Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bulan Syawal Memiliki Ranking Tertinggi dalam Silaturahmi dan Saling Memaafkan, Benarkah?

19 April 2024   20:48 Diperbarui: 20 April 2024   03:15 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warga yang silaturahmi ke tetangganya diiringi dengan berurai air mata. Sumber: https://news.detik.com

Bulan syawal menjadi magnet tersendiri dalam urusan silaturahmi dan saling memaafkan. Di negeri kita tercinta, silaturahmi sudah menjadi budaya yang sangat berakar dari semua lini maupun semua level. Di sini ada silaturahmi, di situ ada silaturahmi, di sanapun juga ada silaturahmi. Itulah yang menjadi cirikhas bulan syawal.

Maka tidak berlebihan jika dikatakan Syawal adalah bulan silaturahmi dan saling memaafkan.  Hal tersebut tidak lepas dari peristiwa besar yang terjadi sebelum bulan syawal yaitu bulan ramadan. Bagi masyarakat kita ramadan sepertinya dipandang sebagai aktivitas rohani yang luar biasa. Sebab harus dijalani selama satu bulan penuh. Menjalani puasa ramadan sebulan penuh dianggap sebagai bentuk perjuangan panjang dan melelahkan. Sebab selain berpuasa di siang hari, juga harus mengikuti rangkaian ibadah lainnya di malam hari.

Resonansi Idul Fitri 

Idul fitri menandai awal bulan Syawal. Idul fitri dilihat secara ubudiyah yaitu menjalankan salat dua rakaat dan diisi dengan kutbah idul fitri. Namun secara sosiologis, idul fitri dimaknai sebagai hari kemenangan. Idul fitri juga dimaknai hari kebebasan (merdeka), sebab pada saat itu sudah dibebaskan untuk makan dan minum. Bahkan malah dilarang secara syar'i untuk berpuasa.

Aktivitas ubudiyah berhenti tanggal 1 syawal pada salat idul fitri, namun setelah salat idul fitri, muncullah resonansi social-budaya di masyarakat yaitu kegiatan silaturahmi. Bahkan ada masyarakat yang merayakan hari kemenangan sampai satu bulan penuh. Adapun kemasan silaturahmi yang digunakan biasanya acara halal bi halal atau saling memaafkan.


Resonansi sosiologis tidak hanya berhenti pada kegiatan silaturahmi personal dalam bentuk sungkeman anak ke orang tua, yang muda kepada yang lebih tua, antar tetangga dekat, namun akhirnya juga terelaborasi ke dalam berbagai struktur masyarakat dan dari berbagai peran maupun status yang dimiliki, baik yang bersifat sosio-informal baik yang bersifat geneologis, kulturil maupun instansial. 

Kegiatan sosial-informal geneologis biasanya berkaitan dengan langkah menghimpun orang-orang yang berasal dalam satu silsilah (trah atau bani). Adapun yang bersifat kulturil dilakukan melalui silaturahmi antar tetangga, pertemanan, komunitas,dll. Sedangkan yang bersifat instansial pada umumnya dilakukan dengan menghimpun semua personal yang dianggap sehari-hari bertemu dalam satu wadah atau instansi (baik pemerintah maupun swasta). Bahkan untuk melengkapi kegiatan diadakan kegiatan siraman rohani dengan mendatangkan ustadz atau ustadzah. Selanjutnya kegiatan diakhiri dengan saling berjabat tangan untuk saling memaafkan.

Dengan demikian idul fitri bagi masyarakat kita, tidak saja bermakna ubudiyah yang bersifat ilahiyah, namun juga dielaborasi sebagai bentuk ibadah yang bersifat insyaniyah. Kegiatanya silaturahmi, namun isinya saling memaafkan. Simbol-simbol sosial yang dipakai juga bermacam-macam. Ada yang menyebut "kosong-kosong", "sepuro-sepuroan", "maaf-maafan". Yang lazim disampaikan di masyarakat adalah "mohon maaf lahir dan batin".

Syawal bulan Silaturahmi dan Saling Memaafkan? 

Bisa dijawab singkat "Ya". Mengapa? Sebab di bulan ini ada terjadi interaksi social yang merata di semua lapisan masyarakat dalam skala nasional baik individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Lapisan masyarakat tersebut bukan saja antar sesama muslim, namun sudah melintasi wilayah keyakinan yang berbeda. Sebab dalam kenyataanya tidak sedikit saudara kita non muslim juga nimbrung dalam kegiatan silaturahmi tersebut.

Apabila dicermati, terdapat beberapa kelompok social berdasar pada identitas strata social (formal non formal) yang melakukan aktivitas silaturahmi pada bulan Syawal antara lain:

1) Anak ke orang tua

Kegiatan silaturahmi anak ke orang tua pada umumnya dilakukan setelah salat idul fitri. Anak-anak bersilaturahmi ke orang tuanya untuk melakukan "sungkeman". Aktivitas "sungkeman" dimaknai sebagai rasa hormat kepada orang tua. Selanjutnya dikuti dengan permohonan maaf. Pada akhirnya anak meminta doa restu agar bisa tercapai cita-citanya. Kegiatan sungkeman ini yang menjadi cirikhas kegiatan silaturahmi anak kepada orang tua.

2)Antar saudara (saudara muda ke saudara tua)

Biasanya setelah salat idul fitri, setelah sungkeman ke orang tua, dilanjutkan silaturahmi kepada saudara yang lebih tua. Bisa saudara yang sederajat dengan ayah atau ibu. Bisa juga adik silaturahmi kepada keluarga kakaknya.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan anak keturunan tentang saudara-saudaranya. Sebab ketika keluarga inti anggotanya berumah tangga, keluarganya sudah terdiri dari beberapa keluarga inti. Maka munculah istilah "ekstended family". Orang Jawa menyebut keluarga "bani atau trah".

3) Temu Keluarga Bani (trah)

Silaturahmi ini merupakan pertemuan berbaga keluarga inti (keluarga  luas/ extended family). Maka bulan Syawal di masyarakat juga digunakan sebagai bulan untuk kegiatan silaturahmi orang-orang yang berasal dari satu garis keturunan (ayah atau ibu). Di Jawa dengan konsep kekerabatan yang "bilateral" (mengakui garis keturunan dari ayah dan ibu). Namun biasanya lebih cenderung dari garis ayah saja. Umumnya hanya sampai pada generasi ke empat (canggah) jika dihitung dari garis ayah. Dengan demikian orang-orang yang dikumpukan adalah yang berasal dari satu "canggah". Sebab melacak garis keturunan di atas canggah sudah relatif sulit.

4) Pondok Pesantren

Pada saat idul fitri biasanya semua santri dipulangkan ke rumah masing-masing. Pada saat mereka Kembali ke pesantren, biasanya diselenggarakan kegiatan silaturahmi antar santri. Santri putra berjabat tangan dengan ustadz dan teman-temannya, santri putri dengan ustadzah serta teman-teman.  Kemasan acaranya sama yaitu halal bi halal.

5) Masyarakat dalam berbagai tingkatan (RT, RW, Dusun)

Kegiatan silaturahmi dalam bentuk halal bi halal juga diselenggarakan masyarakat di tingkat RT, RW maupun Dusun. Biasanya dikumpulkan di satu tempat. Ada acara tauziah juga ada ada acara hiburan. Setelah acara selesai dilanjutkan jabat tangan dan saling memaafkan. Acara seremonial pokok biasanya ada ikrar halal bi halal dari yang muda kepada perwakilan sesepuh masyarakat.

6) Perkantoran (dari level daerah sampai pusat)

Perkantoran juga tidak ketinggalan dalam melaksanakan kegiatan halal bi halal. Mulai dari level daerah sampai pusat baik kementerian mauoun istana. Bahkan tidak sedikit ada pejabat yang membukan open house. Namun intinya juga sama yaitu silaturahmi.  

7) Sekolah

Kegiatan halal bi halal di sekolah biasanya dilakukan di lapangan sekolah. Didahului uraian hikmah halal bi halal selanjutnya dilakukan jabat tangan sesama guru, siswa kepada guru maupun siswa kepada siswa. Bagi sekolah yang jumlah siswanya ribuan, membutuhkan antrian yang cukup panjang.

Tentu masih banyak lagi yang menyelenggarakan. Namun jika dicermati, sekian banyak  kegiatan tersebut bertema silaturahmi . Bentuk kegiatannya adalah halal bi halal. Intinya saling meminta dan memberi maaf. Semua kegiatan tersebut ada di bulan Syawal. Di luar bulan tersebut tidak ada. Walaupun saling meminta dan memberi maaf tidak haraus di bulan Syawal, namun masyarakat telah menetapkan dalam bentuk kegiatan, bahwa Syawal merupakan bulan untuk silaturahmi dan saling memaafkan. Walaupun perlu ada penelitian secara khusus, namun dapat diduga bahwa Syawal merupakan bulan yang menempati rangking tertinggi dalam kegiatan silaturahmi yang berisi untuk saling memaafkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun