Mohon tunggu...
Bayu Fitri
Bayu Fitri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang pengamat hiruk pikuk media sosial dalam hal gaya hidup, finance, traveling, kuliner dan fashion. Tulisan saya bisa dibaca di blog https://bayufitri.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Saat Bepergian, Begini Cara Menyiasati Kehilangan Orang Terdekat dalam Waktu Bersamaan

17 April 2024   19:07 Diperbarui: 17 April 2024   19:33 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bepergian dengan anak, sumber : freepik.com

Kehilangan orang terdekat dengan kejadian berpulang atau meninggal dunia merupakan sebuah peristiwa yang tidak diinginkan siapapun. Orang terdekat ini bisa orang tua, anak kandung atau saudara yang masih mempunyai hubungan darah seperti; keponakan, paman, bibi, bude atau pakde. 

Benar adanya bahwa kematian itu adalah sesuatu kejadian yang pasti dan sudah ditetapkan waktunya oleh Tuhan YME. Sebagai manusia ciptaan NYA kita tidak bisa menghindari peristiwa kematian yang bisa datang kapanpun.

Masalahnya tidak ada satupun manusia yang siap ditinggalkan orang terdekat pada peristiwa kematian yang biasanya terjadi secara mendadadak.

Begitulah kematian sebuah peristiwa yang pasti datang namun tidak bisa diprediksi secara persisi baik kejadian, tempat dan waktu.

Cerita dari Bandara

Cerita ini saya dapatkan ketika baru pulang mudik lebaran  2024 pada hari ahad yang lalu dari Yogyakarta menuju Jakarta. Setelah pesawat yang saya tumpangi mendarat dengan selamat di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta dan penumpang dipersilahkan turun, saya bergegas menuju ke ruang pengambilan bagasi. 


Kebetulan bagasi saya keluar pada urutan terakhir. Setelah mengambil bagasi saya menghubungi adik yang akan menjemput untuk menanyakan posisi kendaraan yang dikemudikannya. 

Ternyata posisi adik yang mengemudi sedang macet dalam perjalanan menuju ke bandara. Akhirnya saya putuskan berdiam diri sejenak di kursi tunggu yang tersedia. 

Saat itu juga perhatian saya tertuju kepada seorang ibu dengan dua orang putri balitanya berikut satu tas bayi dan satu koper dari bagasi. Ibu ini kesulitan menenangkan anak balitanya yang rewel karena minta minum susu. 

Tidak disangka si ibu menghampiri saya dan meminta ijin apakah boleh minta tolong sebentar untuk menitip anak balitanya yang besar supaya diawasi karena ia akan membuat susu formula untuk si kecil. 

Melihat hal ini saya pun mengiyakan permintaan ibu tersebut sambil mendekat pada anak balita yang besar supaya mau bersenda gurau dengan saya sejenak. 

Untungnya sang anak balita yang besar ini tidak rewel dan bersedia saya ajak berbincang sambil memainkan boneka pada tangannya. 

Setelah sang ibu beres memberikan susu formula pada balita yang kecil akhirnya ibu tersebut duduk disamping saya. 

Spontan saat itu juga saya bertanya, si ibu ini mau pulang ke mana, kenapa masih ada di dalam ruang tunggu bagasi dan kenapa tidak keluar ruangan. Apakah sedang menunggu jemputan atau bagaimana?

Istri yang Terpisah dari Suami

Dan si ibu bercerita ia sedang menunggu suami dan anak sulungnya yang terbang dari Yogyakarta ke Jakarta dengan penerbangan berbeda. 

Hal ini tentu saja menggelitik rasa penasaran saya. Apakah tidak kebagian tiket pesawat dalam satu penerbangan sampai harus terbang secara terpisah? Atau ada kejadian lain? 

Ibu tersebut akhirnya bercerita jika sejak mempunyai anak, ia dan suami setiap kali mudik lebaran ke Yogyakarta selalu memesan tiket pesawat dengan jam keberangkatan berbeda. Ternyata ini ada cerita yang menjadi penyebab dibaliknya.

Trauma Kehilangan Orang Terdekat

Ibu ini ternyata mempunyai pengalaman traumatis berkaitan dengan kehilangan orang terdekat. Jadi beberapa tahun lalu kakak kandung si ibu mengalami kecelakaan dalam penerbangan pesawat. Sayangnya tidak ada penumpang pesawat yang selamat dalam peristiwa tersebut.

Kakak kandung si ibu adalah perempuan berikut suami dan anak terbesar. Sedangkan anak terkecil tidak ikut serta karena sedang ada kegiatan di sekolahnya. 

Adapun tujuan kepergian keluarga kakak kandung si ibu ini dalam rangka mengantar anak terbesarnya untuk melanjutkan studi di luar pulau. 

Sekarang anak kandung terkecil kakak yang notabene adalah keponakan si ibu diasuh dan dibesarkan oleh kakek nenek atau orangtua si ibu di Yogyakarta.

Bepergian secara Terpisah

Dari peristiwa tersebut, si ibu dan pasangannya atau suami bersepakat jika bepergian tidak akan bersama-sama dalam waktu bersamaan. Mereka sepakat akan berbagi tugas siapa dengan siapa yang berangkat lebih dulu. 

Kesepakatan diambil jika pada akhirnya si ibu akan berangkat pada jam keberangkatan awal dengan membawa dua anak terakhir lebih dulu. Selanjutnya, si ayah akan menyusul pada penerbangan selanjutnya pada selang jam berbeda dari jam keberangkatan si ibu.

Resiko Bepergian Terpisah

Resiko memesan tiket penerbangan dengan jadwal berbeda pastinya ada. Terutama jika penerbangan mengalami keterlambatan atau delay. 

Belum lagi waktu tunggu si ibu yang lebih lama karena harus menunggu suami dan anak tertua yang tiba pada penerbangan berikutnya. Namun pasangan suami istri ini sudah sepakat menjalani strategi seperti ini jika bepergian bersama menggunakan maskapai penerbangan. 

Alasan Utama

Alasan utama dari cara bepergian seperti ini kata si ibu untuk menghindari anak-anak yang masih kecil kehilangan sosok orang tua jika terjadi sesuatu pada penerbangan seperti kecelakaan yang menewaskan penumpangnya. 

Menurut pemikiran si ibu dan suaminya, jika salah satu dari keduanya tiada setidaknya masih ada satu sosok orang tua untuk menjaga dan membersamai buah hati mereka yang tersisa. 

Mendengar cerita si ibu, saya menjadi tertegun. Buat saya cerita ini menjadi pengetahuan baru tentang cara menyiasati kehilangan orang terdekat jika sedang bepergian dalam satu waktu yang sama. 

Penutup

Hmm idenya boleh juga walaupun pastinya akan ada resiko dari segi waktu, biaya dan tenaga yang mungkin lebih ekstra dikeluarkan daripada bepergian serentak dalam waktu bersamaan.

Memang sih yang namanya takdir kematian bisa datang kapan dan dimana saja tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Namun sebagai manusia rasanya tidak ada salahnya melakukan upaya untuk menghindari dampak lebih luas dari kejadian tidak diinginkan.   

Jadi gimana, apakah kalian akan meniru konsep seperti ini juga??

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun