Mohon tunggu...
Humaniora

Keterampilan sebagai Pendengar, Perlukah?

23 September 2017   08:19 Diperbarui: 23 September 2017   08:46 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya sebal sekali pada teman saya. Bila saya memceritakan sesuatu, sepertinya ia memdengarkan dan memandang saya dengan senyuman, tetapi setelah beberapa saat saya baru menyadari bahwa apa yang didalam pikirannya adalah hal lain. Jadi, ketika saya menunggu responya atau saran dia ternyata dia sering gelagapan dan mengulang kembali pertanyaanya. Dia egoism au didengar, tetapi tidak mau mendengarkan. Saya pikir saya lebih baik memutuskan hubungan dengan orang yang tidak bisa saya harapkan memjadi teman berbagi".Demikianlah cerita dari teman saya yang merasa kesal dan marah kepada temannya.

Ketrampilan memdengar yang baik merupakan salah satu teknik komunikasi yang paling kuat pengaruhnya terhadap kelangsungan hubungan antarmanusia yang itim, contonya seperti apa yang dikatakan oleh  Ustadz Salim A Fillah, beliau berkata bahwa " Para lelaki ingatlah satu keterampilan yang penting di pelajari sebelum anda menikah nanti adalah keterampilan mendengarkan curhat. Karena sangat tidak banyak suami pandai memdengarkan curhat, apalagi curhat istrinya, kalau suami mendengarkan curhat teman sekantornya ada yang pintar. Tetapi curhat isrinya sendiri dianggap tidak penting. Itulah salah satu penyebabnya banyak terjadi persoalan-persoalan  yang bisa mengancam keutuhan tumah tangga. Jadi, banyak rumah tangga terjadi konflik bukan karena kurangnya cinta tapi karena kurangya ilmu tentang cinta adalah ilmu tentang mendengarkan". Nah, dari situ kita dapat pelajaran bahwa mendengarkan keluh kesah orang lain dapat  membantu meringankan beban orang lain.

Ada beberapa jenis pendengar, yaitu:

  • Pengengar Gadungan, orang yang hanya berpura-pura mendengar. Biasanya orang ini akan menunjukan senyumnya, pada saat seseorang berbicara dengannya. Orang ini mungkin saja menganggukan kepalanya, seolah ia memusatkan perhatiannya, namun sebenarnya apa yang ada di kepalanya pada saat ia tersenyum adalah hal-hal lain atau seperti menunjukkan kesungguhan dalam mendengar, namun sebenarnya tidak atau apa yang sedang dibicarakan.
  • Pedengar Dependen, orang ini lebih mengutamakan keinginannya menyenangkan lawan bicaranya.
  • Pendengar Interuptor, orang ini cenderung dia tidak mau mendengarkan  orang yang sedah berbicara kepadanya malah menyela dengan memceritakan tentang dirinya sendiri.
  • Pendengan yang sangat Sadar Diri, orang ini  akan lebih berupaya mempertahankan status yang diinginkan di depan orang yang sedang bercerita contonya seperi seorang isti ingin memberikan kesan sebagai isti yang dapat diharapkan selalu bisa membantu suami memecahkan masalah suami. Dalam hal ini tentu akan secara konstan lebih memagari diri agar selamanya sebagai penolong.
  • Pendengar intelek, orang ini akan selalu memberikan respons sesuai analisis rasionya, sehingga sering mengabaikan penyertaan emosional yang merupakan ekspresi nonverbal dari ungkapan orang yang menceritakan ( Sawitri Supardi Sadarjoen, Jiwa yang Rentan, Kompas, Jakarta, 2005).
  • Kamu termasuk yang mana?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun