Mohon tunggu...
Choirul Mutaqin
Choirul Mutaqin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hukum

karna sebuah pengalaman yang membentuk kepribadian saya, dan menulis merupakan langkah awal untuk membuktikan bahwa saya ada

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi Kampus

20 Juli 2017   17:29 Diperbarui: 20 Juli 2017   17:32 10409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : http://vichifadhli12.blogspot.co.id

Demokrasi Secara etimologi atau asal usul kata, "demokrasi" berasal dari bahasa Yunani -- (dmokrata) "kekuasaan rakyat" yang dibentuk dari kata (dmos) "rakyat" dan (Kratos) "kekuasaan", merujuk pada sistem politik yang muncul pada pertengahan abad ke-5 dan ke-4 SM di negara kota Yunani Kuno, khususnya Athena, menyusul revolusi rakyat pada tahun 508 SM. dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sedangkan secara terminologi atau definisi demokrasi, 

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. demokrasi bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi---baik secara langsung atau melalui perwakilan---dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.  Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. di tinjau ddari pendapat almadudi "soko guru demokrasi" 

  • Kedaulatan rakyat.
  • Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah.
  • Kekuasaan Mayoritas.
  • Hak-hak Minoritas.
  • Jaminan hak asasi manusia.
  • Pemilihan yang bebas, adil dan jujur.
  • Persamaan di depan hukum.
  • Proses hukum yang wajar.
  • Pembatasan pemerintah secara konstitusional.
  • Prulalisme sosial, ekonomi, dan politik.
  • Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

Paham demokrasi pun sampai saat ini masih di anut oleh bangsa Indonesia. Bahkan paham demokratisasi pun di Indonesia masih berkembang begitu pesat, bisa kita lihat dari peran masyarakat terhadap pemilihan kepada desa dan lainya. Demokrasi itu terbuka untuk semua kalangan agar tidak terjadi kesalah pahaman satu dengan lainnya. Begitu banyak mahasiswa yang berdemo baik di dalam kampus maupun di luar kampus mereka menyampaikan anspirasi dari Mahasiswa maupun Masyarakat agar terciptanya sebuah hubungan baik antara Pemimpin - penyambung - Anspirasi. 

KAMPUS dalam pengertian nya ialah campus atau lapangan luas. dan dari pngertian modern ialah Perguruan Tinggi atau Universitas tempat di mana mahasiswa berkumpul mencari ilmu untuk bekal di masa depanya kelak. Banyak para pelajar berlomba-lomba untuk masuk ke dalam kampus yang dia citakan sedari duduk di bangku Sekolah. Saling berlomba dalam ujian baik dari SNPTN, SBMPTN, MANDIRI dan jalur lainnya agar bisa menggapai cita-cita yang dia inginkan dengan jurusan yang di butuhkan dengan kompetesi atau skill nya. jadi sepantasnya mereka juga mendapatkan pelayanan yang transparan dalam hal-hal akademik maupun non akademik. 

Pergurun Tinggi sebagai sebuah institusi independen yang merupakan tempat bagi pendidikan para kaum intelektual. Sesuai dengan isi tri darma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian. Kiranya bisa juga dikatakan sebagai sebuah miniatur negara. Tapi bagaimna dengan demokrasi di dalam kampus tersebut saat ini sudah tepatkah. Jikalau kampus adalah miniatur Negara maka bisa di simpulkan bahwa kampus tersebut adalah bentuk dari gambaran Negara tersebut dan apa yang ada di negara maka kampus adalah tempatnya.

Peran birokrasi kampus menentukan demokratis tidaknya tatanan keorganisasian di tataran mahasiswa dalam perguruan tinggi. Segala bentuk politik seyogyanya dikesampingkan agar tidak terjadi polemik. Jika tidak, benih-benih jiwa demokratis yang diharapkan lahir dari perguruan tinggi hanya menjadi isapan jempol. Lihatlah beberapa kejadian belakangan ini yang menimpa beberapa organisasi kemahasiswaan di beberapa perguruan tinggi. Kejadian ini, tentunya, menunjukkan bahwa hubungan antara mahasiswa yang berhimpun dalam sebuah organisasi kemahasiswaan dengan birokrasi kampus tidak "sehat". Mahasiswa yang menuntut sebuah keterbukaan lagi-lagi di kebiri oleh kaum-kaum yang memiliki kepentingan pribadi ataupun golongan. Seakan-akan di skat dengan tembok yang begitu tebal. sehingga kebiri ini pun terus terjadi bagaikan penjara di rumah sendiri "keterbukaan,  kebebasan berekspresi, mimbar akademik, dan otonomi keilmuan".

Ironisnya, mahasiswa sebagai "rakyat" dalam kampus seringkali tidak di perhatikan hak-hak suaranya kerap menjadi korban intervensi oleh berbagai pihak yang saling mempunyai kepentingan, cenderung hanya menerima siapa saja yang masuk ke dalam Birokrasi tersebut tanpa merekah tau. Tidak adanya sosialisasi secara langsung ke dalam KBM tersebut. Hanya berupa pamflet maupun poster dan begitu sangat ironis bahwa mahasiswa tidak tahu bahkan terjadi missing comunication antara Mahasiswa "rakyat" dan birokrasi tersebut. ada apa ini? 

Apakah demokrasi yang saat ini masih demokrasi subtansial, yang hanya di berungkus oleh demokrasi prosedural. sehingga begitu terlihat ini sudah transparan dalam segalnya tetapi nyatanya juga msih tertutupi dengan adanya misiing comuniction itu tadi. 

Mungkin juga ini adalah  gambaran praktek-praktek Demokrasi atau awal munculnya demokrasi dari dunia barat yang mula-mula di bawa oleh pemberontakan Perancis, yang pada saat itu masih mengunakan cara pemerintahan Eropah ialah Otokrasi : kekuasaan pemerintah adalah di dalam satu orang sahaja, yaitu di dalam tangan Raja. rakyat harus menurut sahaja.  Raja mengaku dirinya sebagai wakil Allah di dunia ini. Tetapi lambat timbulah satu golongan baru, yang ingin mendapatkan kekuasaan pemerintah. golongan baru atau kelas baru ini adalah kelasnya kaum Burjuis, merekah punya perusahaan, perniagaan dll. 

Mereka sendirilah yang tahu mana Undang-undang, mana aturan-aturan, mana cara-pemerintahan yang baik buat kepentingan merekah. bukan buat raja.  "Wenlu", kata kaum burjuis, "kekuasaan itu harus di rebut!" tetapi untuk merebut, orang harus mempunyai kekuatan! Padahal kaum burjuis belum mempunyai kekuatan itu!. "nah", kata kaum burjuis sekali lagi, "kita memakai kekuatan rakyat-jelata!" dan begitu rakyat jelata itu oleh kaum burjuis lalu diajak bergerak, diabui matanya, bahwa pergerakan itu ialah untuk mendatangkan "kemerdekaan, pergerakan dan persaudaraan" adalah semboyannya pergerakan burjuis memkai tenaga rakyat. rakyat menurut-ya, rakyat bekelahi mati-matian! sebabnya ialah nasibnya rakyat di bawah pemerintahan otokrasi itu nasib yang sengsara sekali, dan bahwa rakyat itu masih kurang sadar yang ia hanya menjadi perkakas burjunis sahaja.

Jangan jadikan demokrasi hanya untuk kepentingan saja, melainkan sebagai amanah untuk bisa manjaga dan mengayomi rakyat. Jadikan kampus itu benar-benar ideal di mana masyarakat kampus dan para pengurusnya dapat memberikan berbagai warna di kampus tersebut. Bagaimanapun juga kampus adalah tempat bagi kaum intelektual dan sesuai dengan tri darma perguruan tinggi. Jangan biarkan aspirasi mahasiswa terbuang sia-sia atau tidak didengar.

Mohon maaf jika ada kesalahan, dan terimakasih..

sumber lain : Dibawah Bendera Revolusi jilit 1

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun