Mohon tunggu...
Benediktus Jonas
Benediktus Jonas Mohon Tunggu... Guru - GURU

Writing is a call to serve others and love God. Because everything I have comes from God

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Sukses Anak Rantau

4 Oktober 2018   17:09 Diperbarui: 4 Oktober 2018   17:10 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                                

Hidup tidak selalu mulus seperti jalan tol. Ada banyak lika liku yang harus kita lewati. Apa yang kemudian kita katakan tentang hidup ialah bahwa hidup itu panjang dan menampik transparansi. Panjang sebab kita tidak tahu akan saat dan waktunya.

Maka sangat dibutuhkan keterbukaan pada pertolongan Tuhan. Pertolongan Tuhan selalu indah pada waktunya. Demikian yang diungkapkan Pa Yulius Api, seorang karyawan di salah satu perusahan swasta di Kota Pasuruan, Jawa Timur.

Pria kelahiran Ende Wolowaru ini bercerita panjang lebar ketika ditanyai tentang lika lika hidupnya hingga hidup sukses di tanah Jawa.  Kisahnya ialah tentang perjuangan meraih mimpi. Bahkan mungkin tentang keberanian dan iman yang teguh.

Sebagai pemuda desa yang keseharainnya bekerja sebagai kondektur, ia memiliki keinginan untuk merantau di tanah Jawa. Keinginan itu tidak terlepas ekonomi keluarga yang pas-pasan. Pertualangannya pun dimulai.

Pada Tahun 1992, ia nekat merantau ke Jawa. Yang terpenting baginya saat itu, ia bisa bekerja di Kota. Mimpinya perlahan menjadi kenyataan, ketika pada tahun itu, terjadi gelombang besar yang membuat kapal Meranti asal Surabaya terpaksa mampir di dermaga Ipi, Ende. Dengan uang hasil kerjanya, Yulius menumpang di kapal itu dan menuju kota Saurabaya.

Namun di luar dugaannya, kapal itu tidak langsung ke Surabaya. Dia harus menunggu kapal yang sama di Kupang selama tiga minggu untuk sampai ke Surabaya karena kapal itu harus ke Larantuka untuk mengangkut sapi.

Ketika tiba di dermaga tanjung Perak, uangnya tersisa lima ribu rupiah. Ada rasa cemas, tetapi keyakinan dalam dirinya lebih kuat, bahwa pertolongan Tuhan tidak pernah datang terlambat. Setelah turun dari Kapal, ia kebingungan karena ternyata dermaganya luas

 Saat itu, tiba-tiba ada orang Ambon memperkenalkan dirinya dan menunjukan tempat-tempat di mana Yulius harus turun dan lewat bus mana ia harus berangkat. Yang ada di pikirannya saat itu ialah bekerja di Nusa dua, Pasuruan. Maka ia pun berangkat ke Pasuruan.

Ketika tiba di Gempol, Pasuruan, ia diterima bekerja di Pabrik Batako. Selama setahun bekerja ia menumpang tidur di pos security, karena uang gajiannya hanya cukup membiayai hidupnya.

Pertolongan datang lagi, ada warga sekitar yang baik hati dan memberi tumpangan kepada pa Yulius yang disewa 5.000 per bulan. Sebagai orang baru di sana, satu kerinduannya saat itu ialah bertemu dengan orang Flores. Dan akhirnya ia bertemu dengan mereka di Gereja.

Pertemuan itu bukan merupakan sebuah kebetulan baginya. Ia melihat itu sebagai anugerah Tuhan. Sebeb melalui pertemuan itu pekerjaannya mulai berubah. Orang Flores yang bekerja di sebuah perusahan Sandal akhirnya meminta Pa Yulius bekerja sebagai security di sebuah perusahan.

Gajinya menjadi Rp 120. 000 per bulan pada tahun 1997. Berkat semangat kerja dan ketekunannya, 10 tahun kemudian ia diangkat bekerja di bagian mekanik oleh perusahan tersebut. Semuanya dijalankannya dengan penuh ketekunan sambil terus menjaga kepercayaan yang diberikan padanya.

Pengalaman yang tidak pernah dilupakan Yulius selama bekerja ialah kematian ayahnya. Saat ayahnya meninggal ia tidak tahu. Saat itu, keluarganya tidak mengetahui keberaadaannya. Tiga tahun setelanya baru ia mengetahui kabar buruk itu. tetapi ia lantas menyererah. 

Ia terus berkerja untuk bisa hidup sukses. Sekarang ia bersyukur pada Tuhan, ia telah menikah dan dikaruniai dua orang anak. Ketika ditanya soal harapan, ia ingin suatu saat kembali ke kampung halamannya di Wolowaru dan jika mati ia ingin mati di kampungnya.  Kampung halaman adalah yang terindah dalam hidup. Tempat yang tidak pernah bisa dilupakan.

Untuk semua yang meninggalkan kampung halaman karena merantau, jangan lupa kampung halaman. Jika bisa kembali ke daerah, bangunlah daerah. Harapannya untuk generasi mudah yang berjuang di bangku pendidikan ialah gar tetap tekun belajar. Hidup itu tidak mudah. Butuh perjuangan yang kadang-kadang membuat kita lelah dan letih. Tetapi walau demikian, jangan lupa berdoa dan bersyukur pada Tuhan.

Apapun yang akan kita alami sekalipun sulit dalam pikiran kita, jika kita tidak melupakan Tuhan, kita pasti selamat. Juga jangan pernah berhenti bermimpi. Mimpi bisa membawa kita jauh dari yang kita inginkan, asalkan kita berjuang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun