Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Inilah Cara Yayuk Mengintegrasikan Usaha Keripik Pisang dan Ternak Sapi

30 Maret 2017   16:03 Diperbarui: 30 Maret 2017   16:17 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berkunjung ke rumahnya yang masuk dalam wilayah Dusun Dodogan, Desa Kalipucang, memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Nyaman dan tenang adalah kesan pertama yang didapat  saat sampai di rumah besar yang ada di tengah kebun, jauh dari rumah-rumah lainnya tersebut.

Di rumah rumah besar itulah, Yayuk dan suaminya tinggal berdua. Anak-anaknya telah melanjutkan sekolah di luar daerah. Meski sepi, rumah ini terlihat sibuk. Tiga orang pegawai nampak sedang konsentrasi memproduksi keripik pisang.

Berdasarkan keterangan Yayuk, pekerjaan sebagai pembuatan keripik pisang sudah ia lakoni selama 18 tahun. Semula ia hanya bekerja sendiri. Seiring meningkatnya permintaan, ia kemudian mempekerjakan tiga orang karyawan. Setiap hari Yayuk menghabiskan lima curung (tandan) pisang. Pisang ini sebagian besar dibudidayakan sendiri oleh sang suami di kebun tak jauh dari tempat tinggal mereka.

“Suami menanam pisang (secara) tumpang sari. Pisang itu juga jadi tanaman pagar kebun kopi. Jenis pisang yang dibudidayakan antara lain rojo molo, pisang candi, dan pisang santen. Ya tiga jenis pisang  ini yang paling enak bila dibikin keripik pisang,” ujar Yayuk.

Yayuk mampu memproduksi pisang dengan total omzet sebesar 250 ribu per hari. Sejauh ini produk keripik tersebut dijual tanpa label. Keripik hanya dikemas dengan menggunakan plastik kiloan. Menurut penuturannya, produk dengan kemasan berlabel, baru diujicobakan di Sekolah Inovasi Tani Indonesia (SITI). Selain uji coba pengemasan, dalam forum tersebut, Yayuk juga mencoba membuat formulasi keripik pisang rasa cokelat.

Di dapur tempat produksi keripik pisang, juga terdapat kopi bubukdalam wadah-wadah stoples. Kopi ini merupakan olahan dari hasil kebun mereka sendiri. Setelah panen dari kebunnya, kopi tersebut dijemur kering. Yayuk kemudian membawanya ke penggilingan kopi di dekat rumahnya. Ia menjual kopinya dengan harga 50 ribu rupiah untuk setiap satu kilogram kopi arabika berasan (kopiroasting bersih tanpa kulit). Untuk kopi robusta giling kulit, Yayuk menjualnya dengan harga 50 ribu tiap kilogram.

Sejauh ini Yayuk menjual produk keripik pisang dan kopinya di wilayah kecamatan Tutur. Dalam pemasaran ini, peran sang suami sangat diandalkannya. Keripik pisang yang sudah siap edar akan dibawa suaminya ke warung-warung sembari mencari rumput pakan ternak sapi. Rupanya, sepasang suami istri ini masih sempat memelihara lima ekor sapi, di samping usaha produksi keripik dan kopi.

“Opo ae dadi duit, kulo tandangi, waton halal lanbarokah mas,” tegas Yayuk dalam bahasa Jawa Timuran.

Dari cerita perjalanan usaha Keripik pisang Yayuk, banyak pelajaran yang dapat dipetik. Keuletan Yayuk dan suaminya dalam menjalankan usaha Keripik pisang selama 18 tahun, tentu membutuhkan ketahanan yang luar biasa. Kerja sama dan dukungan dari keluarga menjadi hal yang mutlak, sehingga usaha Keripik pisang Yayuk dapat tetap bertahan dan terus berjalan hingga saat ini.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah manajemen waktu dan keuangan yang baik. Di tangan Yayuk dan Suami, keripik pisang menjadi usaha yang tak terpisahkan dari peternakan sapi perah. Limbah kulit pisang dijadikan pakan bagi sapi perah yang mereka pelihara. Perjalanan selama mencari rumput juga dimanfaatkan untuk memasarkan Keripik pisang mereka. Dengan cara-cara tersebut mereka benar-benar menerapkan apa yang dikatakan pepatah sebagai “sekali dayung dua sampai tiga pulau terlampaui.”

Hal lain yang tak kalah menarik adalah kemampuan Yayuk dalam melihat dan membaca daya dukung sumber daya bahan baku yang ada di sekitarnya. Pisang, kopi dan sapi perah terus dipelihara untuk saling mendukung satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun