Mohon tunggu...
Alexander Arie
Alexander Arie Mohon Tunggu... Administrasi - Lulusan Apoteker dan Ilmu Administrasi

Penulis OOM ALFA (Bukune, 2013) dan Asyik dan Pelik Jadi Katolik (Buku Mojok, 2021). Dapat dipantau di @ariesadhar dan ariesadhar.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

1 Liter Bensin Non Subsidi = 2 Liter Premium

25 Februari 2012   01:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   10:01 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pengguna bensin non subsidi. Bukan mau gaya-gayaan, tapi pemilik sepeda motor saya sebelumnya adalah pengguna Pertamax, jadi mau nggak mau ngikut. Lagipula saya mau ngetes, seberapa tahan gaji dengan pengeluaran bensin yang begini. Toh jarak ke kantor nggak jauh.

Dulu waktu harga bensin non subsidi  (Pertamax, Primax, Shell Super, dll) masih familiar dan masuk akal, saya mengisi bensin dengan sukacita. Bangga juga ngisi yang KATANYA tidak disubsidi. Setidaknya ada hak orang lain yang tidak saya rampas. Nggak kayak mobil-mobil keren yang ngisi premium.

Tapi, lama kelamaan, harga bensin non subsidi ini makin gila saja. Terakhir saya ngisi Shell Super dengan harga 9000 per liter. Wew, jumlah segitu sudah dapat Premium 2 liter.

Bahwa harga bensin perlu naik, kadang saya merasa itu perlu. Kok? Selisih harga yang semakin sinting ini kadang bikin miris juga. Apalagi di pom bensin yang terletak di perumahan mewah pun, premiumnya lebih laku. Kalau memang subsidi bisa dikurangi dan DIALIHKAN ke rakyat, ya syukur sekali.

Masalahnya! Bahkan untuk membangun WISMA ATLET saja sudah jelas, sekian persen kemana. Bagaimana dengan jembatan, jalan, dan fasilitas umum lainnya? Berapa persen yang masuk sia-sia? Kalau sekarang ya, jujur neh, apalagi sesudah lihat DRAMA SINETRON PERSIDANGAN NAZARUDIN yang live di TV, mending subsidinya buat harga premium 4500 aja deh. Daripada sekian persen masuk ke si A, si B, dan si C yang kemudian mendadak lupa dan tidak tahu.

Sebenarnya sih, yang jadi masalah, negara kaya minyak (dulu) macam kita ini kok nggak bisa kayak Brunei, Qatar, bahkan Venezuela? Itu saja sih masalahnya. Kalau kita sebagai negara bisa memanfaatkan bumi, air, dan sumber daya alam lain yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, ya nggak kayak gini. Peduli amat mau naik harga minyak dunia, harusnya malah kita yang untung kan? Sekarang kan malah kebalik, bumi dan segala kekayaannya dipakai untuk kemakmuran rakyat tetangga, bahkan rakyat di tempat nun jauh disono.

Mau bagaimana lagi?

Mungkin nih, sekarang naik, nanti 2014 turun lagi. Lalu muncul iklan:

Harga BBM, diturunkan, diturunkan, diturunkan lagi.. (ceritanya 3 kali turun nih..)

Mungkin iklan ini akan muncul sebagai pelengkap iklan utama:

KATAKAN TIDAK (TAHU), PADA MAJELIS HAKIM

Ya sudahlah, kadang saya bingung dengan tempat saya lahir dan tinggal ini. Tapi bagaimanapun, ini Indonesia.

Salam!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun