Maka ketika berita itu sampai di telinga gula, bersedih lah semenjak saat itu.
Dengan nanar, sang gula menatap kopi. "kenapa kau lakukan itu?. Bila kau mau tinggalkan aku, bila kau sudah tak mau sama-sama larut denganku kenapa kau harus membinasakan aku?"
"Tidak, ini kesalahanku. Aku berjanji aku akan menemanimu selalu. Aku akan tetap di sini karena aku sayang kamu, tak ada maksudku membinasakan kamu"
Gula lega, ungkapan terakhir yang kelak semakin menghujam hati dan melukainya. Yang semakin membuat dia menahan isak, menahan rindu dan menjadikannya Gula yang Gila.
Konon katanya, belajar jujurlah dari Kopi, karena dengan pahitnya tetap menyajikan kenikmatan.
Itu konon... sebelum waktu itu datang, sebelum pelanggan tetap Kedai Cing Lian berkoar , sebelum Kopi menjadi takut kehilangan keaslian rasa saat disentuh dan bersentuhan dengan gula.
Kau bohong kopi, kau tidak lagi menyaji keindahan. Kau egois, kau masih menari-nari dengan lenggokan paling fenomenal lalu berteriak pada dunia, " woooooiiii seluruh pelanggan Kedai Cing Lian, pelanggan tetap ini benar. Seduhlah aku, tak usah kau tambahkan gula kalau kau mau tetap sehat.
Gula yang gila teronggok tak berfaedah diujung kedai. Matahari semakin membuatnya tak karuan, kristal tak lagi terlihat juga tak lagi bening. Mengerucut, mengkerut lalu menggumpal. Sungguh tak enak dipandang .
Hei, Kopi pujaanku tak sudikah kau kembali padaku, melarut bersama. Bukankah Indonesia perlu disentuh dengan rasa manis bukan kau sumpali pahitnya dirimu terus-menerus.
Aku selalu menunggumu, menunggu untuk larut bersama. Aku memiliki janji yang akan aku tepati.
Karena aku mencintaimu hari ini, esok dan seterusnya.
Kau Kopi sejati, tepati janjimu dan jangan kau ingkari.
Aku rapuh tanpamu.
#9 Desember 2019
#Bandung