Mohon tunggu...
Aridha Prassetya
Aridha Prassetya Mohon Tunggu... profesional -

Pemerhati Masalah Ketidakbahagiaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penting: "1/5 Orang yang Ada Selalu Menentang Segalanya"

1 Maret 2012   04:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:42 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seperlima orang yang ada, selalu menentang segalanya. Kalimat ini saya cuplik dari sebuah buku berjudul The Power of Thinking Big, karya John C Maxwell. Kalimat bijak tersebut, ditulis oleh Robert F. Kennedy (1925-1968), Senator AS, adik John F. Kennedy, presiden AS ke-35.

Apa pentingnya saya tulis? Untuk berbagi agar tidak perlu gelisah/berduka jika orang lain tidak sepaham atau tidak sependapat dengan kita. Ini bagian dari ilmu kepemimpinan. Dalam organisasi, setiap pemimpin, pasti pernah mengalami situasi/kondisi yang tidak membahagiakan. Utamanya ketika berada pada suatu forum, penyampaian ide-idenya tidak didukung sepenuhnya oleh peserta yang hadir. Maka tidak perlu khawatir sebab memang, 1/5 dari yang ada bisa menentang anda. Itu patokannya.

Setelah lebih setahun di Kompasiana, ternyata hal demikian juga terjadi pada dunia tulis menulis. Tidak seluruh pembaca akan mendukung dan sepakat dengan apa yang kita tulis. Oleh karena itu, bagi yang pernah digemaskan oleh satu dua pendapat yang menentang atau bahkan menyerang, cukup dijawab dengan santun, “terima kasih telah hadir/membaca/memberi masukan”.

Pernah saya mengikuti perkembangan beberapa artikel yang “diperpanjang” dengan sebuah perdebatan yang tak kunjung usai. Hingga “perkelahian pendapat” sudah mengarah pada keadaan yang tidak menyehatkan bagi kedua belah pihak.

Tidak buruk untuk menguji kehebatan daya gagas dengan berdiskusi, tetapi juga tidak baik berjuang sampai titik darah penghabisan, membuat keseluruhannya agar menjadi sepaham dengan kita. Apalagi jika sudah terlalu jauh masuk ke dalam ranah penyerangan pribadi/personal. Sampai-sampai menimbulkan traumatic memilih berhenti/istirahat menulis. Adakah kasus demikian di Kompasiana? Oh Ya! Tentu saja ada! Itulah sebabnya, saya menuliskan artikel ini.

Itu adalah bentuk “perampokan kreatifitas”. Mengapa? Mereka sudah berhasil membelokkan tujuan awal menulis di sini. Tujuan awal, pastilah mendapat pengetahuan tentang penulisan, meningkatkan kreatifitas dalam menulis serta mendapatkan kawan-kawan baru, BUKAN lawan, apalagi musuh. Jika yang didapat adalah penyerangan-penyerangan mematikan, tiadanya penghargaan atas perbedaan pendapat, hingga pada pengusikan personalitas, itu artinya mencari permusuhan. Padahal jika waktu dan energi dicurahkan untuk menulis sesuatu yang lebih baru dan bermanfaat, maka sudahlah tentu terlahir beberapa judul baru. Selama lebih banyak yang sepaham dibanding yang tidak, lalu mengapa harus membuang waktu membunuh kreatifitas?

Menulis adalah menyampaikan gagasan. Sangat wajar jika diantara pembaca ada yang sepaham dan ada pula yang tidak. Semakin menarik sebuah tulisan, semakin cenderung “memancing pakarnya” untuk keluar dari goanya untuk “nimbrung” berpendapat di kolom komentar.

Ada tiga jenis “pakardalam membaca tulisan, yang mungkin muncul dalam diskusi tulisan-tulisan kita:

Pertama, pakar jenis master/“guru”. Ia tidak banyak bicara. Bicaranya seperti nampak iseng saja, tapi mengena dan membuat kita/penulis sadar mendapat masukan yang berharga.

Kedua, pakar jenis builder/pembangun. Ia suka menguji. Ia datang beberapa kali memancing diskusi, menjaga diskusi agar tetap hidup. Diskusinya mengarah pada akhir yang “penuh makna” bagi kedua belah pihak..

Ke tiga, pakar jenis debater/pendebat. Jumlahnya tak banyak, oleh karenanya mudah dikenali. Mereka biasanya terkenal. Tidak cepat puas, cenderung didasari “negative thinking”, dan gemar menyerang gagasan sang penulis, secara berhadap-hadapan, dari berbagai sisi.

Jenis pertama dan kedua, akan berakhir dengan “jabat tangan/hati”. Sedang pakar jenis ke tiga, ia berupaya mati-matian memenangkan diskusi dan puas dapat menumbangkan gagasan penulis. Jenis ke tiga inilah jenis orang yang berada dalam hitungan “seperlima” di atas. Jadi apa solusinya jika kita sebagai penulis menghadapai pakar jenis ini?

Untuk pakar jenis ke tiga, saran saya ucapkan terima kasih dan tinggalkan saja. Memang dalam menulis di sini, sebaiknya kita merespon setiap komentar. Namun, ada komentar-komentar yang harus/perlu kita respon dengan perbuatan/kata-kata, ada juga komentar yang hanya perlu direspon dengan “diam”, tanpa kata-kata.

Menulis adalah menyampaikan gagasan. Penulis adalah penyampai gagasan. Anggap saja bahwa dalam setiap artikel, kita akan membentuk forum. Maka, layaknya seorang pemimpin ketika harus menyampaikan gagasan dan mengambil keputusan dalam organisasi. Keputusan kita tidak harus dan tidak mungkin menyenangkan semua orang.

Sehingga, jika merasa tidak nyaman dengan komentar/debat pengunjung, maka ingatlah bahwa “seperlima yang ada, selalu menentang segalanya”. Itulah kalimat kepemimpinan yang dapat kita adopsi, ketika kita mengalami ketidakbahagiaan akibat serangan pakar jenis ke tiga.

Salam bahagia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun