Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Analis aktuaria - narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan / Email: cevan7005@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jurus Menghadapi Bencana Bersama Asuransi Zurich dan Aplikasi Z Alert

23 Februari 2017   05:24 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:32 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Indonesia adalah negara dengan posisi yang strategis, kekayaan yang berlimpah, dan kita patut mensyukurinya. Di antara dua benua dan dua samudera, dikelilingi lautan luas, berada di atas lempengan tektonik yang aktif, dan memiliki gunung berapi yang memesona, sungguh kita beruntung memilikinya. Hanya itu? Tunggu dulu, semua ini memberi konsekuensi bahwa kita juga memiliki kerawanan lebih terhadap risiko terkena bencana. Banyak sungai dan sering hujan, risiko banjir meningkat. 

Banyak gunung berapi, risiko gunung meletus meningkat. Bicara kota Jakarta, The Lloyds City Risk Index menempatkannya di peringkat ke-20 sebagai kota dengan risiko bencana tertinggi secara global. Banjir di Jakarta adalah masalah kompleks yang membutuhkan solusi berkesinambungan untuk menyelesaikannya dan itu tidak cepat, kita harus berkejar dengan waktu sehingga kerugian khususnya di bidang keuangan bisa dihindari. Soal yang satu ini, saya punya beberapa pengalaman untuk dibagikan.

Pengalaman pertama datang dari diri saya sendiri. Banjir di Jakarta sudah saya alami beberapa kali dan sangat tidak mengenakkan. Listrik mati, air mati, stok kebutuhan habis. Mencarinya dekat tempat tinggal, semua toko tutup. Akhirnya, cari ke toko yang lebih jauh dengan menumpang gerobak, itu pun harganya sangat mahal dibandingkan ongkos yang harus saya tanggung di kondisi normal. Pasokan terbatas, permintaan tinggi, harga kebutuhan pun naik dan sulit dikendalikan, merasa sayang tetapi tetap harus dibeli. Ketika kegiatan tetap harus berjalan dan tidak bisa saya tinggalkan, saya terpaksa menerjang banjir dan mengungsi ke hotel, pengeluaran lagi. Setelah banjir surut, saya kembali ke rumah dengan setumpuk barang bawaan menumpang taksi dan pengeluaran lagi. Pengalaman kedua berasal dari seorang teman. 

Terjebak dalam suasana banjir di tempat kerja dan memiliki mobil dengan ground clearance yang pendek, terpaksa satu malam dihabiskan di sana. Hari kedua, tak betah di hotel dan mobil dikendarai dalam kondisi banjir menuju hotel terdekat. Hari ketiga, pulang ke rumah mengendarai mobil. Hari keempat, ketika ingin bekerja lagi, mobil mogok di tengah jalan. 

Dibawa ke bengkel, ternyata mobil mengalami gangguan di bagian mesin dan kelistrikan. Pengeluaran lagi. Pengalaman ketiga berasal dari tetangga dan masih seputar banjir. Sudah menyiapkan makanan untuk dijual, tiba-tiba banjir datang dan makanan belum sempat diantar. Untung saja, tetangga lain bersedia membeli dan menghabiskannya. Hari-hari keesokannya? Bahan tidak ada, listrik tidak ada, air tidak ada, tidak bisa berjualan. Pendapatan pun nol besar.

Pengalaman keempat masih tentang banjir dan berasal dari mantan tetangga. Ketika banjir belum terlalu dalam, beliau masih sempat mengungsikan diri dan anaknya ke hotel. Uang di dompet pun cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka, bahkan selama menginap di hotel mereka selalu mengandalkan makanan dari room service. Ketika banjir surut, mereka pulang. Bukan hanya rumah yang begitu kotor, semua furnitur dan elektronik tak terselamatkan. Televisi, sofa, kasur, bantal, lemari, lampu, mesin cuci, kulkas, semua tak ada yang selamat dan alamat beli baru! Alih-alih bisa tidur di rumah, hotel kembali jadi pilihan sampai semua furnitur tersedia lagi. Banjir sudah usai, dampaknya masih terasa berhari-hari.

Bencana tak selalu datang dari alam dan selalu berupa banjir, masih banyak risiko lain termasuk kecelakaan dan kebakaran dan lagi-lagi bisa berdampak terhadap kondisi keuangan. Ini perlu kita antisipasi dengan mencegah dan mempersiapkan diri dengan matang. Jadilah pribadi yang tanggap risiko bencana!

Mencegah

Mencegah bencana yang bisa dicegah itu datang adalah selalu memikirkan apa yang akan dilakukan dengan matang dan menjalankannya dengan tenang. Pastikan diri bisa beraktivitas dengan sehat dan nyaman penting sehingga pikiran segar dan antisipasi tepat. Bagaimana dengan yang tak bisa dicegah? Kalau bisa, hindari. Dengan ponsel pintar dan media sosial, kita bisa mendapatkan informasi secara real-time sehingga mampu menghindari berbagai risiko yang diinformasikan. Misalnya, terhubung dengan media sosial badan penanggulangan dan penanganan bencana serta situs-situs berita terpercaya di daerah tempat kita tinggal sehingga informasi dan peringatan terbaru bisa selalu didapat. 

Tak hanya itu, kita juga bisa menggunakan aplikasi mobile penanggulangan bencana yang baru saja diluncurkan oleh PT Zurich Insurance Indonesia yaitu Z-Alert yang secara cepat dan akurat menyajikan informasi dan peringatan bencana di sekitar pengguna serta informasi bengkel terdekat. Risiko yang bisa didapat informasinya antara lain : jalan macet, kecelakaan lalu lintas, dan banjir.

Mempersiapkan diri dengan matang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun