Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Sedih dan Marah Tompi, Kita Semua Bersaudara, Tidak Ada Lagi 01 dan 02

22 Mei 2019   21:13 Diperbarui: 22 Mei 2019   21:24 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artis  penyanyi Tompi mungkin sedih sekaligus marah. Dua emosi ini terpaksa harus bercampur karena hari ini  Tompi melihat bagaimana demo yang berujung rusuh yang terjadi di depan kantor Bawaslu, Jakarta Pusat.

"Ya saya rasa semua sedih ya, ini bukan lagi masalah 01 02 sih, ini udah masalah kebangsaan kalau saya lihat," ujar Tompi.

Sedih karena seharusnya sesudah pesta demokrasi itu selesai dilaksanakan, anak-anak bangsa seharusnya kembali bersatu. Kembali melanjutkan aktivitas untuk membangun ngeri, bukan untuk memperkeruh suasana.

Sedih karena, proses demokrasi yang begitu anggun harus dipinggirkan karena nafsu kelompok yang lebih mengagungkan forum jalanan.

Sedih karena perbedaan itu masih terlihat meruncing, belum ada ujung yang mulai terlihat. Apakah tidak lelah melihat kondisi bangsa yang diamang ancaman terpecah-belah.

Tompi juga marah. Marah karena gerakan-gerakan untuk mendisain kekerasan tetap terjadi. Marah karena banyak orang pintar yang melacurkan diri dengan memprovokasi rakyat untuk bertindak inkonstitusional.

Marah karena ucapan-ucapan perdamaian hanya di bibir saja, ketika sorakan memancing emosi terus dikumandangkan.

Seharusnya tidak ada lagi 01 dan 02, kita semua saling bersaudara, kita semua anak bangsa, bangsa Indonesia.

Perasaan Tompi saya yakin adalah perasaan mayoritas bangsa ini. Anak-anak bangsa, banyak yang sudah melanjutkan hidup, tersenyum, bekerjasama dengan yang lain di dalam pekerjaan masing-masing, meski mungkin berbeda pilihan.

Anak-anak bangsa yang sudah muak dengan hoax, sudah muak dengan saling benci, saling sindir di antara cebong dan kampret. Seharusnya ini semua sudah selesai.

Sayangnya, demo berujung rusuh menandakan bahwa masih ada pekerjaan rumah bangsa ini yang belum terselesaikan. Bangsa ini masih perlu belajar berdemokrasi secara utuh, bukan setengah-setengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun