Mohon tunggu...
Bang Pilot
Bang Pilot Mohon Tunggu... Konsultan - Petani, penangkar benih tanaman, konsultan pertanian.

Nama asli : Muhammad Isnaini. Tinggal di Batu Bara, Sumut. Hp/wa.0813 7000 8997. Petani dan penangkar bibit tanaman. Juga menjadi konsultan pertanian lahan gambut. Pemilik blog : http://bibitsawitkaret.blogspot.com/ . Menulis apa saja yang bisa bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Komoditi Sawit Kian Terpuruk, Apa Akal?

27 Juni 2019   18:04 Diperbarui: 27 Juni 2019   18:09 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perang dagang global kembali mengambil korban. Dunia sawit kembali gonjang-ganjing. Terkapar..!

Kampanye hitam Greenpeace dan kambrat-kambratnya berhasil. Uni Eropa mengeluarkan CPO dari list RED 2 (Renewable Energy Directive II). Pada Mei 2019. Dan akan berlaku efektif mulai 2020. Artinya, produk sawit tidak lagi masuk dalam daftar bahan bakar terbarukan yang boleh dipakai di kawasan Uni Eropa. Pemerintah Indonesia juga mengenakan kembali pungutan pajak CPO sebesar 50 USD per metric ton. Berlaku 1 Juni 2019. 

Lewat PMK 23 tahun 2019. Pemerintah mungkin butuh pemasukan pajak progresif. Untuk membiayai APBN yang terus tekor. Akibat hobby menumpuk utang. Untuk membayar gaji ASN dan pejabat negara yang jumlahnya makin membengkak. Dan sedikit untuk membiayai pembangunan infrastruktur. Yang sebagiannya belum tentu benar-benar dibutuhkan rakyat.

Akibatnya, harga tandan buah segar sawit (TBS) di tingkat petani jadi anjlok. Di kabupaten Batubara, Sumut, tempat penulis tinggal, harga tbs tercatat hanya tinggal di angka 720 rupiah per kg. Karena BEP (Break Event Point = biaya untuk menghasilkan 1 kg produk) sawit ada di sekitaran angka 600, maka artinya petani hanya mendapatkan keuntungan rp.120/kg. Di beberapa tempat lain, harga TBS lebih parah lagi. Ada yang hanya tinggal setengah dari harga di atas. Artinya, petani dan pekebun sawit itu merugi. Tekor. 

Sementara, harga-harga kebutuhan hidup sehari-hari terus saja meningkat. Makin mahal. Naik. Drastis. Fenomenal. Mencekik leher. Petani sawit rakyat menuju bankrupt. Terkapar!

Sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur. Tinggal tambahin kecap. Lalu nikmatilah semua apa adanya. Karena hidup ini adalah pilihan. Dan engkau juga yang sudah memilih jalan hidupmu. 

Tawaran perubahan tak engkau hiraukan. Itu pilihanmu. Terimalah resikonya. Dengan ikhlas. Lapang dada. Sambil mengetatkan ikat pinggang. Sekaligus diet. Makan bekicot. Karena cacing pun berprotein. Atau pun beternak kalajengking. Menanam jengkol dan pete. Bisa juga sambil jual beli mobil asemkah second hand. Mobil paling laris di alam jin. Buatan mbuh sopo.

Udah ah. Kita balik serius lagi. Mencari solusi buat petani sawit yang kini sedang galau.

Bagi petani yang kebun sawitnya sudah tua, telah mendekati masa replanting, ya sudah, gunduli semua pelepah sawitnya. Pelepah disusun di sekeliling lahan per hektar. Lalu tegakan sawit disuntik mati. 

Buat lubang di batang sawit itu dengan kampak, sedalam 15 sd 20 cm, arah lubang miring ke bawah, lalu siramkan larutan herbisida sistemik sebanyak 50 cc yang dicampur air 200 cc. Lahan kemudian ditraktor dua kali, berselang 10 hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun