Mohon tunggu...
Cinta Negriku
Cinta Negriku Mohon Tunggu... -

saya adalah pecinta NKRI

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia Harus Ekspansi ke Myanmar

1 Mei 2013   20:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:17 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13674133911992136274

[caption id="attachment_251464" align="alignleft" width="300" caption="foto: www.aibd.org"][/caption] Myanmar selalu menganggap Indonesia sebagai sahabat. Anggapan ini tidak lepas dari peran Indonesia, khususnya dalam proses transformasi demokrasi negara yang dulu dikenal dengan nama Burma ini. Semenjak dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Indonesia yang mengembangkan soft power diplomacy menjadi salah satu negara yang aktif mendorong terlaksananya demokrasi di Myanmar. Dan, ketika Myanmar saat ini tumbuh menjadi salah satu negara berkembang yang ekonominya berprospek, Indonesia diharapkan memiliki peran lebih, baik sebagai sahabat maupun mitra ekonomi.

Saat penulis berkunjung ke Myanmar, awal bulan April tahun 2013, Myanmar yang dulu dikenal sebagai salah satu negara tertutup, kini mulai membuka diri terhadap dunia luar. Metamorfosis Myanmar ini bisa dilihat dari pesatnya pembangunan dan cara mereka memperlakukan investor. Myanmar sekarang adalah negara yang sangat terbuka terhadap masuknya investasi, tanpa memandang darimana asal investor.

Nadi ekonomi di Myanmar, khususnya di ibukota, Yangon menjadi salah satu yang menggeliat.  Berbagai kegiatan ekonomi dilakukan rakyat Myanmar dan transaksinya lebih terbuka dengan melibatkan berbagai komunitas usaha dari negara lain. Selain transaksi ekonomi yang mengalami peningkatan, investasi di Myanmar juga mengalami peningkatan pesat.

Sebagai negara yang baru dua setengah tahun terakhir mengalami tranformasi politik, ekonomi dan budaya, Myanmar memiliki daya tarik di banyak bidang. Myanmar memiliki hasil tambang yang belum dimanfaatkan secara maksimal, seperti timah, nikel, boksit dan lain-lain. Myanmar juga memiliki hasil pertanian dan perkebunan. Bahkan beras dari Myanmar, sekarang banyak dieskpor ke mancanegara.

Dari perkebunan, Myanmar merupakan produsen kayu jati yang memiliki kualitas bersaing. Dari sektor perikanan, Myanmar juga menyimpan potensi yang luar biasa.

Untuk mengeksplorasi semua sumber daya alam tersebut, Myanmar mulai membuka diri terhadap masuknya investor. Saat ini, negara-negara seperti China, Jepang dan Korea sudah berlomba-lomba menanamkan investasinya di Myanmar. Mereka umumya mengincar sektor pertambangan, energi dan telekomunikasi. Namun sektor-sektor lain seperti pertanian, perkebunan dan perikanan juga tak luput dari incaran negara-negara Asia, khususnya ASEAN, seperti Singapura, Thailand, Vietnam dan Malaysia.

Lantas, apa yang bisa dilakukan Indonesia dengan semua potensi dan peluang yang dimiliki Myanmar?

Benar seperti yang dikatakan Presiden SBY, ketika berkunjung ke Myanmar tanggal 24 April 2013.  Sebagai negara yang banyak memberikan masukan dan mendorong proses demokrasi di Myanmar, Indonesia harus mengambil peran, khususnya di bidang investasi.

Tidak salah, ketika Presiden SBY menyerukan dunia usaha Indonesia, baik itu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta untuk memanfaatkan peluang yang ada di Myanmar. Sangat disayangkan, negara yang telah memberikan sumbangsih besar terhadap proses demokrat di Myanmar, justeru tidak memiliki peran dalam proses pembangunannya.

Indonesia tidak boleh mengulang pengalaman seperti di Kamboja, Bosnia, Kosovo maupun Montenegro. Sebagai negar ayang banyak berperan aktif dalam memfasilitasi perdamaian di negara-negara tersebut, justeru disalip oleh negara lain dalam hal bisnis, ketika mereka mulai berkembang. Sama seperti yang terjadi di Myanmar sekarang.

Nilai investasi Indonesia di Myanmar saat ini cukup memprihatinkan, kalah dari Singapura dan Malaysia. Bahkan Indonesia juga kalah dari Vietnam, yang pada tahun-tahun sebelumnya masih di bawah Indonesia. Negara-negara itu aktif bergerak dan masuk ke beberapa sektor yang menjadi titik tumbuh ekonomi Myanmar.

Dunia usaha Indonesia, baik BUMN maupun swasta harus bisa memanfaatkan momen pertumbuhan Myanmar. Apalagi, Presiden SBY sudah membuka jalan dengan berkunjung ke Myanmar, menemui Presiden Thein Sein. Sebelumnya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa juga berkunjung ke Myanmar dengan membawa rombongan besar BUMN.

Kunjungan yang dilakukan Presiden SBY maupun Menko Perekonomian hendaknya dijadikan gerbang bagi dunia usaha Indonesia untuk masuk dan memanfaatkan potensi yang dimiliki Myanmar. Kita tidak boleh kalah dari Singapura. Negara yang relatif tidak memiliki peran sama sekali dalam proses transformasi politik di Myanmar, kini justeru menjadi penguasa di beberapa sektor ekonomi.

Berdasarkan hasil kunjungan penulis ke Myanmar, masih banyak peluang yang dimiliki dunia usaha Indonesia. Untuk sektor energi, dalam sebuah forum ekonomi Indonesia-Myanmar, Indonesia sangat diharapkan bisa membangun power plant. Saya pikiri, PLN sudah sangat berpengalaman untuk sektor ini, dan Indonesia bisa liding di bidang tersebut.

Untuk pembangunan, para pelaku usaha di Indonesia juga bisa menanamkan investasi untuk semen. Saat ini, Myanmar mengalami kekurangan stok semen untuk mendukung pembangunan infrastruktur, seperti jalan, rumah sakit, bandara dan pelabuhan. Sementara untuk sektor pertanian, Myanmar sangat kekurangan pupuk. Padahal hasil pertanian di negara tersebut cukup melimpah dengan kualitas yang tidak kalah bersaing dengan negara lain.

Untuk sektor pertambangan, Indonesia juga bisa mengambil peluang, karena sudah sangat paham bagaimana mengeksporasi timah dan nikel. Sementara untuk sektor telekomunikasi, Indonesia juga memiliki peluang, meski harus bersaing ketat dengan Singapura yang jor-joran berinvestasi di bidang tersebut.

Intinya, dunia usaha Indonesia, khususnya BUMN harus menjadikan momentum kunjungan Presiden SBY ke Myanmar dan pertemuannya dengan Presiden Thein Sein sebagai pintu gerbang untuk melakukan ekspansi bisnis. Sebagai salah satu negara raksasa di ASEAN, sangat disayangkan kalau kita kalah dari Singapura dan Malaysia, bahkan Vietnam.(***)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun