Prof. Shrink mendekati Gundul, menghela nafas panjang.
"Posisi otak kau terlalu dempet dengan batok atas kepala..?" prof sedikit bingung menjelaskan.
"Apa yang terjadi sobatku?" prof menatap Gundul seperti menelanjangi.
"Shrink. Aku tak lagi tahan" Gundul menyahut lembut.
"Okei.." prof menanti sabar.
"Aku ingin melepas bagian atas kepalaku. Membiarkan otak ini pergi bebas. Seperti narapidana yang terkunci rapat yang ingin kabur ke rumahnya sendiri, demikian otak ku akan pergi jika tutup kepala ini lepas" Gundul seperti memohon entah.
"Ini serius.." prof masih menunggu curhat Gundul.
"Shrink. Aku merasa jiwaku sudah di bidang yang lebih tinggi dari pekerjaan sehari hari ini, sedang otak ku masih berkubang di ruang batok kepala ini. Aku ingin dia menyusul jiwanya, biarkan otak ini menyesuaikan dengan jiwanya. Tolonglah, enggak tahan aku. Please.." Gundul mengulang permohonannya.
"Hmm.. Ndul, kau ini kan seorang penyair markotop.. aku.."
"No, no... prof. Aku bisa mati bila terbiarkan begini.. Please.."
Prof menatap tajam ke mata Gundul sahabatnya. Tak lama tangan beratnya menuliskan rekomendasi medik.Â
"Bedah Otak"