Mohon tunggu...
Daniel H.T.
Daniel H.T. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Bukan siapa-siapa, yang hanya menyalurkan aspirasinya. Twitter @danielht2009

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Proklamasi Kemerdekaan 1945 dan Sakitnya Soekarno Saat Membacakannya

18 Agustus 2017   12:01 Diperbarui: 19 Agustus 2017   09:20 8490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima, Jepang, kemudian pada tanggal 9 Agustus di Nagasaki, akibatnya pada 15 Agustus 1945 Jepang pun menyatakan menyerah kalah tanpa syarat kepada sekutu.

Di Jakarta, Soekarno (bersama Mohammad Hatta) yang baru saja pulang dari Saigon, Vietnam, untuk memenuhi undangan penguasa Jepang untuk merunding mengenai cara Jepang menyerahkan kemerdekaan kepada Indonesia, dipaksa oleh para pemuda pejuang untuk hari itu juga memimpin mereka angkat senjata melucuti tentara Jepang, untuk merebut kemerdekaan, sebelum nanti Jepang menyerahkan status quo Indonesia kepada sekutu, dan sekutu menyerahkannya kepada Belanda kembali. Mereka juga menghendaki kemerdekaan Indonesia itu diperoleh dari usaha sendiri, bukan berupa pemberian (hadiah) dari Jepang, sebagaimana dijanjikan Jepang.

Namun, Soekarno tidak mau memenuhi permintaan para pemuda pejuang yang berdarah panas itu, karena ia berpikir bukan caranya begitu kita merebutkan kemerdekaan kita dari Jepang. Karena jika cara-cara emosional itu yang dipakai untuk melawan Jepang, tanpa berpikir panjang dan tanpa perhitungan yang benar-benar matang, maka meskipun Jepang sudah menyerah kalah kepada sekutu, tetapi di Jakarta, jika diserang secara militer tentu akan timbul perlawanan dan peperangan, sedangkan kekuatan militer Jepang masih jauh lebih kuat daripada para pejuang itu. Sehingga besar kemungkinan yang terjadi justru pertumpahan darah secara besar-besaran, sedangkan tujuan kemerdekaan bisa justru tak tercapai.

Demikianlah terjadi pertentangan pendapat antara angkatan tua yang diwakili oleh antara lain Soekarno dengan angkatan muda Indonesia yang diwakili antara lain oleh Soekarni dan Wikana, tentang cara mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia, setelah Jepang kalah perang dan menyerah kepada sekutu.

Angkatan muda yang lebih menuruti darah panasnya, tak sabar, ingin dengan cara cepat, mengira dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu, otomatis mereka akan dengan mudah dapat menaklukkan militer Jepang di Indonesia dengan cara kekerasan, yaitu dengan kontak senjata.

Sedangkan angkatan tua, yang jauh lebih berpengalaman, memilih cara pendekatan diplomatis terhadap Gunseikan (penguasa militer Jepang) agar dapat membiarkan rakyat Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya sendiri.

Konflik tersebut dikisahkan Soekarno di dalam bukunya biografinya: Soekarno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Betapa ia begitu marah terhadap sikap para pejuang muda yang dipimpin oleh Wikana dan Sukarni itu yang terus mendesak dia agar segera hari itu juga memimpin para pejuang untuk memberontak, merebutkan persenjataan Gunseikan, dan mengambil-alih kekuasaan, dan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Terjadi perdebatan yang sengit, sampai-sampai beberapa pemuda yang mempersenjatai dirinya dengan pisau dan golok mengejek dan mengancam Soekarno. Soekarno disebut penakut, dan disindir menunggu perintah dari Tenno Heika (Kaisar Hirohito).

Dengan menggerakkan pisau yang dipegangnya ke arah Soekarno, Wikana berkata: "Kita tidak ingin mengancammu, Bung. Revolusi berada di tangan kami serang dan kami MEMERINTAHKAN Bung. Kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, lalu ..."

"Lalu apa?" teriak Soekarno sambil meloncat berdiri dari kursinya dengan kemarahan meluap-luap. "Jangan aku diancam. Jangan aku diperintah. Engkau harus mengerjakan apa yang kuingini. Pantangku untuk dipaksa menurut kemauanmu."

Dengan melakukan gerakan menggorok leher dengan tangannya, Soekarno berkata lagi kepada para pemuda itu: "INI, ini kudukku. Boleh potong, ... ayo! Boleh penggal kepalaku ... engkau membunuhku, tapi jangan kira aku bisa dipaksa untuk mengadakan pertumpahan darah yang sia-sia, hanya karena hendak menjalankan sesuatu menurut kemauanmu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun