Beberapa detik jantung dan tetesan air mata  sulit meleleh dijurang maut
dan terkadang saya melihat cahaya fatamorgana tanpa janji esok hari
tetapi bagaimana saya bisa? Katakan selamat tinggal? Padahal 3 hari lalu berjumpa
Untukmu, mimpiku, sejatiku, sesumbar harapan, pelukan, cubitan, gigitan nyamuk
cinta dan gairah, yang terkuat tak pernah muncul kala senja tak berwaktu
kasih sayang... palsu, memipu, tersingkap dalam rona-rona desah romansa
Aku benci hari-hari ketika aku harus melakukannya mencarimu tak pernah bersuara
bertarung ... ketika aku harus berani, mencoba menyatakan lagu frosa baru
seorang prajurit cinta dan terbunuh  oleh harapan palsu, dan dungu
napas ada selagi masih hidup! Aku tetap mencarimu dibalik seragam wisuda
Sore usai renai gerimis  adalah saat ketika aku
hati berkata "ya, aku menginginkanmu, sepenuhnya tanpa syarat"
tapi jari saya berwarna biru layu, sebelum berkembang
dingin dan keinginan jiwaku menyentuh dinding gua dingin
hanya untuk menyingkirkan menjauh darimu,
masa lalu dan semua kebohongan pada ciptanmua sendiri!
Saat aku menangis ... di sana ... sendirian
di bawah langit tanpa bintang tanpa burung menerva
Saya menemukan keberanian, kekuatan yang mengerikan, memutar sukma!
Untuk melihat kamu pergi dan pergi! selamanya
Tapi apakah aku dan hati  ini memaafkan semuanya?
Akankah matahari bersinar lagi?
Besok, tahun depan, tidak pernah bersama seragam wisudamu?
Satu hal yang saya tahu namamu pernah ada dan
abdi dalam kenangan selamanya.