Mohon tunggu...
Lyfe

Penerapan Metode Pembelajaran Buzz Group pada Pembelajaran Matematika Materi Turunan Fungsi

12 Agustus 2017   23:31 Diperbarui: 12 Agustus 2017   23:37 3239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BUZZ GROUP PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI TURUNAN FUNGSI

Didit Safari Zenal Muttaqin

Pendidikan Matematika Universitas Indraparasta PGRI Jakarta

ABSTRAK:   Penulisan ini bertujuan untuk penerapan metode pembelajaran buzz grouppada pembelajaran matematika materi turunan fungsi. Penulisan ini menggunakan pendalaman kualitatif dengan cara kajian pustaka. Metode buzz group dapat merangsang pertanyaan siswa serta menggali gagasan dan informasi dengan cepat. Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa untuk metode pembelajaran buzz group diperlukan cara; 1) Bentuk beberapa kelompok; tampilkan pengarah diskusi dan informasi batas waktu, 2) Minta anggota kelompok bertukar pikiran untuk merespons pengarah tersebut, 3) Lakukan pengecekan secara periodik untuk melihat apakah kelompok-kelompok yang ada masih terlibat secara aktif dan fokus pada topik yang diberikan. Jika sudah keluar dari topik, persingkat batas waktu. Jika masih membahas topik dan waktu sudah berakhir, pertimbangkan untuk memperpanjang batas waktu beberapa menit lagi, 4) Minta siswa untuk kembali pada diskusi kelas dan ulangi kembali pengarah untuk memulainya.

 

KATA KUNCI: Buzz Group, Pembelajaran Matematika, Turunan Fungsi.

 

Pendahuluan

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2002:100). Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan tingkah laku.

Pembelajaran matematika menurut Russeffendi (1993:109) adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dengan memanipulasi simbol-simbol dalam matematika sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.

Dalam kurikulum 2004 disebutkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu pembelajaran yang bertujuan:

Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi

Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba

Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.

Menurut Soedjadi (1994:1), meskipun terdapat berbagai pendapat tentang matematika yang tampak berlainan antara satu sama lain, namun tetap dapat ditarik ciri-ciri atau karekteristik yang sama, antara lain:

memiliki objek kajian abstrak,

bertumpu pada kesepakatan,

berpola pikir deduktif,

memiliki symbol yang kosong dari arti,

memperhatikan semesta pembicaraan,

konsisten dalam sistemnya.

Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar yang berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Dari objek dasar itu berkembang menjadi objek-objek lain, misalnya: pola-pola, struktur-struktur dalam matematika yang ada dewasa ini. Pola pikir yang digunakan dalam matematika adalah pola pikir deduktif, bahkan suatu struktur yang lengkap adalah deduktif aksiomatik.

Matematika sekolah adalah bagian dari matematika yang dipilih, antara lain dengan pertimbangan atau berorientasi pada kependidikan. Dengan demikian, pembelajaran matematika perlu diusahakan sesuai dengan kemampuan kognitif siswa, mengkongkritkan objek matematika yang abstrak sehingga mudah difahami siswa. Selain itu sajian matematika sekolah tidak harus menggunakan pola pikir deduktif semata, tetapi dapat juga digunakan pola pikir induktif, artinya pembelajarannya dapat menggunakan pendekatan induktif. Ini tidak berarti bahwa kemampuan berfikir deduktif dan memahami objek abstrak boleh ditiadakan begitu saja.

Metode Pembelajaran Buzz Group

Pengertian

Menurut Barkley (2012:169) Buzz group adalah sebuah tim yang terdiri atas empat hingga enam mahasiswa yang dibentuk dengan cepat tanpa persiapan untuk merespons pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan perkuliahan. Senada dengan pendapat Barkley, Surjadi (1989:34) menjelaskan, bahwa Buzz group merupakan suatu kelompok dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil (sub-groups) masing-masing terdiri dari 3-6 orang dalam tempo yang singkat, untuk mendiskusikan suatu topik atau memecahkan suatu masalah. Sedangkan menurut Suprijanto (2007:110), Buzz group merupakan alat untuk membagi kelompok diskusi besar menjadi kelompok-kelompok kecil.

Hasil belajar yang diharapkan dalam metode buzz group yaitu siswa membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran, membandingan informasi yang diperoleh masing-masing sehingga siswa dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi sehingga dapat dihindarkan kekeliruan (Hasibuan dan Moedjiono, 1995:21).

Berdasarkan pernyataan tersebut, penulis simpulkan bahwa metode Buzz group adalah sebuah metode dengan membentuk kelompok/tim secara cepat dan tanpa persiapan untuk merangsang pertanyaan serta menggali gagasan dan informasi dengan cepat.

Tahapan Metode Pembelajaran Buzz Group

Setiap pembelajaran tentu membutuhkan langkah-langkah. Langkah-langkah merupakan sekenario yang dilakukan guru di kelas agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode Buzz group ada tahapan-tahapan yang harus dilalui, agar pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode Buzz group, diperlukan langkah-langkah (prosedur) untuk menjalankannya.

Barkley (2012:170) menjelaskan bahwa prosedur yang dapat digunakan dalam pembelajaran menggunakan metode Buzz group di antaranya sebagai berikut.

  • Bentuk beberapa kelompok; tampilkan pengarah diskusi dan informasi batas waktu.
  • Minta anggota kelompok bertukar pikiran untuk merespons pengarah tersebut.
  • Lakukan pengecekan secara periodik untuk melihat apakah kelompok-kelompok yang ada masih terlibat secara aktif dan fokus pada topik yang diberikan. Jika sudah keluar dari topik, persingkat batas waktu. Jika masih membahas topik dan waktu sudah berakhir, pertimbangkan untuk memperpanjang batas waktu beberapa menit lagi.
  • Minta siswa untuk kembali pada diskusi kelas dan ulangi kembali pengarah untuk memulainya.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Buzz Group

Setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Mudjiono dan Dimyati (1992:55) adapun kelebihan dalam metode Buzz group yaitu; Mendorong siswa yang malu-malu untuk memberikan sumbangan pikiran sehingga dapat meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi; Menciptakan suasana yang menyenangkan; Menghemat waktu memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan; Memberikan variasi kegiatan belajar yang disertai dengan penggunaan metode lain; Membangkitkan motivasi siswa, motivasi ini dapat menjadikan siswa berpikir ilmiah dan dapat mengembangkan pengetahuan; Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan mengembangkan kesamaan pendapat dalam mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan. Sedangkan kekurangannya; Membutukan waktu yang cukup lama untuk melakukan persiapan; Metode ini tidak akan berhasil bila anggota kelompok terdiri dari individu yang tidak tahu apa-apa; Diskusi berputar-putar.

Berdasarkan pernyataan diatas metode diskusi Buzz group memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Peranan guru menjadi sangat penting dalam mengatasi beberapa kelemahan metode ini, seperti menyiapkan perangkat pembelajaran dan hal-hal yang dibutuhkan sebelum pelaksanaan pembelajaran, menjadi motivator siswa untuk mempelajari materi yang akan diajarkan lebih dulu, menjadi fasilitator disaat siswa mengalami kesulitan dan selalu memantau kegiatan diskusi siswa sehingga diskusi dapat berjalan lancar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Penerapan Metode Pembelajaran Buzz Group Pada Pembelajaran Matematika Materi Turunan Fungsi

Materi Turunan merupakan salah satu materi yang terdapat pada kelas XI Semester 2 Bab 8. Pembahasannya meliputi Turunan, Titik Stasioner, dan Jenis-jenis Ekstrim. Materi prasyarat dari Turunan Fungsi adalah Fungsi dan Limit Fungsi. Terkait dengan penelitian ini, peneliti menggunakan Turunan Fungsi sebagai materi dalam instrumen tes.

Dimana materi tersebut diaplikasikan ke dalam kemampuan pemahaman matematis yaitu memahami masalah-masalah yang terdapat dalam pembelajaran matematika atau kehidupan sehari-hari yang menyangkut kedalam materi Turunan Fungsi. Adapun diantaranya materi yang dibahas diantaranya:

Mengenali turunan fungsi aljabar yang didalamnya terdapat turunan fungsi konstan, turunan fungsi identitas, turunan fungsi pangkat, turunan jumlah dan selisih fungsi, turunan hasil kali fungsi, dan turunan hasil bagi fungsi. Dan juga menerapkan turunan fungsi aljabar kedalam pembelajaran matematika dan diluar matematika dengan tujuan dapat memecahkan masalah pembelajaran matematika. sifat-sifat dan rumus- rumus turunan fungsi aljabar digunakan dalam memecahkan masalah di dalam pembelajaran matematika, dan aplikasinya dapat memecahkan masalah di luar pembelajaran matematika. Contoh: mencari besar kecepatan dan percepatan dengan menggunakan rumus turunan fungsi.

Mengenali turunan fungsi terkait titik maksimum dan titik minimum. Selain itu dapat menerapkan bentuk model matematika berupa persamaan fungsi, serta menerapkan konsep dan sifat turunan fungsi dalam memecahkan masalah maksimum dan minimum dalam konteks-konteks di luar matematika.Fungsi f(x) stasioner jika f'(x) = 0. Nilai stasioner f(x) maksimum jika f''(x) < 0, dan minimum jika f''(x) > 0.

Langkah-langkah Pembelajaran

  • Guru memasuki ruangan kelas dengan mengucapkan salam kepada siswa. Siswa menjawab salam dari guru.
  • Sebelum pembelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada siswa. Siswa menyimak.
  • Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil beranggotakan 3-4 siswa. Tiap siswa menempati tempat dan kelompok masing-masing yang telah ditentukan oleh guru.
  • Guru menyampaikan materi Turunan Fungsi secara umum atau garis besar dengan metode ceramah. Siswa mendengarkan penjelasan guru.
  • Guru kemudian menentukan topik masalah (tugas) yang sama kepada tiap kelompok yang akan didiskusikan dengan batas waktu tertentu (missal 30 menit). Siswa pada tiap kelompok berdiskusi dengan teman kelompoknya masing-masing mengenai tugas yang diberikan oleh guru.
  • Selama diskusi berlangsung, guru memantau dan memperhatikan aktifitas siswa. Guru mengunjungi setiap kelompok untuk mengetahui adakah kelompok yang memerlukan bantuan untuk memahami tugasnya.
  • Sebelum diskusi diakhiri, guru memberikan peringatan mengenai batas waktu dalam menyelesaikan tugas.
  • Setalah waktu yang ditentukan selesai, guru meminta tiap kelompok untuk mengumpulkan hasil diskusinya. Siswa perwakilan masing-masing kelompok mengumpulkan hasil diskusi mereka.
  • Guru membahas tugas tersebut untuk memperbaiki konsep siswa.

Penutup

Simpulan

Metode pembelajaran Buzz group adalah sebuah metode dengan membentuk kelompok/tim secara cepat dan tanpa persiapan untuk merangsang pertanyaan serta menggali gagasan dan informasi dengan cepat. Penerapan metode Buzz group dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap suatu topik masalah dalam pembelajaran matematika.

Saran

Walau metode pembelajaran Buzz group tidak dapat digunakan pada kelompok besar, guru harus berani mencoba menggunakan metode ini pada kegiatan belajar mengajar di kelas agar siswa tidak merasa bosan dengan metode ceramah. Hendaknya lembaga dapat melakukan peningkatan pembelajaran dengan metode Buzz group agar target pembelajaran mencapai semaksimal mungkin.

Daftar Pustaka

Barkley, Elizabert E. K. Patricia Cross, dan Claire Howell Major. 2012.

Collaborative Learning Techniques. Bandung: Penerbit Nusa Media.

Dimyati dan Moedjiono. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud Dirjen Dikti: Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Hasibuan dan Moedjiono. 1995. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ruseffendi, E. T. 1993. Pendidikan Matematika 3 Modul 1-5. Jakarta : Universitas Terbuka.

Soedjadi, 1994. Memantapkan Matematika Sekolah Sebagai Wahana Pendidikan dan

Penalaran Kebudayaan. Surabaya : Program Pasca Sarjana Pendidikan IKIP

Surabaya.

Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta : PT Bumi Aksara.

 Surjadi. 1989. Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung: Bandar Maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun