Mohon tunggu...
Benediktus Jonas
Benediktus Jonas Mohon Tunggu... Guru - GURU

Writing is a call to serve others and love God. Because everything I have comes from God

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Apa yang Salah dengan Manusia Saat Ini?

18 November 2018   23:42 Diperbarui: 21 November 2018   21:04 2693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO)

Bangsa kita kaya dengan beragam mitologi. Masing-masing daerah memiliki beragam mitos yang menjelaskan tentang asal usul alam semesta juga kedudukan manusia dalam alam semesta. Mitos-mitos itu tampil dalam bentuk cerita atau legenda, puisi, nyanyian, mantra dan doa.

Meskipun berbeda, semua mitologi itu mengatakan satu hal: manusia itu bagian utuh dari alam. Ia bukan subjek otonom. Ia memainkan peran penting dalam proses pelestarian alam. Maka sebagai bagian dari alam, kebahagiaan manusia tidak terlepas dari relasinya dengan alam semesta.

Jika manusia bersikap baik terhadap alam, maka kehidupannya akan selamat, makmur. Sebaliknya jika ia menciderai alam, maka hidupnya akan susah.

Jadi dalam paradigma mitologi, alam itu seperti sebuah komunitas sosial. Ia memiliki daya pertahanan diri terhadap setiap perlakuan negatif lingkungan sosial manusia yang menempatinya. Ia juga memiliki mekanisme pelayanan dan reward terhadap setiap perlakuan positif dari lingkungan sosial yang menempatinya.

Pentinganya alam bagi manusia melahirkan tuntutan etis agar manusia bersikap baik terhadap alam. Tuntutan itu tercetus dalam tabu-tabu. Dengan tahu-tabu itu masyarakat primitif mendasarkan prinsip moralitas tindakannya. Baik buruknya tindakan manusia ditentukan oleh ketaatan manusia dengan tabu-tabu tersebut.

Sehubungan dengan ini berbagai bencana alam, entah banjir, tanah longsor, tsunami, kelaparan, sering dilihat dalam hubungannya dengan perilaku moral terhadap alam. Dengan itu mitologi mencetuskan suatu etika yang tidak hanya berlaku bagi manusia itu sendiri tetapi juga alam semesta secara keseluruhan.

Fakta bahwa ada peristiwa alam yang terjadi di luar jangkauan manusia seperti adanya kelahiran, kematian, bencana, juga menghubungkan alam dengan yang gaib, ilahi. Oleh budaya-budaya tertentu alam dijadikan representasi kehadiran yang ilahi.

Sakralisasi alam ini tidak semata-mata berarti mitologi, melanggengkan penyembahan berhala. Ia pertama-tama hendak menyampaikan bahwa sebagai subjek, alam sebagaimana manusia, pun harus dihormati, bahkan dengan penghormatan kepada yang ilahi.

Apa yang mau dikatakan dari semua elaborasi ini adalah bahwa mitologi menyajikan pada kita sebuah alternatif lain dalam berelasi dengan alam. Bahwa alam bukan objek yang menjadi sasaran manipulasi, eksploitasi manusia. Alam adalah subjek yang mendapat perlakuan subjektif.

Alam bahkan menentukan keberlangsungan hidup manusia. Maka berprilaku baik terhadap alam adalah berprilaku baik terhadap manusia itu sendiri. Menyelamatkan alam berarti menyelamatkan masyarakat manusia yang hidup di dalamnya.

Dalam perspektif mitologi, alam tidak hanya memiliki nilai ekonomis untuk dikeruk demi memenuhi kebutuhan jasmani manusia. Alam juga memiliki nilai sakral yang memenuhi kebutuhan rohani manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun