Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kreativitas dalam Berbagai Permainan

24 September 2017   17:18 Diperbarui: 25 September 2017   00:14 2790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

"Masa yang paling indah adalah masa kanak-kanak. Kita ga perlu mikirin nyari duit. Semuanya sudah tersedia; makanan, pakaian, rumah, pokoknya yang kita lakukan cuma main, main dan main. Indah banget ya masa kanak-kanak." Begitulah pemahaman saya sejak jaman dulu.

Saya punya pemahaman bahwa pada dasarnya manusia memang  tidak pernah kehilangan jiwa kanak-kanaknya. Sampai usia 80 tahun pun kita masih tetap kanak-kanak. Saya setuju bahwa masa kanak-kanak adalah masa yang sangat manis. Nah pertanyaannya adalah; kalau masa kanak-kanak itu memang indah, kenapa harus kita tinggalkan? Apa yang salah menjadi anak-anak seumur hidup kita? Ga ada kan?

Seperti kanak-kanak, kita masih tetap suka bermain. Kalau memang kita selalu enjoy melakukan permainan, ya silakan bermain. Kalau kita punya tugas yang membosankan atau sulit, gunakan permainan sebagai alat bantu. Saya justru melihat hal ini sebagai peluang untuk mendekatkan diri dalam memahami sesuatu. Mungkin permainan ini tidak membuat kita mngerti lebih cepat tapi karena enjoy, maka kita tidak akan keberatan untuk mengulang dan mengulanginya lagi.

Kita semua suka mencari cara yang fun untuk mengingat dan mempelajari sesuatu. Karena itu marilah kita galakkan cara-cara bermain yang kreatif agar bisa menikmati pekerjaan kita. Kalau sudah bosan dengan permainan lama, cobalah menciptakan permainan baru. Hal ini pasti tidak sulit dilakukan karena semenjak kita bayi, kita sudah dijejali dengan aneka ragam permainan kreativitas. Tidak percaya? Silakan dibaca bukti-bukti di bawah ini.

1. Nyanyian adalah contoh yang sudah diperkenalkan pada kita sejak kita kecil. Sewaktu masih balita, Ibu saya mengajarkan  berbagai hal selalu dengan nyanyian. Misalnya 'organ tubuh.' Kita bisa cepat hapal karena lagu itu. Beliau sering geli melihat saya menirukan bagaimana memegang kepala, pundak, lutut dan kaki. Saya yang masih berusia kurang dari satu tahun belum bisa menyanyikannya, tapi sudah bisa mengikuti gerakannya..Lagunya bahkan mungkin kita semua masih ingat dan percaya ga? Sekarang pun saya mengajarkan lagu itu pada anak bungsu saya

 Kepala...pundak...lutut...kaki....lutut...kaki...dst

2. Kemudian saya mulai bisa berbicara. Di saat itulah Ibu saya mulai memberikan pelajaran tentang huruf/abjad. Dan lagi-lagi dengan nyanyian. Setelah besar saya baru mengetahui ternyata semua anak kecil mengalami pengalaman yang sama. Dan ternyata setelah pada bangkotan pun mereka semua masih ingat sama lagunya. 

3. Ibu guru saya di Sekolah Taman Kanak-kanak namanya Ibu Nana. Sepanjang hidup, Ibu Nana ini adalah guru favorit saya. Selain ramah beliau juga pintar sekali. Sampai detik ini saya masih bisa mengingat wajahnya yang cantik dan senyumannya yang membuat saya betah bersekolah.

Suatu hari Ibu Nana ingin mengajarkan permainan angklung. Sebelum dimulai, Ibu Nana bertanya; "Siapa yang suka buah jeruk?" 

Semua anak-anak mengacungkan jari sambil meneriakkan namanya dengan suara memekakkan telinga, "Saya! Saya!! Saya!!!" 

Lalu pertanyaan diikuti dengan bebuahan lainnya. Karena semuanya suka jenis buah-buahan, akhirnya Ibu Nana membagi sendiri kelompok-kelompok yang masing-masing mewakili satu jenis buah. Satu kelompok terdiri atas 3 orang.

Selanjutnya berbagai gambar buah ditempelkan di papan tulis. Tugas tiap kelompok adalah membunyikan angklung setiap buah kita ditunjuk oleh penggaris Ibu Nana. Tiap kelompok mendapatkan angklung dengan ukuran yang berbeda-beda. Ada yang besar, sedang dan kecil.

Rupanya tiap-tiap buah mewakili masing-masing nada. Wah senangnya semua murid. Kami langsung bisa membawakan lagu-lagu yang terkenal di jaman itu, seperti "Irdam kawanku Irdam", "Ruri adalah Abangku" dan macam-macam lagi.

Saya juga sangat menikmati situasi itu akan tetapi saya tidak pernah membunyikan angklung saya. Tidak masalah kan? Toh dua teman kelompok saya sudah membunyikannya. Jadi lagu tetap berlangsung dengan utuh. Sayangnya Ibu Nana ternyata melihat kelakuan saya.

"Budi, kenapa angklung tidak kamu bunyikan?" Tiba-tiba Ibu Nana bertanya.

"Ga apa-apa Bu. Kan teman saya sudah membunyikannya." sahut saya.

"Iya, Ibu lihat itu. Tapi Ibu mau tau kenapa kamu tidak membunyikan angklung kamu?" Ibu Nana mendesak.

"Maap Bu. Kelompok saya kebagian buah duren. Padahal saya ga suka duren." Saya memang ga pernah suka duren. Jangankan makan, mencium baunya aja saya udah ga tahan. Bisa mabok kalo kelamaan deket-deket sama duren.

"Bunyikan saja angklungmu. Itu cuma gambar kertas kok. " kata Bu Nana tegas.

"Tapi Bu, saya bisa muntah mencium baunya saja. Saya ga suka duren, Bu."

Ibu Nana tersenyum manis sekali. Beliau berjongkok dan memeluk saya sambil berkata lirih, "Ibu tidak akan memindahkan kamu ke kelompok lain. Teima saja apa yang kamu dapatkan."

"Kenapa Bu?" tanya saya hampir menangis.

"Bunyikan saja angklung kamu. Nanti kalau sudah besar, kamu akan mengerti bahwa banyak sekali harapan-harapan kita di dunia ini yang tidak terkabul." kata Bu Nana lagi lalu kembali ke depan kelas dan memimpin lagu berikutnya.

Waktu itu saya ga ngerti kalimat yang diucapkan Ibu Nana tapi entah kenapa ucapannya nempel terus di kepala saya. Ketika saya mulai besar barulah saya memahami apa maksud omongannya.

Begitulah Ibu Nana. Banyak sekali pelajaran yang kami dapat darinya. Dan sampai sekarang saya masih bisa menyanyikan kedua lagu itu. Terimakasih Ibu Nana.

3. Di sekolah dasar juga banyak jenis permainan. Salah satu yang saya paling ingat adalah bagaimana menghapalkan mata angin. Guru saya namanya Pak Toyib, selalu mengatakan bahwa arah timur dalam peta selalu berada di sebelah kanan. Kemudian kami mulai menyanyikan lagu tersebut dengan gerakan tangan kanan yang bergerak dari sebelah kanan searah jarum jam. Dengan bersemangat kami pun mulai menyanyi : Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, Barat Laut, Utara, Timur Laut....

Untuk pelajaran matematika guru-guru saya juga mengajarkan cara menghitung secara efektif. Misalnya perkalian dengan angka 25. Akan lebih praktis bila kita membagi angka lainnya, lalu dikalikan 100. Misalnya 36 X 25. Langkah pertama 36 : 4 = 9. Lalu 9 dikalikan 100 = 900.

Dan ada lagi perhitungan dengan angka 9 yang begitu ajaib. Tapi yang selalu membuat  takjub adalah keunikan hasil perkalian dengan angka 11. Tentunya sebagian besar dari kita masih ingat kan?  Kalau ga ingat atau belum tau, nanti deh kalau ketemu saya certain ya kalo ketemuan hehehehe...

4. Sekarang sekolah menengah pertama. Pak Ratmo, guru bahasa indonesia di sekolah mengajarkan cara menghafal afiksasi. Seperti kita ketahui, afiksasi terdiri atas 3 jenis. Yaitu 1. Prefiks atau awalan. 2. Infiks atau sisipan. 3. Sufiks atau akhiran.

Entah apakah sudah ada perubahan atau belum, namun materi yang diajarkan guru itu masih saya ingat dengan baik :

 Ber-me-di-pe-ke-ter-se = kumpulan prefiks/awalan.

Em-er-el = kumpulan infiks/sisipan

I-kan-an = kumpulan sufiks/akhiran

5. Lebih seru lagi pas belajar bahasa inggris. Guru saya menggunakan acara Silent Quiz di TVRI untuk mengajarkan kosa kata dalam bahasa inggris. Murid-murid dibagi dalam 5 kelompok dengan satu orang sebagai ketua kelompok. Sang ketua kelompok diberi sebuah kata. Anggota kelompok harus menebak kata yang dimaksud. Caranya, mereka boleh tanya apa aja. Si pemegang kata hanya boleh menyahut dengan 'Yes' dan 'No'. Kita harus bertanya sebanyak mungkin.

"Lupakan grammar!" kata bu guru. "Tanyalah sebanyak mungkin!"

Wah seru banget deh pokoknya. Kadangkala quiz ini bahkan diperlombakan. Kelompok yang menang akan mendapatkan hadiah berupa nasi tumpeng besar lalu dimakan beramai-ramai.

6. Dan masih banyak lagi cara-cara kreatif dalam mengajar. Misalnya dengan membuat istilah :

 Mejikuhibiniu = Kumpulan warna pelangi (Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu.

SinTorTum : Sinus=Proyektor/proyektum.

Tau kan stalaktit dan stalakmit? Itu loh, batu yang ada di gua. Ada yang mencuat ke atas dan ada yang dari atas turun ke bawah. Bagaimana cara kita menghapalkannya agar ga keliru? Guru saya memberikan rumusnya. Anggap aja huruf M = Manjat. Jadi stalakmit adalah batu yang dari bawah ke atas.  Dan yang turun? Anggap aja huruf  'T' berarti 'turun', Praktis banget kan? Perbedaan kedua huruf itu justru menjadi kunci dan sangat menentukan mana yang ke atas dan mana yang ke bawah.

Dan ternyata cara ini sangat universal. Di Perancis untuk membedakan hal yang sama, orang menggunakan istilah 'monter' yang artinya 'naik. Dan 'tomber' yang artinya 'jatuh.'

Jaman sekarang cara ini masih dilakukan untung mengingat sesuatu. Misalnya HDL dan LDL. Yang satu adalah kolesterol baik dan yang lainnya adalah kolesterol jahat. Bagaimana mengingatnya agar tidak tertukar? Mudah kok! Anggap saja H adalah kependekan dari 'Healthy' sedangkan L kependekan dari 'Lousy.' Gampang dan efektif kan?

Kalau kita sepakat bahwa pendekatan kreatif dengan permainan seperti itu sangat ampuh, mengapa kita tidak mencoba memikirkan untuk yang lain? Kenapa tidak mencoba menciptakan cara sendiri, khusus untuk bidang yang kita tekuni dan kuasai? Kita diberkahi otak, karena itu mari kita gali kreativitas yang terkandung dalam bidang yang kita tekuni.

Otak kita berkah yang amat luarbiasa dari Allah SWT. Tau ga? Einstein yang superjenius itu konon (sekali lagi konon loh ya) belom sampai 30% menggunakan otaknya. Jadi kalo Einstein aja baru segitu, baru berapa persen kita menggunakan kemampuan otak untuk berpikir?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun