan Jokowi JK yang pernah penulis baca dan ikuti adalah masalah wajar. Wajib brlajar 12 tahun yang menjadi salah satu janji kampanye Jokowi JK dimana Anies sebagai juru bicaranya (penulis pernah menganalogkan seperti Nabi Musa dan Harun di kompasiana).

Anak anak lain rupanya memahami penjelasan penulis, meski demikian pemilih Ahok kembali nyletuk " pilih Ahok !" yang kintan disuruh diam oleh teman temannya. Sudah barang tentu kita bisa menilai perilaku itu. Sambil mencoba memahami perilaku 'ngeyel" itu, ternyata ada siswa lain yang justru ingin tahu terkait program Anies Sandi. "Pak kalau visi Misi Anies apa sih pak ? "Nah Ok OC3 (sambil memoeragskan gerakannya) itu apa ?

Dari ngobrol ngobrol itu nampaknya perlu disampaikan disini bahw visi, misi dan program pasangan Anies Sandi belum begitu " sampai kepada pemilih dengan baik. Seperti program OK OC3, secara simbolik cukup menyedot perhatian terbukti mereka dapat meragakab gerakan secara teoat, namun esensi dan manfaat yang begitu besar belum tersampaikan. Terkait dengan hal itu, menurut hemat penulis, program OK OC3, One Kecamatan One Center of Entrepreneurship yang selama ini sudah berjalan dan melahirkan pengusaha muda melalui pendampingannya perlu digarap lebih serius, bukan hanya berkautan dengan putaran ke dua pilkada belaka, tetapi untuk lebh memantapkan dan mendayagunakan program itu dalam mengatasi ketimpangan di Ibu kota dima. 3,5 juta penduduknya berpenfapatan di bawah satu juta perbulan sebagai hasil pembangunan yang timpang"

Seperti pitutur bijak yang kita kenal bersama "Sambil menyelam minum air',  maka dalam pandangan penulis program OK OC3 dapat menjadi program unggulan mengatasi masalah pengangguran dan ketimpangan sosial di Jakarta, apalagi sebentar lagi ratusan ribu pelajar SLTA meninggalkan bangku pendidikannya, sekaligus dapat digunakan oleh pasangan Anies - Sandi untuk dijafikan donkrak mengangkat suaranya pada kompetisi pilgub DKI putaran ke dua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun