Mohon tunggu...
Basuni ahmad
Basuni ahmad Mohon Tunggu... Guru - penulis buku Aktualisasi pemikiran pluralisme KH. Abdurrahman Wahid

Merenda kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Satu Dekade Gus Dur "Berpulang"

29 Desember 2019   06:24 Diperbarui: 29 Desember 2019   06:30 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia  terdiri atas beragam etnis, bahasa dan agama, penduduknyapun tersebar di ratusan pulau.

Tidak kurang dari 13.000 pulau  tesebar diwilayah Nusantara, terentang dari Aceh di ujung barat sampai Papua di ujung timur, dengan jarak lebih dari 5000 kilometer, dihuni oleh lebih 200 etnis yang berbeda-beda lengkap dengan 500 bahasa local, puluhan keyakinan keagamaan dan kepercayaan, ratusan tradisi yang kesemuannya terhimpun dalam rumah besar bernama Negara Kesatuan Republik  Indonesia, bersemboyan "Bhineka Tunggal Ika".

Tak heran Jika Allah sang Maha Agung menganugerahkan banyak bijak bestari dinegeri zamrud katulistiwa ini, sebut saja ada Mpu Tantular, Ronggo Warsito,H.O.S  Cokro Aminota, Soekarno sampai Gus Dur.

Kesemua tokoh tersebut mewakili banyak tokoh multicultural. Dimana pemikiran-pemikirannya melintasi dinding pemisah sekat etnik dan keyakinan berlaku sepanjang zaman.

Gus Dur seorang santri dan anak Kiyai, mewarisi darah biru tokoh besar pergerakan Islam Nahdlatul Ulama Syeikh Hasyim Asya'ri. Dari itu Gus Dur secara psikologis memiliki kepercayaan diri yang kuat sebagai seorang anak dan melekat hingga dewasa.

Bagi Gus Dur tak ada istilah putus asa. Ini bisa dilihat bagaimana sikap Gus Dur ketika dilengserkan dari kursi kepresidenan oleh MPR yang diotaki Amin Rais.

Memahami Gus Dur Ibarat sebuah teks begitu kata santri Ideologisnya yang kini jadi Dubes Indonesia untuk  Saudi Arabia (Agus Maftuh Abegebriel "Mazhab Islam Kosmopolitan Gus Dur" sebuah pengantar buku Gus Dur " Islam Kosmopolitan: Nilai-Nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan, 2007).

Gus Dur banyak dibaca, diamati, dan bahkan ditafsirkan banyak orang atas apa yang diucapkan. Memahami Gus Dur tentu saja tak bisa lepas dari apa yang tampak secara kasat mata. 

Layaknya memahami pikiran seseorang, prisma dan sikap Gus Dur harus dibaca secara utuh dengan menemukan bingkai kontekstualisasi pemikirannya atau dengan bahasa lain, memahami Gus Dur tidak secara harfiah dan nassiyah saja, akan tetapi  juga konstruksi pikirannya.

Berbagai peristiwa yang dialaminya  sejak ia berkiprah menjadi santri di pondok pesantren hingga menjadi Presiden RI di istana, tidak lain merupakan episode-episode perjuangnnya yang dilaluidengan kesabaran dan kebijaksanaan.

Sejarah yang menyertai kehidupannya tentu saja tidak tunggal, ada banyak factor yang mempengaruhinya, sehingga menemukan sisi kontekstualnya sebuah ucapan, sikap dan tindakan politiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun